Tidak kuduga, dia datang.
Tok tok
Seketika aku mendongak. Dia baru saja mengetuk mejaku. Mendapati si nomor urut dua berdiri menjulang tinggi di hadapanku. Mataku yang masih setengah rapat mencoba terbuka lebar karena ternyata aku baru saja ketiduran setelah kelas malam.
"Bukannya pulang malah tidur di sini?" Tanyanya sambil bergerak duduk di bangku depan tempat dudukku. Pukul sembilan lewat tiga puluh menit. Sudah sepi. Berarti dari tadi aku tidur sendiri?
"Kau juga, bukannya pulang kenapa masih di sini?"
Dia sedikit menghela napas sebelum menjawab, "tadinya aku mau mengecek dirimu sudah pulang atau belum. Sekaligus minta maaf. Takutnya kau menungguku terlalu lama, dan, taraa.. kau masih di sini." Ia menjeda, mulai menatapku lagi. "Kau benar-benar menungguku, ya?"
"Hah? O-oh.. sebentar. Bicaramu terlalu panjang. Aku baru bangun jadi otakku masih loading." Kataku, agak kikuk di awal namun dengan cepat mencoba senormal mungkin. Ku pukul-pukul pelan kepalaku seakan-akan proses loading otakku menjadi cepat.
Pria itu mendengus geli. "Kalau begitu cepat bereskan barang-barangmu. Kita pulang." Tanpa menunggu lama aku langsung membereskan semuanya. Memasukkannya ke dalam tas.
Angin malam menerpa kami selagi menunggu kedatangan bus di halte tempat kami duduk. Belum ada pembicaraan lagi antara kami setelah keluar dari gerbang sekolah. Sampai entah datang dari mana, tiba-tiba saja aku memulai pembicaraan.
"Memangnya kau mau mengajakku kemana tadi?" Tanyaku agak mendongak menatap dirinya. Aku teringat ucapannya di depan mading siang tadi.
Ia menoleh. "Hm? Ah.. itu," Dia belum menjawab. Netranya melirik pada jalan seakan berpikir untuk jawabannya. Kemudian netranya kembali padaku dan berujar, "perayaan."
Keningku mengernyit bingung. Belum mengeluarkan jawaban sama sekali dan masih menatap dirinya bingung.
"Iya, perayaan. Perayaan diangkatnya aku menjadi wakil ketua osis. Hanya perayaan kecil-kecilan juga, sih." Ia mengendik, menyandarkan badannya dengan tangan masuk ke dalam saku jaketnya.
"Terus bagaimana?"
"Bagaimana apanya?"
"Teman-temanmu? Bagaimana kalau mermenunggu?"
"Tenang saja. Aku dan teman-temanku sudah merayakan duluan. Jadi--"
Aku bernapas lega. Tadinya aku takut gara-gara aku yang ketiduran acara dia jadi gagal. "Syukurlah kalau begitu." Kemudian ikut bersandar di sana.
"Kau tidak kecewa?" Tanyanya disela sunyi yang sempat terjadi lagi.
Badanku menegak lagi. "Kecewa apa? Karena aku tidak ikut? Malah aku mau minta maaf karena ketiduran tadi. Maaf ku kira aku mengacaukan perayaanmu." Menautkan tanganku kemudian menumpunya pada bahu pria nomor urut dua sambil menunduk.
"Justru aku yang mau minta maaf."
"Heh??" Aku menarik diri dari dekatnya. "Kenapa?" Tanyaku.
"Aku yang mengacaukan itu. Maaf membuatmu menunggu. Tadi aku sempat ada rapat dadakan." Ucapnya santai masih dengan posisi bersandar namun sungguh-sungguh dalam berucap.
"Sebentar, maksudmu? Ada perayaan babak kedua? Dan itu gagal?"
"Tidak gagal, sih. Bisa ganti hari, kalau kau mau."
"Aku terserah padamu saja. Kan dirimu yang punya acara." Dia mengangguk. Badannya mulai menegak lalu mencoba melihat ke arah belakangku dimana bus akan datang dari arah sana. Tapi kudapati ia menghela napas pelan tanda belum ada bus yang mendekat.
"Memangnya siapa saja yang kau undang? Ada teman sekelas ku tidak?"
"Tidak." Ia menggeleng, menjawab cepat.
"Berapa orang yang kau undang?" Tanyaku lagi.
"Satu."
"Hah? Baru satu?"
"Hanya satu." Koreksinya, menjeda sejenak. "Kau." Lanjutnya kemudian menatap lurus padaku.
Aku.. mematung. Menatap lamat mencari tau ekspresi apa yang ia tunjukkan. Yang ku tangkap saat ini, sepertinya memang tampang dia seperti itu. Tampang dengan raut dingin dan cuek memang kesan yang akan orang-orang tangkap jika melihatnya. Sama seperti saat ini. Aku bingung. Takut?? Tapi apa yang ditakuti? Padahal dia cuma mengundang ku ke perayaan. Aku meneguk saliva kaku.
Tapi kenapa cuma aku?
Pantulan sinar lampu bus dari kejauhan di belakang sana menyelamatkanku dari situasi canggung ini. Kontak mata kami terputus dan mata pria itu agak menyipit sebentar sambil menatap bus itu. Aku mengikuti arah pandangnya dan pas sekali bus itu arah rumahku.
Kemudian aku bangkit dari duduk. "Ini bus arah rumahmu?" Aku berbalik sedikit untuk menanggapi pertanyaan pria itu. "Mhm.. iya. Kau? Arah mana?"
"Sama denganmu." Dia buru-buru bangkit, menarik lenganku untuk memasuki bus bersama. Syukurlah bus tidak terlalu ramai jadi kami dapat tempat duduk agak di belakang.
~~~
"Rumahmu sekitar sini juga?" Tanyaku karena setelah turun dari bus kami masih jalan bersama.
"Lebih kesanaan lagi." Katanya, agak tidak jelas. Tapi aku mengangguk saja.
Sudah sampai. Sampai di depan apartemenku. Bukan apartemen mewah, biasa saja. Dia mendongak memandang gedung itu dari atas ke bawah lalu menatapku. "Kau tinggal di sini?" Aku mengangguk.
"Sendiri?" Aku mengangguk lagi. Kudapati dia seperti terkejut mengetahui itu.
"Kemana orang tuamu?"
"Apa.. perlu aku ceritakan sekarang?" Aku ragu saat bilang begitu. Dan dia langsung mengangguk seperti sadar sudah cukup berlebihan. "Ah.. iya maafkan aku."
"Kalau begitu, sana masuk. Sudah larut."
"Terima kasih. Kau juga. Hati-hati di jalan."
Kulihat dia baru saja mau berbalik pergi tapi kembali menghadapku. "Pekan ini? Kau ada acara?"
"Mhm.. sepertinya tidak. Kenapa? Perayaannya mau akhir pekan ini? Kau tidak ada rapat?"
Ia mendengus geli. "Tidak ada. Akhir pekan ya untuk liburan."
"Oke, akhir pekan call!* " kataku mengangguk begitupun pria itu.
"Aku pulang. Sampai nanti."
Siluet dirinya mulai menjauh di depan sana. Seketika teringat kalau setelah kelas malam sebenarnya aku tidak tidur, salah satu temanku mengajak untuk pulang bersama tapi aku tolak dengan alasan mau belajar sedikit lagi. Alhasil aku terus belajar padahal diam-diam aku menunggu dia--si nomor urut dua menepati omongannya. Sampai akhirnya aku benar-benar ketiduran dan dia benar-benar menepati ucapannya.
Dia datang menemuiku. Aku menetap menantinya datang. []
.
*call : oke, deal, sure, atau seperti korean slang yang menandakan kalo orang yang mengatakan itu setuju.
Cr. Pic Doyoung gantengg ada di foto
Jangan lupa vomment☆ makasii♡
![](https://img.wattpad.com/cover/262958601-288-k967613.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Alone. | KDY
Fanfiction[𝑲𝒊𝒎 𝑫𝒐𝒚𝒐𝒖𝒏𝒈] "ada aku. Kau tidak sendiri." "maka dari itu, pulanglah.. ke rumah." "kembali.. padaku." ©jaeyary/@ennonim 2021