Taeyong adalah orang pertama yang dilihat Haechan saat dia bangun, setelah tidak sadarkan diri selama berhari-hari ketika pulih dari luka-luka yang dideritanya dari pria tua jutawan yang membelinya dari rumah bordil.
Mark tidak ada di sana, dan untuk beberapa saat, Haechan mulai ragu apakah ingatannya hanya mempermainkannya. Dia bertanya-tanya apakah Mark benar-benar menyelamatkannya atau dia hanya memimpikan semuanya. Dia juga tidak mengenal pemilik wajah cantik dan mata berbinar yang menatapnya. Malaikat, mungkin? Apakah dia sudah mati?
"Haechan?" Suara rendah dari sosok malaikat itu memanggil namanya. "Bisakah kau melihatku?"
Haechan mencoba untuk berbicara, tetapi tenggorokannya sangat kering dan gatal, sehingga yang bisa dia berikan sebagai jawaban hanyalah anggukan lemah.
"Oh, syukurlah," seru malaikat itu. "Aku sangat senang kau akhirnya bangun. Kami semua takut ada lebih banyak luka yang perlu disembuhkan selain yang ditemukan Jungwoo. Untuk sesaat, kupikir…"
Haechan mulai memikirkan ocehan malaikat itu saat dia mengedarkan pandangan ke ruangan. Segala sesuatu di sekitarnya berwarna putih, dan Haechan bertanya-tanya apakah surga memang terlihat seperti itu.
"Apa kau mencari Mark?" Malaikat itu bertanya, menyebabkan dia kembali fokus padanya dengan bingung.
"M-mark?" Haechan berhasil berbicara.
"Ya, Mark!" seru Taeyong dengan gembira. "Dia ada di sini. Aku minta maaf karena harus memaksanya keluar dari ruangan ini. Aku harus melakukannya karena dia menolak untuk meninggalkanmu dan beristirahat, dan aku takut jika aku mengizinkannya untuk melanjutkan apa dia lakukan, maka kalian berdua akan sama-sama membutuhkan perawatan dokter."
Dokter? Jadi dia masih hidup. Mark memang menyelamatkannya. Lelaki itu menyelamatkannya seperti yang dia janjikan.
Tapi di mana Haechan sekarang?
"Kau ada di rumah," jawab malaikat itu seolah-olah dia baru saja membaca pikiran Haechan. "Yah, maksudku rumah kami. Tapi kurasa, akan menjadi rumahmu juga mulai sekarang. Kurasa kami akan menjadi keluargamu sekarang. Apa kau suka itu?"
Sebuah keluarga. Haechan menyukai gagasan itu. Segala sesuatu yang malaikat itu katakan padanya hari itu akhirnya menjadi kenyataan. Mereka memberinya rumah, mereka memberinya sebuah keluarga. Sebuah keluarga yang sangat disayangi Haechan, sehingga dia memutuskan akan melindungi mereka dengan cara apa pun.
Itulah mengapa Haechan tidak bisa menahan tangis di dalam kamarnya saat menunggu seseorang untuk memberitahunya tentang keadaan Taeyong. Begitu dia mampu mengatasi keterkejutannya saat melihat Taeyong dalam kondisi seperti itu, dia sadar tentang apa mungkin terjadi dari situasi itu bagi mereka.
Mereka mungkin akan kehilangan Taeyong.
Sejak awal, sejak pertama kali Haechan memutuskan untuk bergabung dengan mereka, dia menyadari betapa berbahayanya hal-hal di sekitar mereka. Dia menyadari risiko yang menyertai pekerjaan mereka. Tetap saja, dia harus melihat salah satu orang yang dia sayangi terluka, hampir mati kehabisan darah, semuanya terasa begitu nyata untuk pertama kalinya.
Haechan benar-benar ketakutan. Dia takut kehilangan orang yang menunjukkan padanya bagaimana rasanya dicintai dan dirawat. Dia takut kehilangan Taeyong, Mark, dan semua orang.
Haechan tidak tahu lagi apa yang terjadi di lantai bawah setelah Mark menyuruhnya untuk pergi kamar mereka, tidak boleh pergi keluar, dan tidak boleh mengganggu diskusi mereka. Dalam keadaan terkejut, Haechan mendapati dirinya tidak dapat berdebat dengan Mark dan hanya mengikuti apa yang dia katakan dengan segera menuju kekamarnya. Renjun dan Chenle juga dipulangkan setelah itu. Haechan hanya bisa membayangkan apa yang sedang mereka pikirkan ketika dia sendiri tidak mampu melakukan apa pun untuk membantu mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
[Terjemah] SAVE ME, KEEP ME | MarkChan GS ✔️
Fanfiction🔞 "Kau tidak membodohiku, kan, Mark?" Haechan bertanya sambil meletakkan kepalanya di dada Mark. Pikiran Mark menyuruh untuk mendorong perempuan itu menjauh, tetapi tubuhnya melakukan hal sebaliknya karena tangannya kini justru mendarat pada rambut...