"Kamu ngapain kesini?"
"Aku kangen kamu Juy."
"Aku lagi banyak kerjaan Soojin, pulang ya? Lagi pengen istirahat."
"Gak mau, aku mau nemenin kamu aja."
"Gak perlu, aku lagi pengen sendirian. Mending kamu shopping atau hangout sama geng kamu aja. Okay?"
"Sepulang kamu kesini kita belum spend quality time lho. I miss you so bad."
"I miss you too, tapi aku lagi sibuk. Next time, I promise. Sekarang pulang ya?"
"Okay, but kiss me first."
Telinga gue pagi-pagi udah mendengarkan obrolan Juyeon sama seorang cewek di depan pintu apartemen. Gue gak tau dia siapa, tapi tadi Juyeon manggil cewek tersebut sebagai Soojin. Karena masih enak rebahan di kasur gue gak ada niatan untuk melihat wajah cewek yang ditemui Juyeon. Lagipula itu bukan urusan gue.
"Okay, kabarin kalau kamu udah gak sibuk. Kita harus liburan bareng."
"Iyaaa."
"Aku pulang."
"Hati-hati."
Hingga ada suara pintu ditutup dan Juyeon masuk ke dalam. Dia kayaknya tau kalau gue mendengarkan percakapan dia sama cewek tadi.
"Good morning." sapa gue
Juyeon tiba-tiba menghampiri gue dan duduk di tepi ranjang. Dia menatap gue seperti merasa bersalah.
"Tadi—"
"It's okay Juy, it's your privacy. Lagipula aku kan cuma numpang disini hehe. Bentar lagi aku pulang kok."
"Gak gitu Jen, dia itu—"
"Juyeon, kalau dia pacar kamu atau gebetan kamu, yang harusnya diusir itu aku tau. Aku jadi gak enak nih sama cewek tadi." jelas gue
Juyeon gak menanggapi apa-apa lagi, dan beranjak untuk mengambil segelas air.
"Bingung cara jelasinnya kak Jen. Aku tuh enggak suka sama dia. Kita sebatas teman kecil, terikat karena orangtua kita sahabatan dan merintis bisnis bareng. Dan ternyata Soojin suka aku, that's all. But I don't like her. Aku menganggap dia sebagai adek."
"Tapi karena Soojin bilang kalau dia suka aku, orangtua aku sama dia tiba-tiba pengen ngejodohin kita berdua. Of course aku gak mau."
"Makanya Jen, ayo kita pacaran biar aku gak dituntut sama orangtuaku untuk dijodohin sama Soojin."
Kalimat terakhir yang diucapkan Juyeon barusan cukup menarik perhatian gue.
"Hey, kamu tuh aneh ya. Soojin itu pasti lebih baik dan lebih segalanya dari aku Juy. Bodoh banget kalau kamu merelakan dia demi aku yang kayak gini."
"Aku tuh paling enggak mau merusak hubungan orang lain. That's why I left Jaehyun and another ex." jelas gue
Juyeon diam dan terus menatap gue. Suasana pagi ini cukup berbeda dari biasanya. Gue gak sadar kalau cowok macam Juyeon pastinya punya pacar atau yang dekat sama dia.
"Udah lupain aja Ju, aku numpang mandi ya. Habis itu aku pulang." ujar gue dan jalan menuju tas yang gue bawa.
Tiba-tiba tangan gue ditahan Juyeon. "Jen... I like you, I do like you— a lot."
"Juy, becanda kamu gak lucu. Masih pagi tau." balas gue
Juyeon ikut berdiri dan refleks memeluk gue dari belakang. Jujur, gue kali ini cukup degdegan dengan sikap Juyeon. Bukan pertama kalinya, tapi rasanya berbeda dari biasanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hidden Track [Jennie X Juyeon]
Fanfiction17+ "Let me know your phone number." "No, you can contact me by Mami Chaelin." "5 millions for your number." Berurusan dengan lelaki ini tak akan jauh dari uang dan nominal. Apa menurutnya semua didunia ini bisa dibeli dengan uang? "Okay." ©2021...