12. Kamar

3.2K 42 0
                                    

Milly berdiri mematung di depan rumah besar yang terlihat minimalis. Lidahnya berdecak kagum, tapi tetap saja dia segera membuang pikiran itu. Ya, dia memang baru saja sampai di rumah Brian.

Lelaki itu tampak berjalan ke arahnya dengan santai. Jas hitamnya disampirkan di bahu, lalu kemeja putihnya digulung sampai siku. Jika dilihat-lihat Brian memang tampan.

Ah ... tetap saja Milly tidak menyukainya. Apalagi dengan kejadian hari ini. Dia ingin berteriak, tetapi tidak ada gunanya. Sekarang pilihan yang tersisa hanyalah menghadapi dengan tegar.

"Brian!"

Tiba-tiba sebuah suara terdengar dari belakang. Milly yang merasa penasaran pun menoleh. Di sana terdapat sosok wanita cantik yang mengenakan mini dress berwarna hitam serta stiletto dengan warna senada.

Wajahnya dipoles dengan make up yang cukup tebal, membuatnya tampak lebih tua dari umur aslinya.

Brian mendengkus tidak senang. Dia menatap Bianca dengan wajah datar. "Bukankah aku sudah mengatakan sebelumnya? Jangan menemuiku lagi!"

Bianca mengabaikan ucapan Brian. Dia lebih tertarik dengan gadis yang berdiri tidak jauh dari Brian. Wajahnya cantik dan muda, mungkin belum menginjak dua puluh tahun.

Meskipun begitu, gadis itu terlihat sangat sederhana. Bahkan kakinya hanya mengenakan flat shoes yang sudah usang.

"Siapa ini? Asisten baru?" tanya Bianca.

Sebelum Brian sempat menjawab, Milly segera memperkenalkan diri. "Benar. Aku adalah asisten barunya. Sepertinya aku harus undur diri agar tidak mengganggu kalian."

Dia bersiap untuk menyelinap pergi, sayangnya Brian sudah terlebih dahulu menahan kerah baju Milly dari belakang.

"Apa aku menyuruhmu pergi?" tanya Brian dengan datar.

Milly mencebikkan bibir dan menghentikan aksinya. Dia melihat wanita asing yang sedang menatapnya dengan wajah cemberut. Oh, dia tahu. Pasti wanita itu menyukai Brian.

Namun jika dilihat dari ekspresi Brian, sepertinya dia tidak menyukai wanita itu. Tiba-tiba sekelebat ide masuk ke dalam otaknya.

Jika dia mengusir wanita ini dan membuat Brian merasa senang pastinya pria itu tidak akan melakukan hal-hal kurang ajar padanya, kan? Lalu besok mungkin dia akan memiliki kebebasan seperti biasanya.

"Tidak. Ah, perjalanan ke tempat ini benar-benar membuatku merasa mual. Aku ingin muntah." Milly berkata dengan cepat. Dia mengubah ekspresinya menjadi sedikit pucat. Tangannya memegang perutnya sambil menunduk.

"Oogghh!"

Milly mengeluarkan suara-suara menjijikkan yang membuat Bianca merasa risih dan jijik. Apalagi saat melihat cairan bening yang keluar dari mulut Milly.

"Begitu menjijikkan! Brian, siapa dia? Kenapa kau membawa pulang gadis seperti dia?" tanya Bianca tidak senang.

Brian yang melihat kelakuan Milly pun mengangkat kedua alisnya. Taktik apa yang gadis itu pakai?

"Brian, ingat, aku akan menemuimu besok," ucap Bianca. Dia menatap penuh penghinaan pada Milly sebelum melangkah pergi. Melihat orang muntah membuat dia merasa ikut mual.

Milly tidak peduli. Dia mengelap sudut bibirnya sebelum melirik ke arah wanita yang kini sudah menjauh. Tawanya tiba-tiba meledak karena dia telah berhasil mengusir wanita itu tanpa perlu beradu mulut.

"Aku tahu kau pasti tidak menyukainya bukan? Jadi aku telah membantumu mengusirnya. Sekarang kau harus berterima kasih padaku," ucap Milly dengan bangga.

Make You Mine (18+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang