Itu adalah pertemuan menghangatkan hati antara teman masa kecil sekaligus—mungkin—kekasih di masa depan. Renjun dan Jeno bertukar kata tentang betapa khawatirnya mereka, betapa mereka merindukan satu sama lain, dan betapa mereka menyesal tidak bisa mengucapkan kata-kata yang ingin mereka ucapkan. Itu semua terjadi saat suara tembakan yang menggelegar masih terdengar di luar ruangan.
Sangat romantis!
Sayangnya, Haechan hanya bisa mendengarkan, karena dia masih dibutakan oleh cahaya senter yang diarahkan padanya.
Haechan hanya memiliki kesempatan singkat untuk melihat siapa orang kurang ajar yang menyorotkan senter pada dirinya. Setelah mengkonfirmasi identitas orang itu, Haechan merasa kesal dan berpikir bahwa orang itu bersikap kasar padanya dengan sengaja.
"Jaemin!" Renjun berseru kemudian, nama pacarnya, setahu Haechan. "Di mana dia? Apa dia baik-baik saja?"
"Ya," jawab Jeno dengan cepat. "Dia bersama Kun dan Jungwoo. Mereka akan menjaganya tetap aman. Tapi kau—"
"Aku baik-baik saja! Aku baik-baik saja, Jeno. Jangan khawatir."
"Aku tidak baik-baik saja. Terima kasih sudah bertanya," kata Haechan sarkas, setengah geli dan setengah kesal karena dilupakan. "Dan berhenti mengarahkan senter padaku, dasar iblis!"
Mark mendecakkan lidahnya sebelum mengarahkan senter ke arah yang berbeda. Haechan berkedip untuk menyesuaikan penglihatannya.
"Kita harus pergi," Mark berbicara untuk pertama kalinya, dan Haechan merasa kesal saat mendengar suaranya.
"Jika kau sedang terburu-buru, pergilah. Jangan pedulikan kami. Kau tahu, aku merasa cukup nyaman berada di sini."
Mengapa Mark bahkan ada di sini? Laki-laki itu tidak mungkin menyelamatkan Haechan. Pasti tidak. Mungkin dia ada di sana untuk menyelamatkan Renjun karena Jeno adalah saudaranya. Mark tidak punya alasan lain untuk berada di sana. Tidak, Haechan tidak akan berharap lagi.
Tanpa memperhatikan gerakan orang itu, Haechan terkejut karena tindakan Mark yang tiba-tiba mengangkatnya dari tanah dan menggendongnya dengan bridal style. Gelombang mual mendatangi perut Haechan karena gerakan yang tiba-tiba. Percayalah, Mark tidak pernah memedulikan perasaannya.
"Dasar, berengsek! Bagaimana jika aku mengalami patah tulang?" Haechan dengan marah bertanya, meskipun kepalanya mulai berputar-putar karena stres, lelah, dan sakit akibat pukulan yang dia dapatkan sebelumnya.
"Benarkah?" tanya Mark dengan nada cemas yang hampir membuat Haechan salah mengira itu sebagai hal yang nyata. Mengapa Mark mengkhawatirkan Haechan setelah mengusirnya?
"Ti-tidak," jawabnya, tapi kenapa suara Haechan terdengar terlalu lembut? Kesal pada dirinya sendiri, dia memutuskan untuk menambahkan dengan nada agresif, "Kenapa kau bahkan bertanya seolah-olah peduli?"
Itu adalah hal yang sangat penting, tapi Mark justru mengalihkan percakapan.
"Kita harus pergi," kata Mark, mungkin dimaksudkan kepada Renjun dan Jeno, bukan kepada Haechan yang bahkan tidak berjalan sendiri. "Tempat ini akan segera meledak."
"Sebentar, hyung," jawab Jeno, diam-diam mendesak Mark untuk pergi dulu dan meninggalkannya bersama Renjun untuk sedikit privasi. Mark mengerti, dia dengan cepat keluar, membawa Haechan bersamanya tentu saja.
Mereka sudah setengah jalan ketika Haechan menyadari bahwa dia terlalu nyaman dalam pelukan Mark karena dia bahkan tidak memprotes saat lelaki itu membawanya keluar. Dia tidak ingin salah paham atas perlakuan ini.
"Aku bisa berjalan sendiri, terima kasih banyak! Kau bisa menurunkanku, Tuan!"
Mark tidak menanggapi ucapan Haechan, menyebabkan perempuan itu kesal. Haechan mulai bergerak-gerak dalam gendongannya, tidak peduli jika jatuh, tapi Mark hanya mengencangkan cengkeraman pada tubuhnya, melindungi Haechan.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Terjemah] SAVE ME, KEEP ME | MarkChan GS ✔️
Fanfiction🔞 "Kau tidak membodohiku, kan, Mark?" Haechan bertanya sambil meletakkan kepalanya di dada Mark. Pikiran Mark menyuruh untuk mendorong perempuan itu menjauh, tetapi tubuhnya melakukan hal sebaliknya karena tangannya kini justru mendarat pada rambut...