Kau tahu Satoru itu aneh. Ganteng doang, punya otak jarang dipake. Kau tidak mempermasalahkan keanehan pria itu, sebenarnya. Tapi jika kau ikut terseret dalam tingkah lakunya yang nyeleneh, kau tentu tidak akan tinggal diam.
"Aku bersumpah, Satoru. Jika kau tidak melepaskan benda ini, aku akan-...."
"Kau terlalu banyak mengumpat, [Name]. Gadis baik tidak mengumpat."
"Makanya lepaskan benda ini! Aku tidak bisa melihat, bodoh!"
"Kau akan bisa melihatku sebentar lagi. Sabar."
"Aku tidak ingin melihatmu! Aku hanya ingin kau melepaskan benda ini, Satoru!"
Kau tidak peduli jika orang-orang yang kau lewati di lorong akan memperhatikan kalian berdua karena teriakanmu. Kau hanya ingin cepat sampai di ruanganmu, sehingga kau bisa melepaskan benda yang menutupi kedua matamu saat ini.
Kau tidak habis pikir dengan kelakukan pria albino yang sayangnya merangkap sebagai kekasihmu itu.
Tidak ada angin, tidak ada hujan. Tiba-tiba saja Satoru langsung menutupi kedua matamu menggunakan penutup mata yang sering dia gunakan begitu kau selesai dengan kelasmu. Kau tidak bisa membukanya sendiri karena kedua tanganmu ditahan oleh pria itu hingga yang bisa kau lakukan hanya meneriakinya di sepanjang perjalanan menuju ruanganmu.
Setelah menempuh perjalanan yang penuh emosi, akhirnya kalian pun tiba di ruanganmu. Kau segera menjambak rambut Satoru begitu pria itu membebaskan tanganmu. Penutup mata itu bahkan masih melekat di matamu, tapi kau tidak peduli. Karena yang terpenting bagimu sekarang adalah memberi Satoru pelajaran karena telah memperlakukanmu seperti ini.
"Arrgghhh! Berhenti menjambakku, [Name]. Kalau aku botak bagaimana?! Nanti aku tidak tampan lagi."
"Kau pikir aku peduli?!"
Kau tidak memperdulikan rintihannya, dan malah terus menjambaknya dengan membabi buta.
Setelah dirasa cukup, akhirnya kau melepaskan kepala Satoru. Ada beberapa helai rambutnya di tanganmu, tapi siapa peduli? Yang pasti bukan kamu.
"Aku harap kau memiliki alasan yang bagus atas tindakanmu ini, Satoru." Kau menatapnya tajam begitu kau berhasil membuka penutup mata hitam itu.
Satoru meringis seraya mengelus kepalanya, "Aku tidak mau kau menggunakan matamu untuk menatap pria lain selain aku."
Kau tidak bisa untuk tidak tercengang atas jawaban pria itu, "Hah? Apa maksud-...."
"Tadi pagi, aku melihatmu menatap Megumi tanpa berkedip. Aku tidak suka." Iris biru kristal itu menatapmu kesal.
"Kapan aku-...."
Tiba-tiba, sekelebat bayangan berputar di kepalamu. Tadi pagi Megumi memang membantumu membawakan alat-alat olahraga, dan kalian bercengkrama sebentar. Tapi hanya sebatas itu. Kau tidak merasa bahwa kau terus menatap Megumi tanpa berkedip tuh. Apa mungkin Satoru yang katarak hingga dia salah lihat?
Karena terlalu sibuk dengan pikiranmu, kau tidak menyadari kalau Satoru sudah memojokkanmu hingga punggungmu menyentuh dinding di belakangmu.
"Kau harusnya tahu, [Name]. Aku paling tidak suka jika milikku diusik oleh orang lain," desisnya tepat di depan wajahmu.
"Tapi ak-...." Kau tidak sempat menyelesaikan kalimatmu karena Satoru sudah lebih dulu membungkammu dengan bibirnya.
Ya Tuhan, Satoru yang cemburu memang sangat merepotkan.