Kelas mengajarmu sudah selesai beberapa jam yang lalu, tapi kau masih bertahan di sekolah. Alasannya? Tentu saja berurusan dengan bagian dari menjadi Penyihir Jujutsu Kelas Khusus yang jarang disukai orang-- dokumen.
Jika dalam situasi seperti itu, biasanya akan ada orang ada orang orang yang selalu menyelinap ke kantormu hanya untuk menggangu dan memberitahumu bahwa kau bekerja terlalu keras. Namun hari ini, orang itu tidak datang. Oh, tentu saja. Itu karena kau telah mewanti-wanti Satoru ketika dia menelponmu dengan mengatakan padanya bahwa kau tidak ingin diganggu hari ini.
'Hubungi aku segera setelah kau selesai. Aku akan menunggumu di luar. Ku traktir kau makan. Oke?'
Itu adalah kalimat yang Satoru katakan saat dia menutup panggilan diakhiri dengan kata 'love you' sebelum sambungan itu benar-benar terputus.
Kau harap kali ini dia benar-benar mengajakmu makan. Makan yang berarti memakan memakan sebenarnya, bukan makan manisan ataupun segala sesuatu yang akan menyiksa gigimu di kemudian hari.
Tapi Satoru tetaplah Satoru, pria itu akan selalu menjadi 'gigi manis' di manapun dia berada. Lihatlah segala macam manisan yang tersebar di meja ketika kau tiba di cafe tempat dia menunggumu.
"Maaf, aku salah meja. Permisi." Sebelum kau bisa memutar tumitmu, Satoru sudah lebih dulu meraih tanganmu dan membuatmu duduk di kursi yang sudah disediakannya.
"Kau pikir kemana kau akan pergi?" Satoru mencibir, "Tidak tahukah kau berapa lama aku menunggu?"
Ha!
"Mungkin harus kuingatkan juga berapa puluh kali waktuku terbuang percuma hanya untuk menunggumu, Gojo-san."
Satoru hanya bisa meringis tanpa bisa membalas kalimat sarkasmu. Ah, syukurlah dia sadar diri.
"Sudahlah. Lupakan masa lalu. Ayo kita makan sekarang," ucapnya ceria.
"Serius kau menyuruhku memakan ini?" Kau melihat berbagai macam kudapan yang memiliki kadar gula tinggi itu dengan tatapan ngeri.
"Kenapa? Ini enak 'tahu!" Satoru berkata seraya memasukan 'racun' itu ke dalam mulutnya.
"Ini tidak sehat." Kau menghela napas lelah, "Aku jadi kasihan pada gigimu."
"Aku tersanjung kau mengkhawatirkan gigiku, [Name]. Tapi mereka baik-baik saja. Gigiku sehat wal-afiat, jasmani dan rohani."
Ah, sudahlah. Memberikan nasihat tentang manisan pada Satoru itu sama saja dengan kau berbicara dengan batu. Tidak akan didengar.
"Otakmu yang tidak baik-baik saja, Satoru."