NA - [4]

26 1 0
                                    

Aku punya seorang teman yang bisa dibilang kami dekat satu sama lain. Cuma akhir-akhir ini dia lebih sibuk belajar dan menghadiri kelas akademi bahasa Inggrisnya karena setelah lulus dia akan melanjutkan studinya ke Amerika. Keren, kan? 

Temanku yang keren ini bernama, Cha Jinsoo. Ingat saat ada yang mengajakku pulang namun aku menolak karena alasan mau belajar lebih lama, padahal ... ya kalian tahu sendiri, haha ... 

Dia yang mengajakku pulang bersama. Aku jadi merasa bersalah karena waktu itu berbohong padanya. Aku belum mengatakan apapun yang terjadi padaku dan wakil ketua osis itu. Walaupun sepertinya dia juga pasti tahu kalau melihat kedekatan kami akhir-akhir ini. Dan aku pikir dia menunggu kejelasan dariku daripada bertanya langsung. Tentu saja karena dia sibuk, jadi untuk apa buang-buang waktu bertanya hal tentang aku dan pria itu? Ya, kan?

Hari ini, Jinsoo mengajakku hangout pulang sekolah. Dia bilang ingin ke tempat karaoke, beli kosmetik baru, ke toko aksesoris, dan kuliner jajanan malam di Myeongdong. Mau refreshing, menghilangkan stress katanya.

"Call~" Tanpa pikir panjang, mumpung dia ada waktu langsung saja ku setujui. Kapan lagi kami ada waktu bersama?

"Ayo, kita jadi, kan?" Tanya Jinsoo sambil menyampirkan tasnya. Aku mengangguk lalu tersenyum lebar. 

Jinsoo mengernyit heran. "Apa senyum-senyum begitu? Senyummu terlalu lebar." Kami tertawa, sungguh aku benar-benar sangat senang entah kenapa.

"Aku senang, tahu! Akhirnya kita punya waktu bersama lagi, hehe.."

"Yaa ... akhirnya. Tapi, hari ini kau benar tidak ada janji dengan orang lain, kan?" 

Aku mengernyit lalu menggeleng pasti. "Tidak ada. Memangnya siapa lagi yang dekat denganku?" 

"Orang itu?" Ah! Aku baru sadar. Pasti maksud Jinsoo adalah pria itu. 

"O-orang itu?? Um ..." Aku kikuk, namun Jinsoo langsung melihat ponselnya dan mencoba mengalihkan topik. "Oh! Kita harus cepat. Supaya waktu main kita lebih lama. Ayo!" Jinsoo merangkul lenganku untuk berjalan bersama. Jujur, disisi lain aku merasa lega dia tidak memaksaku untuk menjelaskan, tapi disisi lain rasanya masih mengganjal.

Kami benar-benar menggunakan waktu dengan sebaik-baiknya. Karaoke sudah, toko kosmetik sudah, toko aksesoris sudah, kuliner jajan juga sudah. Street food di Myeongdong memang juara.

Tempat terakhir untuk mengakhiri hangout kami yaitu sebuah cafe yang biasanya menjadi tempat kumpul atau nongkrong anak gaul Myeongdong. Ku akui memang cafe nya cocok untuk anak-anak muda seperti kami. Anak-anak muda yang mau menghabiskan waktu bersama temannya. 

Aku dan Jinsoo masih menikmati kue dan minuman dari cafe ini. Saling memberi komentar tentang apa yang kita rasa. Dan bagiku, cafe ini masuk daftar cafe rekomendasi yang harus didatangi setidaknya sekali seumur hidup.

"Tidak terasa ya, sebentar lagi waktu kita akan habis. Setelah pulang kita akan kembali pada kesibukkan masing-masing." Kataku disela mengelap bibir setelah mencicipi cake cokelat. Memandang sendu pada Jinsoo sambil melipat tangan di meja.

"Ey.. kau ini bicara seakan-akan kita tidak bisa punya waktu seperti ini lagi." Jinsoo menggeleng, kemudian balik menatapku. "Bagaimana kabarmu? Maaf kalau belakangan ini aku sibuk dan tidak bisa sering bersamamu seperti dulu." Ucap Jinsoo pelan menatap nanar padaku.

"Hey, tidak apa-apa. Aku mengerti. Aku tahu kau sangat ingin studi ke Amerika, maka dari itu, semangat, Cha Jinsoo! Jangan terlalu pedulikan aku." Aku tersenyum, mengepalkan tangan mencoba memberinya dukungan. Walaupun sempat sedih pada awalnya karena waktu bersama kami berkurang, setidaknya aku tidak boleh egois. 

Not Alone. | KDYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang