Tamu Asing

7.8K 474 15
                                    


"Aku pulang agak terlambat hari ini," kataku sambil menyelesaikan sarapan pagi.

"Kenapa?" tanya Ayumi, yang biasa kupanggil Yumi itu.

"Berhubung akhir bulan, ada rapat penting setelah bekerja."

"Oh," sahutnya. Dia meminum tehnya dengan dagu yang mendongak. Lehernya yang putih terpampang jelas menggoda iman, sayang seribu kali sayang. Aku hanya mampu menghela nafas kasar.

"Mas!"

"Ya?"

"Ada temanku datang dari Jakarta, boleh dia menginap di sini?"

"Laki-laki apa perempuan?"

"Ya perempuan, masa laki-laki."

"Berapa malam?"

"Setidaknya sampai dia mendapatkan tempat kos."

Aku berfikir sejenak, Yumi memang sering mengeluhkan bosan ketika berada di rumah. Dia tak begitu suka bergaul dengan tetangga. Dari pada bergaul dengan tetangga, dia memilih menghabiskan waktunya untuk nonton drakor.

Aku berangkat bekerja setelah Yumi mencium tanganku. Hanya tangan, tak ada yang lain, kalau dapat yang lain alangkah bahagianya aku. Entahlah, entah sampai kapan aku memiliki kesabaran akan tingkah polah Yumi. Dia patuh, tak banyak bicara, tak ada cacatnya kecuali selalu menolakku saat mengajaknya bermesraan.

Memang, belum ada cinta di antara kami. Kami bagaikan orang asing yang tinggal seatap. Hanya bertegur sapa seperlunya saja. Tapi sejauh ini kami baik-baik saja, dia menantu yang baik, kami tak pernah bertengkar kecuali setalah menjurus ke tempat tidur.

Aku bekerja di sebuah perusahaan keuangan milik swasta. Gajiku cukup untuk mencukupi hidup kami. Rumah yang kami tempati pun, statusnya sudah milik sendiri. Sayangnya, penghuninya belum menjadi milikku.

"Menikah saja, tambah istri satu lagi!" Begitu saran Yudi setiap aku bercerita, dia teman dekat yang masih ada hubungan saudara. Bersama dia, rahasia dijamin aman.

"Tak semudah itu, Yud"

"Lah? Kita ini laki-laki, pemilik keputusan."

"Aku ingin tau alasannya yang sebenarnya dulu."

"Kalau dia tak mau memberi tahu, bagaimana?"

Aku terdiam. Tak tau apa jawabannya.

***
Aku pulang jam delapan malam. Mendapati sepasang sepatu di depan pintu rumah. Aku tau betul itu bukan milik Yumi. Pasti temannya telah datang.

Pintu tak dikunci, malah agak renggang sedikit. Yumi memang ceroboh.

Akan tetapi, baru saja aku melangkahkan kaki dengan pelan, suara aneh dari kamar tamu membuat langkahku terhenti.

Ranjang AyumiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang