Yohana

127 5 0
                                    

Revan.

Dia adalah seorang remaja laki-laki yang masih bersekolah disalah satu sekolah ternama di ibukota.

Siapa yang tak mengenali Revan?

Bahkan satu angkatan pun mengenal dia. Sebagai sosok murid yang paling misterius, tak ada yang berani menyapa apalagi sampai mencari masalah dengannya.

Gayanya yang selalu mencerminkan sosoknya yang sangat menyeramkan, selalu dengan hoodie hitamnya.

Revan selalu bersikap dingin, tak perduli dengan apapun. Sosoknya yang dingin, membuat tak ada yang mau berteman dengannya.

Sangat tertutup. Itu juga salah satu kepribadian Revan. Revan tak pernah menampakan mimik wajah, sehingga banyak orang yang tak tau apa yang sedang dia rasakan. Entah itu sedih, senang, mukanya tetap datar dan dingin.

Walaupun seperti itu, banyak sekali perempuan yang menyukainya. Adik-adik angkatan kelasnya, bahkan kakak kelas angkatannya. Semua mengagumi sosok Revan.

Tapi, Revan tak memperdulikan orang-orang yang menyukainya.

Hidup Revan, hanya Revan. Tak ada yang bisa masuk dalam ruang lingkupnya. Sekalipun orang itu keluarganya sendiri.

Sikapnya sangat membuat orang tuanya terkadang susah berinteraksi, anaknya sangat pendiam, dan cenderung sendirian.

Bukan berarti Revan, Cupu.

Revan bahkan mendapatkan gelar murid paling cuek. Tak perduli sedang berurusan dengan siapa, dia tetap dingin dan datar.

Tapi, kepintaran Revan pun tak ada yang bisa mengalahkannya. Dia selalu menjadi juara umum di sekolahnya. Bahkan menjadi kebanggaan sekolahnya itu.

Saat-saat jam pelajaran seperti ini, Revan cenderung tak memperhatikannya. Dia lebih asik memainkannya ponselnya. Dengan santainya dia bermain ponsel padahal guru sedang mengajar.

"Revan, kamu mengerti?" ujar Bu Laras yang sedang mengajarkan pelajaran Fisika.

Revan tak menggubris gurunya itu.

"Revan!" panggil guru itu.

"Ya?" tanya Revan dingin.

"Kamu mengerti apa yang saya ajarkan tadi?" tanya Bu Laras.

"Ya," jawab Revan singkat.

Bu Laras sampai menarik nafas panjang karena Revan. Ke-tak-perdulian-nya itu benar-benar menguji guru yang mengajarnya dikelas.

"Van, gue minjem pulpen lo dong, ga lo pakai kan?" ujar salah satu teman kelasnya yang duduk didepannya.

Revan hanya meliriknya sebentar lalu beralih lagi ke handphonenya.

"Oh, okey," ujar temannya itu lagi dan kembali menghadap depan.

Lihat kan? Tak ada yang berani pada Revan.

Kadang mereka merasa jengkel pada Revan, tapi mereka juga takut berurusan dengan Revan.

•••

Revan berjalan dengan santainya menyusuri jalan yang cukup ramai karena saat ini pada siswa sedang bubar kelas untuk pulang.

Revan yang menjadi sorotan pun biasa aja, seolah tak ada manusia lain.

Hingga sampai di gerbang sekolah, mata Revan melihat tajam sosok perempuan.

Bibirnya tersenyum miring, tatapannya tak lepas. Seakan ingin menerkam perempuan itu.

MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang