O : Overdue

7.6K 1.1K 88
                                    

Sepertinya, Gojo Satoru memang belahan jiwa Hatake Kakashi. Karena selain warna rambut, ada pula kesamaan yang begitu melekat pada keduanya.

Yap, hal itu adalah kebiasaan mereka yang seringkali TERLAMBAT jika menghadiri suatu pertemuan.

Hatake Kakashi sering terlambat mungkin karena terlalu husyuk membaca buku laknat berjudul Icha Icha Uttaran, tapi Gojo Satoru? Dia sering terlambat karena apa? Jajan manisan? Atau jajan gorengan? Dengan kaki sepanjang itu, sulit dipercaya jika Satoru bahkan bisa terlambat. Terlebih, dia bisa teleportasi 'kan? Rasanya keterlaluan jika membuat orang menunggu begitu lama seperti ini.

"Lagi-lagi terlambat." Kau menghela napas lelah. Padahal kau buru-buru datang ke tempat ini begitu kau selesai mengajar, tapi ternyata apa yang kau lakukan ini sia-sia saja. Laki-laki albino itu belum datang juga meski kini sudah lewat setengah jam dari waktu janjian kalian.

"Harusnya aku tidak mengiyakan ajakannya kemarin. Biarkan saja dia-..."

"Dia apa? Hm?"

Kau sedikit tersentak saat suara yang amat kau kenal menyapa indra pendengarmu. Kau lantas mendongak hanya untuk mendapati orang yang sedari tadi kau tunggu tengah menatapmu seraya bertopang dagu tepat di seberangmu.

 Kau lantas mendongak hanya untuk mendapati orang yang sedari tadi kau tunggu tengah menatapmu seraya bertopang dagu tepat di seberangmu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kau harus berhenti mengumpati kekasihmu sendiri, [Name]." Satoru kembali mengenakan kacamata yang sempat dilepasnya sebelum kembali berkata, "Hatiku terluka, tahu tidak?"

Kau mendengus mendengar kata-katanya, "Aku memgumpatimu karena kau memang pantas untuk diumpati."

"Diumpati? Bukankah aku lebih pantas untuk dicintai?" ucap Satoru disertai seringai khas pria itu.

Sebelum kau bisa membalas kata-katanya, sebuah buket mawar biru di tangan Satoru membuatmu termangu.

"Apa itu?" tanyamu padanya.

"Bunga."

"Aku tidak buta, Satoru."

"Aku tahu. Bunga ini untukmu. Cantik, 'kan?" Satoru tersenyum lebar seraya menyerahkan buket itu padamu.

Kau menerima bunga itu dalam diam. Matamu tak lepas dari Satoru yang masih setia mempertahankan senyumannya. Kau tidak bisa untuk tidak bertanya-tanya, ada angin apa Satoru memberimu bunga? Biasanya kan dia memberimu permen atau segala jenis makanan yang memiliki kandungan gula berlebih. Tapi kali ini? Bunga? Demi apa?

Seolah mengerti kebingunganmu, Satoru pun meraih tanganmu yang bebas untuk digenggamnya kemudian berkata, "Anggap saja bunga itu sebagai permintaan maafku karena sering membuatmu menunggu. Lagipula, aku jarang memberimu bunga 'kan? Atau kau ingin bunga yang lain? Kau suka bunga apa? Anggrek? Melati? Kamboja? Raflesia Arnoldi? Atau-...."

Kalimat Satoru terpotong oleh tawa tertahanmu.

"Kenapa tertawa?" tanyanya heran.

"Tidak apa-apa." Kau menyeka air asin di sudut matamu, "Kau tidak perlu memberiku apa pun, Satoru. Cukup dengan tidak membuatku menunggu lama saja hal itu sudah membuatku senang."

Itu bukan sindiran, sungguh. Kau hanya mengutarakan isi hatimu. Tapi jika kata-katamu berhasil 'menampar' hingga membuat Satoru sadar, itu bagus juga sih.

N.S ||  GOJO SATORU [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang