Enam : Bunga yang hancur ½

187 16 16
                                    

Warning! Bab ini ada adegan penyiksaan.

Happy reading
.
.
.
.

Hari ini, adalah hari kematian, kehancuran, kepedihan bagi mereka. Mereka bunga yang hancur, kenapa demikian? Bayangkan saja, bunga yang tumbuh mekar, dirawat sedemikian rupa oleh sang pemilik sekarang harus menerima nasib bahwa, mereka bukan lah bunga yang indah lagi, keadaan membawa mereka pada ambang kehancuran.

Gadis itu terus meronta ingin dilepaskan ikatannya, bersamaan dengan suara teriakan kedua temannya.

"Apa-apaan ini, lepasin!" pekik nya, kaki tangan mereka sekarang tidaklah mulus lagi, kulit putih mereka itu sudah berubah menjadi lebam keunguan membekaskan rasa pedih.

"S-sakira, kita dimana." suara parau itu terus bertanya-tanya yang membuat seorang penjaga terusik dengan hal itu.

"Diam lah kalian!" bentak laki-laki tinggi bertopi dan memakai masker hitam senada dengan pakaian yang ia kenakan.

"Sudahlah Per, biarkan lah mereka teriak seperti itu sebelum pita suara mereka hilang."

kekehan yang keluar dari mulut para penjaga membuat tawanan di depannya ini bergedik geli, gampang sekali mereka berucap seperti itu.

"Dasar gila!" Sakira memberanikan diri untuk berkata demikian. Pasalnya ia sudah muak dengan keadaan mereka yang kacau seperti ini.

"Wah wah Perky seperti nya mereka senang karena kita menemani mereka bermain sebentar lagi."

"Aku bingung, enaknya mulai dari yang mana ya Vin?"

Laki-laki bertopi itu berjalan mendekati teman Sakira -Rosa-

"Ku mohon, j-jangan." suara Rosa agak sedikit tertahan, tenggorokan nya terasa kering, ia haus.

"Ku rasa yang ini dulu, atau.. " kemudian ia berdiri dan mendekati Sakira

"Nona cantik yang cerewet ini?" tangan Perky bergerak nakal, berani untuk membelai wajah Sakira.

"Ck! Najis! Pergi sana dasar om-om cabul." Sakira meludahi Perky yang tepat berada di depannya itu.

Perky menjambak rambut Sakira dengan kasar.

Prakk

Satu tamparan meluncur mulus di pipi Sakira.

"Jaga bicara mu Nona."

Sakira terdiam, Rosa dan Melan juga ikut terdiam, Sakira yang berani seperti ini saja di tampar dan dijambak bagaimana dengan mereka berdua yang hanya diam.

"Ada ribut-ribut apa ini?" suara seseorang memecahkan suasana canggyng dan menegangkan di ruang itu. Spontan Perky menjauh dari Sakira.

Kedatangan Marvist, Noel, Yudist membuat ke-3 gadis itu terdiam.

"M-marvist? Marvist tolong aku, mereka jahat.. Hiks.."

Sakira merangkak menuju kearah Marvist, tetapi dengan sigap Perky menendang tubuh Sakira.

"Mereka ini ribut sekali, kita apakan ya enaknya, Bos?"

Bos? Sakira bertanya-tanya kenapa mereka memanggil Marvist dengan sebutan bos? Sebenarnya siapa mereka? Apakah Marvist ikut andil dalam penculikan dan penyekapan ini? Jika iya, Sakira bodoh sekali kalau tidak menyadari itu, tetapi bukankah ia memang bodoh? Terlalu larut dalam keobsesiannya dengan Marvist.

"Asal kalian tahu, orangtua ku hakim!" ucap Sakira, meski ia tahu sepertinya kalimatnya itu tidak mempan, kenapa? Sakira mulai paham, siapa para pria kejam di depannya ini.

Bodoh jika orang-orang tidak tahu siapa mereka, kalau tebakan Sakira benar, pasti orang-orang ini adalah incaran pihak polisi dan intel, Sakira sempat melirik logo pada jaket yang dikenakan Noel, logo itu pernah dilihat nya, justru fakta dibalik logo itu lah yang harus mereka jauhi dan berhati-hati jika berhadapan dengan kelompok itu.

Zarvin berterus terang, "Mau orangtua mu hakim, polisi kek, bahkan presiden sekalipun, tidak ada harga nya di mata kami!"

"Jangan sombong mentang-mentang orangtua mu berpangkat!" Zarvin menyambung ucapannya.

Perky menatap Marvist yang terduduk menyimak setiap aksi anak buahnya itu, lalu Perky berkata, "Bos, bolehkah kami mencicipi mereka?"

Spontan pertanyaan Perky membuat Marvist menyeringai. Mereka menunggu jawaban dari bos nya itu

"Ya, Yudist." Marvist menoleh kearah Yudist agar segera melakukan sesuatu.

Yudist yang sedari tadi diam, beranjak bergerak menuruti interupsi Marvist, Yudist segera menarik kasar ke-3 gadis itu, dan melepas paksa baju mereka.

"Lepaskan! Jangan aghh s-sakitt."

Rosa meronta kesakitan, kini terdapat tusukkan di perutnya.

"T-tolong aku Sakira, M-melan."

"T-tunggu, aku bisa berikan kalian uang berapapun itu, asal lepaskan kami." tawaran itu keluar dari mulut Sakira.

Keadaan mereka bertiga sangat mengenaskan, dengan full naked, tubuh yang memar dan masih terikat dengan tali tambang.

Mendengar itu Marvist berdiri, mengambil salah satu cambuk yang bertengger di atas meja.

Splassh

Marvist mengayunkan cambuk itu di tubuh Sakira, meninggalkan bekas memar merah. Lalu Marvist mencekik Sakira dengan kuat sehingga Sakira terbatuk mengeluarkan cairan bening dan merah itu mengotori tangan Marvist.

"Ck! Sialan." dilepaskannya cekikan itu dan Marvist menjauh dari sana, mengelap tangannya dari noda darah menggunakan tissue dan menyeprot Handsanitizer untuk mensterilkan tangannya agar tidak bau amis darah, lalu botol itu dilemparkan tepat pada perut Melan yang sudah tertanam pisau di sana. Sejujurnya Marvist ingin lebih, ingin menuntaskan nafsu gila nya dengan menyiksa orang-orang ini, bahkan ingin rasanya ia memutilasi tiga orang tawanannya itu, tapi sayang mereka bertiga ini akan di lelang bisa-bisa harga nya turun jika tubuh mereka sudah tak utuh lagi.

"Arghhhhh.. Sakiiit, tolonggg."

Sekarang, Perky mengambil alih keadaan, "Makanya, omongan dijaga, kau kira kami ini miskin? Jangan menyinggung bos."

Perky dan Zarvin memposisikan badan Sakira dan kedua temannya dengan terlentang, kaki mereka bertiga dibuka lebar, mengangkang lebih tepatnya. Sakira dan kedua temannya itu berteriak histeris dan meronta-ronta untuk dibebaskan, tapi takdir berkata lain, tidak ada kesempatan untuk mereka, bahkan kesempatan itupun jika ada maka kesempatan itulah yang tidak ingin menemui mereka. Keadaan yang sangat kacau, keadaan yang tak seharusnya seorang gadis merasakan itu, mereka sekarang tak lain adalah tawanan, tawanan yang akan disiksa tawanan yang akan hancur perlahan disisa hidupnya.

***
Anyway ini baru setengah ya, setengah nya lagi soon, karena kalau di lanjutkan bakal jadi panjang mungkin, jadi ku bagi dua..

Jangan lupa vote, koment.

To be Continued

224 With DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang