Chapter 3: The First Goodbye

323 47 0
                                    

“Metaa!”

Bright dan Meta saat ini telah kembali di tempat mereka pertama bertemu. Pertunjukan telah usai, dan mereka memutuskan untuk menunggu di sini dengan harapan Nana akan mudah menemukan Meta.

Benar saja, sepuluh menit berselang suara gadis itu menggema memanggil namanya.

Nana tergopoh-gopoh dengan nafas tersengal. Matanya merah seperti habis menangis. Ia segera meraih wajah Meta, menolehkannya ke sisi kanan dan kiri. Tampaknya tak kurang apapun.

“Oh-astaga… Kau baik-baik saja kan? Aku mencarimu kemana-mana! Aku menghubungi Paman dan ia bilang kau belum sampai rumah, ponselmu pun tertinggal.”

Meta menggenggam dua tangan Nana yg menyentuh pipinya.

“Maafkan aku. Aku tidak apa-apa. Ada Bright yang membantuku tadi,” Nana pun baru menyadari presensi lelaki yang berdiri di samping Meta.

Ia memperhatikan Bright dari atas ke bawah hingga Bright berdehem canggung.

Bright pun memperkenalkan diri.
“Hai, aku Bright. Temanmu hampir terjatuh sebelum festival mulai, jadi aku menawarkannya untuk ikut denganku. Dan dia baik-baik saja.”

“Oh hai, Bright. Aku Nana Chiba. Terima kasih sudah membantu Meta. Nah, Meta, sudah cukup membuatku khawatir. Ayo kita pulang.”

Sebelum pulang, Meta mendekati Bright.

“Terima kasih banyak untuk menemaniku malam ini. Menyenangkan sekali berbicara denganmu. Aku pikir aku harus membayarmu untuk ini.”

“Hei, aku yang harus berterima kasih. Sejujurnya aku hampir pulang karena merasa bosan. Tapi kau bisa tetap membayarku.”

Meta tampak sungguhan akan mengeluarkan dompet ketika Bright buru-buru berkata,
“Bukan dengan uang. Maksudku… mungkin dengan pergi makan bersama, lain kali?”

Bright, lagi-lagi terkejut dengan perkataannya sendiri. Meta pun sedikit terkejut, sedikit memiringkan kepalanya. Memastikan apakah ia tak salah dengar.

“Itupun jika kau tidak keberatan. Maaf, aku hanya-”

“Baiklah! Hm, Nana, bolehkah aku pinjam ponselmu? Sini Bright, ketikkan kontakmu.”

Semua terjadi begitu cepat hingga akhirnya mereka berpisah jalan, Bright pun tidak dapat mencerna apa yang telah ia lakukan. Memberi kontak pribadi kepada orang asing bukanlah hal yang akan ia lakukan sebagai Bright yang biasa. Menginisiasi pertemuan lainnya? Pertama kali juga.
Lantas, mengapa saat ini ia begitu menunggu pesan dari pemuda manis itu?

Dini hari itu, sepulang dari festival kembang api di tepi sungai Toyohira, Bright terlelap membawa perasaan asing yang pertama kali menyapa relungnya.
___________________________________________

Meta sejatinya tahu apa yang ada di dalam lubuk hatinya ketika pertama kali suara Bright menyapa pendengarannya di tengah hiruk-pikuk festival itu.

Katakanlah ia naif, namun tak lebih dari lima menit bagi Meta untuk mengetahui bahwa orang ini tulus mau membantunya.

Benar, hanya tentang saling menolong manusia, bukan?

“Kau menyukainya.” Nana membuka suara di saat mereka berdua berjalan menuju arah rumah.

“Apa maksudmu?”

“Pemuda asing itu. Pandai sekali kau mendapatkan lelaki tampan di antara ribuan manusia.”

“Oh, jadi dia tampan?” Bahkan Meta tidak mengenali rupanya dengan jelas.

“Ya, dan sepertinya bukan orang jahat. Makanya aku tidak banyak bicara tadi.”

Mereka sampai di depan rumah Meta. Nana membukakan pagar rumah itu.

“Nana, kirimkan kontak Bright ke ponselku, ya.”

“Iya.”

Nana sedikit berjinjit, mencoba menepuk-nepuk kepala Meta. Memperhatikan wajah pemuda yang berseri-seri itu. 

Sejujurnya ia merasa bahagia, setelah sekian lama Meta bersemangat menantikan sesuatu.
Di balik sifat ceria dan kuat Meta, Nana lah yang paling tahu bahwa sejatinya pemuda manis itu telah lama kosong akan harapan, seakan takut bermimpi jauh.

“Nana, aku bukan anak kecil lagi,” Meta menepis pelan tangan teman sekaligus tetangganya  yang sudah ia anggap sebagai kakak itu. Mengerucutkan bibirnya dengan ekspresi kesal namun tetap saja menggemaskan.

“Aku tahu. Meta kecilku sudah besar. Tapi kapanpun itu, kau tahu kan kau selalu punya aku?”

Hana, Hanabi  [BRIGHTWIN] | COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang