Happy reading..
.
.
.
.Tiga orang Laki laki yang sedang berjalan disekitaran kampus, Marvist yang terlihat mencolok bagaimana tidak diantara ketiga nya Hanya Dia yang mempunyai wajah yang tampan sorot mata yang tajam tubuh tinggi. Siapa yang tidak kenal Marvist? Laki laki sejuta pesona namun memiliki aura yang mengerikan. Membuat para wanita berfikir beribu kali jika ingin mendekati nya. Dua orang disamping nya tak kalah menawan pula dari Marvist. Yudist yang tampan dan ramah begitupula Zarvin. Namun pada saat saat tertentu mereka juga bisa menjadi mode serius.
"jadi,kalau kita ke hutan pinus bagaimana?lagi subur subur nya tuh" mendengar itu, Marvist hanya menganggukkan kepalanya tanda ia setuju.
"wahaha boleh aja,bisa jadi wilayah spot kesekian tu."
Jawaban dari Zarvin yang mampu membuat Marvist terhenti sejenak dan memancarkan kilatan beribu rencana. "hei jaga bicaramu." peringat Yudist.
"Ckck iya iya.. Lagipula disini tidak ada orang."
"Sudahlah, Aku akan coba observasi belakang kampus dulu." ucap Marvis seraya melangkah kan kaki nya pergi menjauh.
"Nghokey, Kita berdua ke basecamp duluan."
"Terserah, asal jangan buat masalah." ujar nya dengan penuh peringatan
Marvist berjalan dengan santai ke arah belakang kampus, ia sekarang harus mencari target untuk menuntaskan Nafsu haus darah nya nanti malam.
"Tolong lepaskan aku mohon." gadis itu berucap dengan nada memohon ampun yang terdengar oleh Marvist.
"Cih.. Segini doang! Makanya jangan sok cantik deh,"
"Haha.. Kelihatan banget ya kayak tante girang, sok cantik! Gimana kalau kita dandani sedikit" Vania menarik rambut Tea dengan kencang dan membenturkan kepala kedindingnya
Dugh
Lagi lagi Tea harus menahan sakit.
"Kumohon...h-hentikan." Tea lelah dan hanya bisa menunduk pasrah, lagi dan lagi ia mengalami kejadian ini. Tidak pernah terlepas dengan lingkungan toxic ini padahal ia hanya ingin hidup normal dan damai.
Byuur..
Sakira, salah satu gadis yang membully itu menyiram Tea dengan air minum nya yang dingin.
Marvist yang sedari tadi mengawasi dari balik tembok pun muncul secara tiba-tiba.
"Marvist!! aku kaget tauk," ucap Sakira genit
Marvist hanya menaikkan satu alis nya menatap sakira dengan pandangan menjijikan tapi ia mempunyai rencana, bagaimana jika Sakira yana akan menjadi target nya? Tapi. Bagaimana dengan gadis yang sedang dibully itu? Seperti nya Marvist akan mengincar Tea sesudah urusan nya dengan Sakira. Marvist terus melirik mereka berempat secara bergantian, dengan salah satu diantara mereka terlihat menyedihkan. Sakira langsung bergelayut manja di lengan marvist dan berkata, "aku hanya membereskan sampah ini, aku kesal sekali dia ini sok cantik banget, selalu tebar pesona dia kira dia ratu di kampus ini?" jelas sakira yang tidak dipedulikan Marvist, Marvist terus menatap ke arah Tea, yang ditatap hanya bisa menunduk.
Marvist melirik sakira sekilas, ingin sekali ia mendepak kasar lalu mencengkram kuat leher wanita menjijikan ini sampai mati, Tapi sayang ia tak bisa melakukan nya sekarang.
Marvist menarik tangan nya. Pandangan nya tak lepas dari Tea, setelah puas ia memandangi gadis itu ia segera menatap Sakira Dan kawannya dengan lekat.
"Puas?" tanya Marvis dengan ekor mata nya yang melirik kearah Sakira.
"M-mmaksud nya?" Sakira dan yang lainnya gelagapan. Baru kali ini mereka berhadapan langsung dengan Marvist yang kondisi aura nya tak mengenakan begini.
"Lebih baik kalian pergi." What! Sejak kapan Marvist mulai.. Peduli? Tea pun sampai terheran, ia agak mengenal sosok Pria tampan ini, yang ia tau Marvist ini Irit bicara, dingin tak tersentuh. Tea hanya menunduk takut
Sakira menatap Marvist tak terima. "Tapi Marvist, kamu apa apaan sih," kata Sakira.
Marvist menajamkan lagi pandangan nya. "ku bilang pergi." lagi ia berinstrupsi.
"O..okay baiklah." Sakira dan temannya segera pergi dari sana tak ingin mencari masalah dengan Marvist, sebelum itu Sakira melayangkan pandangan benci ke Tea. Marvist itu tak kenal ampun, mau itu laki-laki perempuan, sebaya ataupun dibawah dan diatasnya sekali orang itu membuat dirinya terganggu maka bersiaplah babak belur,
Marvist mengambil handphone nya disaku celana.
Cekrek
Ia memotret Sakira dan temannya lalu mengirim gambar itu beserta 'Perintah' Ke anak buah nya.
Lalu pandangan Marvist mengarah ke Tea yang masih terduduk di lantai. "Bangun."
Tea memeluk tubuhnya. Kenapa ia sangat takut, kenapa ia harus berurusan dengan laki-laki ini.
"Ku bilang bangun!" Tea terlonjak kaget dan langsung berdiri.
"Ck.. Lemah sekali, kau ingin terus di usik oleh mereka?" baru kali ini Marvist terdengar peduli, apa karena ada sesuatu atau Rencana ? Entahlah...
Tea menormalkan mimik wajah nya, bagaimanapun juga ia harus mengucapkan kata itu, "Terima kasih."
Deg.
Untuk pertama kalinya Marvist, terguncang? Suara yang lembut.
Marvist menatap Nametag yang bertulis kan Galantea Kalandra. Smirk, Marvist mendekat, Tea menjauh.
"A-aku..." Tea benar benar merasa tak nyaman.
Apa apaan ini, tatapan laki laki ini sungguh tajam, sampai-sampai bernafas pun sulit saking menakutkan tatapan laki-laki didepannya ini. Marvist segera pergi meninggalkan Tea sendirian. Akhirnya, Tea segera merapikan penampilannya dan pergi kebelakang kampus, tepatnya halte yang berada dibelakang kampus sembari menunggu keadaan sepi dan supir jemputan nya pun sampai.
Terlihat jelas. Laki-laki itu menatap Tea dengan Intens, Ia sedari tadi tanpa sepengetahuan Tea mengikuti dan mengintai nya diam diam.
To be continued
Vote, komen, jangan sungkan beri masukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
224 With Devil
Mystery / ThrillerFOLLOW SEBELUM MEMBACA! (18+) Mature content! NSFW Warning!! violence, seksual, vulgar, kasar, brutal, harsh words. #Darkromance Don' t copy my story🔫 Follow me for support! Marvist Earl, lelaki misterius dengan beribu rahasia, bahkan orang terd...