Jika kau tidak mengenal siapa itu Gojo Satoru, kau pasti beranggapan bahwa pria bersurai seputih salju itu adalah seorang tunanetra. Oh, ayolah. Memangnya orang bodoh mana yang memakai kacamata hitam di dalam ruangan? Terlebih, di malam hari?
Sosok pria yang digadang-gadang sebagai Penyihir Jujutsu Terkuat itu memang jarang memperlihatkan matanya di depan umum. Pastilah akan ada benda seperti kain penutup mata ataupun kacamata yang menyembunyikan indra penglihatannya tersebut. Kau bahkan sempat bertanya-tanya, bagaimana Satoru bisa melihat ketika dia menggunakan penutup mata hitam itu sepanjang waktu?
Kau memang pernah mendengar bahwa Satoru memiliki Enam Mata. Oke, tidak banyak yang kau ketahui tentang Enam Mata ini, tetapi sedikit yang kau tahu bahwa mereka memainkan peran dalam penggunaan yang tepat dari Limitless. Six Eyes juga merupakan Teknik bawaan yang diwarisi keluarga Gojo.
"Aku tahu aku ini tampan, [Name]. Tapi jika terus ditatap oleh wanita cantik sepertimu, aku yang tampan ini bisa tersipu malu juga tahu."
Kau hanya memutar matamu malas mendengar kenarsisannya yang semakin memprihatinkan dari hari ke hari, "Oh? Kau punya rasa malu? Aku baru tahu. Kukira kau tidak punya malu."
Bukan rahasia lagi jika selain menyandang gelar Penyihir Jujutsu Terkuat, Satoru juga adalah seorang 'ratu drama'. Lihatlah ekspresi terluka yang terkesan dibuat-buat itu. Tanganmu rasanya gatal ingin melempar meja kerjamu ke wajahnya sekarang juga.
"Yang kau katakan padaku itu jahat, [Name]." Satoru menyentuh dadanya dengan raut wajah persis layaknya istri tua yang didzalimi istri muda, "Padahal aku menyempatkan diri kemari karena takut kau akan merindukanku."
Mendengar kalimatnya, kau jadi bertanya-tanya. Apakah Nobara tidak akan keberatan jika kau meminta bantuan gadis itu untuk membuatkanmu boneka santet dengan wujud guru freak-nya ini?
"Gojo-san, jika tidak ada yang-...."
Kau mengerjap beberapa kali, dan kalimatmu pun seketika terhenti saat tiba-tiba saja Satoru sudah berada di depanmu. Tangan pria itu bertengger di sandaran kursi yang entah sejak kapan sudah ia putar agar kalian bisa berhadapan. Kau tahu Satoru itu cepat saat di medan pertempuran, tapi apakah secepat ini?
"Kau tidak bisa terus marah padaku, [Name]." Napas Satoru terasa hangat menerpa wajahmu saat ia berkata dengan lirih, "Hanya karena aku terlambat untuk kencan kita, kau mendiamkanku selama 1 minggu lebih 1 hari 8 jam 45 menit 50 detik!"
Di balik kacamata hitamnya yang sedikit menurun, kau tau Satoru tengah menatapmu dengan intens.
Sialan. Kenapa kau selalu lemah pada mata sebiru kristal itu?
Baiklah. Ini bukan saatnya terpesona pada mata indah Satoru. Ingat, kau sedang marah padanya disini.
"Hanya, katamu?" Kau memberanikan diri untuk balas menatapnya, "Kau terlambat bukan 5 atau 10 menit, Satoru. Kau membuatku menunggu selama 3 jam!"
Satoru sedikit tersentak saat kau berkata dengan nada yang lumayan tinggi padanya. Ia tahu, membuatmu menunggu selama itu memang keterlaluan. Tapi ia punya alasan. Alasan yang tidak mau kau dengarkan.
"Kau tidak pernah serius, Satoru. Bahkan jika itu menyangkut hubungan kita." Kau menatapnya dengan putus asa, "Jika kau terus seperti ini, lebih baik kita akhiri saj-....."
Kalimatmu terhenti saat sebuah material lembut menempel di bibirmu dengan sempurna. Tidak, itu bukan permen yupi. Benda lembut dan kenyal itu adalah bibir Satoru yang memang habis makan yupi sebelum dia datang kemari.
Ingin sekali kau berkata, 'Sopankah begitu?'
Menciummu tanpa aba-aba, lalu menatapmu dengan iris biru kristalnya yang mempesona.
Sepertinya memang benar, Gojo Satoru lahir ke dunia tanpa dibarengi akhlak yang menyertainya.