18. Kakaknya aku!

158 42 8
                                    

"Kakak gak perlu makasih-makasih terus ke aku. Aku emang tugasnya begini, keeping you safe, kak. Maaf, kalo selama ini aku belum bisa maksimal jalanin tugasnya."

"Hah?" (y/n) semakin tidak mengerti.

Hyunjin sudah tidak bisa menahannya lagi, ia harus segera mengungkapkan perasaannya sebelum ia menyesal karena tidak pernah mengatakannya.

Hyunjin menceritakan semuanya.

Semuanya.

Secara detail tanpa ada satupun yang terlewat. Termasuk hubungannya dengan Tzuyu yang selama ini berhasil Tzuyu simpan rapat-rapat.

(Y/n) masih tidak percaya mendengar semua pengakuan Hyunjin, "J-Jadi b-bunga, d-dan boneka itu?"

Hyunjin mengangguk, "Maaf karena aku gak berani memberikannya langsung ke kakak."

Rasanya mata (y/n) kembali berkaca.

Selama ini.. ia sudah menilai Hyunjin sebagai pria yang tidak sopan --pokoknya yang tidak baik. Ia sangat-sangat merasa bersalah karena penilaiannya sendiri itu.

"Kok kakak malah nangis lagi?" tanya Hyunjin sambil tersenyum, lalu matanya juga ikut berkaca. Entahlah, suasana mendadak menjadi haru seperti ini.

"Kakak gak nyangka, ternyata diluar sana, masih ada yang perhatian sama kakak kayak kamu. Selama ini.. kakak kira tidak ada satu orangpun yang sayang sama kakak."

"Kak.." Hyunjin meraih tangan (y/n), lalu memberanikan diri untuk menggenggamnya.

"Aku hanya satu dari sekian banyak yang sayang sama kakak. Ada keluarga kakak, sahabat-sahabat kakak, dan teman-teman kakak," tambahnya.

"Hyun.." (y/n) jadi terharu, lalu kembali memeluk pria itu. Tentu saja Hyunjin membalas pelukan itu dengan senang hati.

"Apa yang kalian lakukan?!" suara teriakan Minho terdengar dan langsung membuat (y/n) mendorong Hyunjin begitu saja.

"Akh!" Hyunjin ternyata terjatuh akibat dorongan itu.

"Eh, maaf, Hyun," (y/n) segera berjongkok dan membantu pria itu untuk bangkit.

Minho, Tzuyu, Mina, Dahyun dan bahkan Wonyoung langsung lari mendekat kearah mereka.

"Kaaak," Wonyoung menangis dan langsung memeluk kakak kesayangannya itu.

"Wonyoung, maafin kakak ya," (y/n) mencium pucuk kepala adiknya itu, lalu membalas pelukannya dengan erat.

"Aku yang minta maaf kak, aku gapernah bisa bedain kapan harus bercanda dan kapan harus serius," sesal Wonyoung.

"Syukurlah kau baik-baik saja, aku dengar dari Hyunjin, kau mau bunuh diri ya?!" komentar Tzuyu.

(Y/n) melepaskan pelukannya dari Wonyoung, "Enggak tapi tadi mau nyelametin gelang ini."

"Tapi tetap aja ngapain malam-malam ke atap kampus hah?!" Minho tampak kesal.

"Apa kau sedepresi itu karena Fel--" Dahyun tidak jadi melanjutkan kalimatnya. Sebenarnya, gadis itu memang sudah tahu tentang hal itu karena tadi (y/n) sempat menceritakannya pada Dahyun.

"Gara-gara Felix? Apa kau bodoh? Adikku sangat mencintaimu sejak satu tahun yang lalu! Lebih baik kau bersamanya!" Tzuyu yang kesal tidak sadar telah keceplosan.

"Adikmu?" Mina, Dahyun dan Minho langsung terheran-heran.

"Hyunjin adikmu?" jelas Mina lagi sambil menatap Hyunjin.

"Ceritanya panjang, nanti aku ceritakan," kata Tzuyu.

"Tadi.. bukannya (y/n) dan Hyunjin sedang berpelukan? Aku jadi semakin tidak mengerti," gumam Minho.

"Hm, itu.." (y/n) semakin bingung untuk menjelaskannya. Semuanya begitu rumit untuk dijelaskan.

"Kak! Kaki kakak berdarah! Astaga, ayo kak ke ruang kesehatan!" Hyunjin yang baru tersadar kalau kaki (y/n) berdarah sudah lumayan banyak langsung mendekat kearah gadis itu.

Benar, darahnya sudah terlalu banyak. Ini pasti sudah berdarah sejak ia tersandung batu tadi. Dan setelah melihat darah yang sangat bangak dikaki-nya, pandangan (y/n) langsung menggelap.

✨✨

"WHAT?!" semuanya memasang wajah tidak percaya saat mendengar penjelasan panjang lebar dari Tzuyu mengenai hubungannya dengan Hyunjin.

"Maaf, udah bohongin kalian," Tzuyu menunduk.

"Oke oke, kami mengerti. Semua orang pasti memiliki sesuatu yang harus disembunyikan. Bisa itu sementara, atau disembunyikan selamanya," Minho sebagai satu-satunya pria mencoba bersikap dewasa. Di tepuknya pundak gadis itu pelan.

"Seperti perasaanmu ke Tzuyu selama ini kan?" lanjut Mina tanpa sadar.

Tzuyu langsung melirik kearah Minho, "Apa?" ulangnya.

"Kak (y/n) sudah sadar!" seru Hyunjin yang sedaritadi memang duduk disamping ranjang (y/n) di ruang kesehatan. Sedangkan sahabat-sahabatnya berkumpul di tempat lain untuk membahas permasalahan tadi.

"Kakak!" Wonyoung menjadi yang pertama memeluk (y/n). Sebenarnya Hyunjin juga ingin, namun ia masih tidak berani. Lagi pula, ia belum menyatakan cintanya secara resmi pada gadis itu.

"Udah puas tidurnya?" tanya Dahyun. (Y/n) memang pinsan, namun pinsannya cukup lama mengingat sekarang sudah pukul 7 pagi. Ia seperti sekalian tertidur di ruang kesehatan ini.

"Hehe, makasih ya, udah nemenin aku disini," lanjutnya.

"Kak pulang yuk! Enakan tidur di apartemen tau daripada disini," ajak Wonyoung.

"Hm, baiklah," (y/n) langsung bangkit dari tidurnya.

"Akh," namun rasanya kakinya masih perih, tubuhnya juga masih terasa kaku.

"Eh pelan-pelan aja kak," Hyunjin ikut membantu gadis itu untuk duduk.

"Makasih ya Hyunjin," katanya dan Hyunjin membalasnya dengan senyuman.

"Hyunjin aja nih yang dimakasihin?" sindir Tzuyu.

"Makasih Tzuyu, udah punya adik sebaik Hyunjin."

Mendengar jawaban (y/n), teman-temannya itu langsung terkekeh dan melempari beberapa benda yang tidak begitu berbahaya pada sahabat yang masih terduduk lemah diatas ranjang ruang kesehatan itu. Bendanya seperti: tissue, bantal, dan kertas yang ada disana.

"Udah, udah, jangan dilemparin dong kakaknya aku!" Hyunjin melindungi tubuh (y/n) dari serangan itu.

"Dasar, kak (y/n) ini kakaknya aku tau!" Wonyoung jadi merasa kesal melihat Hyunjin.

To be continued

JUNIOR (SK & you)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang