Chapter 1: The Arrival

783 55 0
                                    

“Bright, sini!”

Seorang lelaki berkumis tipis sedikit berseru memanggil lelaki satunya yang berdiri di seberang jalan.

Bright, si empunya nama berhenti memandangi layar ponselnya untuk mengangkat wajahnya, mencari sumber suara.

‘Oh, di sana rupanya.’

Bright menarik koper kecilnya menuju Mike, kawannya semasa dulu bersekolah di Thailand.

Ya, saat ini Bright sedang menempuh tahun ketiga pendidikannya di Jepang, tepatnya sebagai mahasiswa Ilmu Sosial dan Hubungan Internasional di Universitas Tokyo.

Mike? Ia pun satu almamater dengan Bright walaupun Mike memilih jurusan hukum.

Begitu tiba di hadapannya, Mike memperhatikan Bright dari ujung kepala hingga ujung kaki. Nampak sangat siap dengan setelan khas musim panas: kaos berlengan pendek dan celana selutut.

“Kenapa?”

“Tidak. Kau makin tinggi saja kurasa.”

Bright memukul pelan bahu Mike.

“Berlebihan. Kita baru terakhir bertemu dua minggu lalu. Sudahlah, ayo cepat tunjukkan jalannya.”

Begitulah, saat ini Bright sedang berada di Hokkaido. Lebih tepatnya di Kota Sapporo. Ia memutuskan liburan musim panas kali ini akan dihabiskan di kota ini. Pertama, ia ingin merasakan suasana summer vacation di Jepang, dan kedua, ada alasan lain yang membuatnya enggan untuk menghabiskan liburannya di Thailand.

Beruntung Mike, kawannya semasa sekolah juga memiliki rencana yang sama. Mike memiliki kerabat yang tinggal di Sapporo. Untuk itu, Bright bersyukur tidak harus repot memikirkan akomodasinya selama berlibur di kota ini karena Mike menawarkannya untuk ikut.

“Nah, sudah sampai.” Ujar Mike di depan sebuah rumah dua lantai.

“Mm.. Mike, apakah benar tidak apa-apa aku ikut tinggal di sini?”
Bright memastikan lagi karena khawatir akan merepotkan Arm.

“Tentu saja! Kak Arm sudah bilang padaku.”

Dan kekhawatiran Bright pun tak terbukti. Ia disambut dengan sangat ramah di rumah itu.  Arm adalah sepupu Mike yang sudah cukup lama menetap di Jepang bersama istrinya, Alice.

“Terima kasih banyak sudah bersedia menampungku Kak Arm, Kak Alice. Aku sungguh tidak ingin merepotkan. Aku akan membantu pekerjaan rumah selagi aku di sini.” Bright menangkupkan kedua tangannya.

“Bright, jangan sungkan. Kami senang kedatangan tamu sesama orang Thailand. Anggap kami juga keluargamu disini, ya,” ucap Alice dengan tulus, diiringi anggukan Arm.

Ah, keluarga, ya.

Pikiran Bright kembali menerawang, mengulang kembali beberapa jam lalu saat ia gamang menatap layar ponselnya. Membuat Mike yang menunggunya harus sedikit berteriak untuk mendapatkan atensinya.

Tidak, kali ini Bright bertekad melupakannya dan menghabiskan waktu berlibur di Hokkaido.

Hana, Hanabi  [BRIGHTWIN] | COMPLETEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang