"[Name], gigiku sakit."Kau menoleh ke asal suara hanya untuk mendapati Satoru yang kini tengah mengelus pipi kirinya di sebelahmu.
"Lalu?" tanyamu dengan sebelah alis terangkat.
"Tolong aku!" Satoru meringis di akhir kalimatnya, "Aduuuh, sakit."
"Aku bukan dokter, Satoru. Pergilah temui Shoko dan minta dia mengobatimu."
"Tidak mau. Bisa-bisa dia mencabut semua gigiku nantinya."
"Tapi aku tidak bisa mengobatimu."
Satoru tidak menjawab. Dia malah sibuk meringis seraya mengelus pipi kirinya yang terlihat sedikit bengkak. Tidak heran jika Satoru sakit gigi, mengingat berbagai jenis makanan yang dikonsumsinya rata-rata memiliki kadar gula yang berlebih.
"Baiklah. Apa yang bisa aku bantu?"
"Elus kepalaku."
"Kau ini sakit gigi apa sakit kepala?!" tanyamu kesal. "Modus terus ya kerjaanmu."
"Kepalaku juga sakit, [Name]. Aku tidak bohong," bela Satoru.
Yah, kau pernah dengar sih, kalau sakit gigi otomatis kepalamu juga ikutan sakit. Kau bahkan sempat bertanya-tanya, apakah si gigi dan si kepala ini memiliki ikatan batin?
Ah, sudahlah. Itu tidak penting.
Tanpa menunggu persetujuan darimu, Satoru sudah meletakan kepalanya di bahumu, "Ayo, elus kepalaku."
Kau mendengus sebelum menuruti keinginannya. Baiklah, kurasa tidak ada salahnya sesekali memanjakan pacar albinomu itu.