"Ha-halo perkenalkan namaku Greet, salam kenal semua, sen-senang bisa bergabung di tim ini."
Aku menahan gugup saat tersenyum, menelan saliva berkali-kali saat belasan pasang mata menatapku tajam. Entah sebenarnya tajam atau tidak, aku yang insecure selalu berpikir melebihi keadaan yang sesungguhnya. Aku menghela napas, semua semangat dan keberanian yang sedari pagi ku kumpulkan seolah menguap begitu saja.
"Baik, kalau begitu, seperti yang saya katakan tadi, Tim akan di bagi dua." Suara pria paruh baya yang Aku ingat bernama Pak Ronald terdengar. "Team A, Leader Amanda, sama Regina presenter, camera Krisna, research sama editing Mirna n Sean." Sang Manajer, Pak Ronald menyebutkan pembagian Tim.
"Team B, Tristian sebagai Leader, tapi dia masih di Semarang. Presenter Silvy, camera Andreas, Greet n Leon research and editing. Lalu Team B, Tristian sebagai Leader, tapi dia masih di Semarang. Presenter Silvy, camera Andreas, Greet n Leon research and editing."
Jantungku mencelos sesaat. Tristian..
Aku merasa salah dengar. Tapi aku segera menggelengkan kepala mengumpulkan kembali fokusku yang buyar gara-gara nama tabu itu disebut.
Toh belum tentu orangnya sama. Emang dia doang yang punya nama itu? Asisten manajer itu pasti bukan orang sembarangan sampai bisa menjabat posisi itu, dan pastinya bukan pria itu.
Aku berusaha mengusir pikiran konyol, lalu mengikuti tur keliling kantor, mengamati setiap jengkal tempat kerja baruku dengan seksama. Tak terasa sudah jam istirahat, aku bersemangat turun ke lantai lobby dan mencari-cari orang yang sudah menungguku sedari tadi. Tiba-tiba tubuhku tertarik kebelakang saat seseorang melingkarkan tangannya di bahuku.
"Greeeet!"
"Mba Luna!"
Kami berdua berpelukan layaknya anak SMA yang sedang reuni.
"Ya ampun, akhirnya ketemu kamu lagi." Wanita cantik bernama Luna itu tersenyum sambil menarikku masuk ke sebuah kedai kopi yang ada di sudut depan lobby.
"Iya mba.. duh ga sangka aku bakal kerja lagi sama mba." Aku juga tidak dapat menahan rasa senang kembali bertemu dengan senior panutanku ini.
"Nih, aku udah ambilin kartu karwayan dan kartu akses kamu. Welcome to KG Jakarta, Greet."
Aku menatap kartu tanda pengenal karyawan yang belum sempat ku ambil dengan mata berbinar. "Repot-repot sih mba ngambilin. Padahal biar aku aja yang ambil habis istirahat ini."
"Gapapa," sahut Luna sambil mengibaskan tangannya. "kita beli kopi terus balik keruanganku aja ya, biar santai ngobrolnya disana."
Aku mengangguk, hanya membiarkan mba Luna merangkulku, Kami memang dekat seperti kakak adik walau aku merasa sedikit canggung saat kemudian banyak orang mengangguk pada mba Luna disepanjang kami berjalan menuju ke ruangannya. Mba Luna memang dikenal banyak orang, dia putri tunggal Direktur Utama KG.
"Gimana-gimana? Nervous ga?" Kami duduk di sofa minimalis saat sampai diruangan mba Luna di lantai dua puluh dua.
Mataku berkeliling takjub melihat ruangan seniorku ini, sangat cozy, serba putih, terlihat cantik seperti penghuninya. Belum lagi pemandangan kota Jakarta dari atas, wuih!
Mba Luna menyodorkan sebuah cup kopi caramel macchiato kesukaanku. Ah, mba Luna selalu saja mengingat kopi kesukaanku.
"Makasih mba." Aku menghela napas. "Nervous sih.. tapi aku yakin aku bisa."
Mba Luna mengangguk, "Orang disini baik-baik kok, ada calon tunanganku di divisi kamu. Asisten manajernya, nanti aku titipin kamu sama dia."
"Hah? Calon yang itu mba?" Aku terkejut. Mba Luna sempat bercerita kalau papanya ingin menjodohkan dia dengan anak teman bisnisnya, memang usia mba Luna yang menginjak dua puluh delapan tahun, terlihat masih santai dengan status singlenya. Dia belum mau menikah, masih mau bebas berkarir katanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
✅ Greet's Wildest Dream
Romance(COMPLETE) Pria tampan, bertubuh atletis, mempesona, apakah mau dengan gadis gemuk? Sang Mama selalu berkata "Kamu akan menemukan "Romeo"mu sendiri, pria yang mencintaimu apa adanya, bagaimana pun bentuk tubuhmu". Benarkah? Dimana? Siapa? Hahahaha...