Face To Face

644 69 6
                                    

"Not confess to yourself, color is the future.
Please wait a little longer, there will be love here. Lower the sound, bring your feet closer. Until face to face with you."

에피소드 1

Seperti biasa, Hendery hanya berkutat seharian di depan laptop miliknya. Sudah sepuluh jam, tapi ia masih merasa tulisannya belum sempurna. Hendery memang terkenal dengan karya-karyanya yang bisa dibilang mendekati sempurna.

Entah dirinya memikirkan apa, tapi sejak kemarin Hendery kesulitan berkonsentrasi. Tepatnya setelah pulang dari sebuah supermarket. Hendery tidak sengaja berada dalam situasi rumit. Padahal ia hanya ingin mengambil apel, tapi malah terjebak di antara satu pasangan yang sedang bertengkar.

Hendery ingin pergi, tapi seorang bapak tak dikenal menahan tangannya. Bapak itu malah memberikan nasehat supaya kelak Hendery menjadi suami yang baik untuk istrinya. Hendery sendiri hanya mengiyakan sambil mendengar curahan hati colongan bapak itu.

Sehari sebelum pergi berbelanja ke supermarket itupun, Hendery sudah berniat berhenti mengharapkan sosok Juliet dalam hidupnya. Niat itu pun semakin kuat saat dirinya mendengar perkara rumah tangga milik orang lain sekaligus menyaksikan pertengkaran satu pasangan berumur di hadapannya. Hal itu membuat Hendery semakin pasrah.

"Akhirnya selesai," ucap Hendery sambil meregangkan badannya yang kaku karena duduk seharian.

Karya yang baru saja ia kirim pada manajernya itu akan dijadikan pertimbangan untuk ide cerita opening sebuah teater bertemakan kisah romantis pilu enam bulan lagi. Jika karyanya diterima, Hendery akan mendapat bayaran dengan jumlah yang lumayan besar. Maklum saja, pertunjukan teater itu kabarnya akan mendapat puluhan sponsor.

"Tunggu sebentar lagi, Hendery. Kalau tulisanmu benar-benar diterima, kau berhak untuk melakukan apa saja," ucap Hendery pada dirinya sendiri.

Baru saja Hendery ingin beristirahat, tapi suara berisik di seberang rumahnya tidak kunjung berhenti juga. Sudah dua puluh menit dan benar-benar bising. Sepengetahuannya, rumah sewa di seberangnya memang kosong sejak satu tahun lalu. Mungkin ada orang baru yang pindah, pikirnya.

"Tidak perlu menyapa, Hendery. Kau lebih butuh tidur daripada berkenalan dengan tetangga barumu itu," gumamnya sambil memejamkan mata.

Sepuluh menit berjalan, Hendery sudah ditahap satu menit lagi tidurnya akan pulas— terbangun begitu saja karena mendengar pintunya diketuk. Perasaan kesal dan marah muncul begitu saja menghiasi ekspresi wajahnya. Selain dikenal karena karya tulisnya yang mendekati sempurna, Hendery juga dikenal sebagai orang yang tidak bisa menyembunyikan perasaannya.

"Annyeong," sapa sang tamu tak diundang.

Hendery tidak membuka pintu rumahnya lebar-lebar. Selain karena ia tidak tahu siapa yang datang, kondisi rumahnya yang sangat berantakan itu tidak layak untuk dilihat siapapun.

"Bukankah tidak sopan menggunakan kata 'annyeong' untuk orang yang baru saja kau temui?" protes Hendery.

"Maaf, tapi kata tetangga sebelah rumahku, sepertinya aku dan kau seumuran jadi—"

"Tetap saja tidak sopan untuk pertemuan pertama," tegas Hendery.

Brak

Hendery menutup pintu rumahnya rapat-rapat. Kesan pertamanya untuk penghuni baru rumah sewa di seberangnya sangat buruk. Ditambah lagi, dia adalah seorang laki-laki. Entah apa yang membuat Hendery tidak bisa menahan emosi saat melihat sesama jenis. Mungkin karena ia pikir semua laki-laki bisa dengan mudah mendapatkan Juliet impian mereka sedangkan dirinya tidak.

Romeo + RomeoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang