Chapter 3

2K 142 6
                                    

Haechan bangun dengan perasaan hangat. Bukan jenis perasaan hangat yang membuatnya tidak nyaman, melainkan rasa yang ingin Haechan nikmati saat dia mencoba menemukan jalan untuk kembali ke alam mimpi. Untuk sesaat, dia bertanya-tanya apakah telah membeli selimut baru, karena kain ini terasa sangat nyaman di pelukannya, dan belum lagi, baunya sangat harum. Haechan mendapati dirinya menarik selimut lebih dekat saat dia mencoba untuk kembali tidur sekali lagi.

"Kau akan menghentikan oksigenku, jika terus memelukku sekencang ini." Tiba-tiba selimut itu berbicara, yang membuatnya kesal, karena selimut seharusnya diam untuk memberinya waktu beberapa menit lagi, atau mungkin bahkan jam, untuk tidur.

"Diam dan jadilah selimut yang baik," keluhnya sambil menguap, hidungnya menempel di selimut itu. Baunya benar-benar familiar, tetapi pikirannya yang belum sepenuhnya sadar hampir tidak bisa mengenali bau ini. "Aku ingin tidur lebih lama lagi."

Selimut itu terkekeh. "Tapi kita akan melewatkan sarapan jika kau terus tidur."

Haechan mengerutkan alisnya karena bingung. Ada yang aneh. Apa selimut biasanya juga sarapan?

Haechan menyipitkan pandangan saat dia perlahan membuka mata, tangan yang hangat segera terjulur untuk menyibakkan helai rambut dari wajahnya diikuti dengan tawa lembut lainnya. Begitu penglihatannya pulih beberapa detik setelah mengedipkan matanya, Haechan langsung disambut dengan wajah tampan sang pacar yang sedang menatapnya dengan lembut.

"Butuh waktu cukup lama untuk menyadari bahwa aku bukan selimut yang bisa bicara."

Haechan mengerutkan kening saat dia memutuskan untuk menggoda pacarnya. "Selimut yang bisa bicara itu jauh lebih bagus."

Mark mengangkat bahu, selimut yang asli jatuh lebih rendah di tubuhnya saat dia bergerak, memperlihatkan dadanya yang telanjang dan tanda yang ditinggalkan Haechan padanya tadi malam. "Aku bisa menjadi lebih baik. Biar kuingat, aku bisa bersenang-senang sendiri di hari liburku dan membiarkanmu tidur sepanjang pagi."

Mata Haechan bersinar karena kalimat itu, dia tiba-tiba terbangun. "Hari libur?"

Mark mengangguk. "Ya," jawabnya, keheranan terlihat jelas di matanya. "Simon memberiku waktu istirahat setelah serangkaian misi, dan dosenku berhalangan hadir. Aku bebas bersenang-senang sepanjang hari, dan aku ingin sekali mengajakmu, tapi kupikir kau lebih memilih tidur bersama selimut daripada pergi bersamaku."

"Tidaaaak!" Haechan merengek saat dia mendorong dirinya lebih dekat kepada Mark. "Bawa aku bersamamu! Jangan tinggalkan aku di rumah yang sepi ini sendirian!"

Mark tertawa terbahak-bahak saat membalas pelukan Haechan dengan merangkulnya, menggosok kulit punggung telanjangnya. "Oke, oke," jawabnya dengan lembut. "Tapi kau harus memohon dengan sopan."

"Jadi ke mana kita akan pergi? Taman hiburan? Kebun binatang? Bioskop?" Haechan tidak bisa menahan perasaan gembiranya dan mengabaikan perintah terakhir Mark. Sudah lama sekali sejak Mark mengajaknya kencan.

Dulu ketika kelompok gangster itu pertama kali menerima Haechan, Mark akan selalu menemaninya dalam waktu yang lama, untuk menebus tahun-tahun ketika Haechan dikurung di rumah bordil. Itu menyenangkan, tapi kemudian, Mark harus tumbuh dan menjadi dewasa, menjadi aktif di dunia kejahatan, sehingga mengurangi jumlah waktu yang bisa mereka habiskan bersama. Itu menyebalkan, tapi begitulah kehidupan mereka.

Mark menarik selimut untuk menutupi tubuh telanjang Haechan dengan benar. Haechan hanya berdecak dan memutar matanya.

"Aku pikir kita harus berbelanja, karena kau tahu," jawab Mark, "semua pakaianmu kelihatannya sudah mengecil."

Haechan cemberut dan mengeluh karena Mark mengejek selera fashion-nya. "Itu crop top! Bentuknya memang seperti itu."

Mark mengangkat bahu, dia tidak peduli. "Beli saja lebih banyak pakaian, jadi aku punya alasan untuk membakar yang lama."

[Terjemah] SAVE ME, KEEP ME | MarkChan GS ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang