11. Movie time

236 64 11
                                    

(Y/n) tidak berhenti tersenyum disudut balkon apartemennya --banyak sekali alasan yang membuatnya menjadi seperti orang gila begini:

Felix yang sama sekali tidak tergoda dengan kecantikan Tzuyu, Felix yang mengajaknya nonton, dan.. Felix yang mengatakan mereka bukan teman.

Lalu apa?

Gebetan, kah?

Rasanya (y/n) ingin berteriak meluapkan kebahagiaannya ini.

"Kak kayak orang gila deh," komentar Wonyoung yang tiba-tiba muncul.

"Yaudah, sana jangan deket-deket sama orang gila!"

"Udah gila, galak pula," namun Wonyoung malah duduk disamping (y/n).

"Udah tau begitu, masih deket-deket pula," lanjut (y/n) sambil melirik kearah adiknya.

"Apa boleh buat, orang gila dan galak itu kakakku."

"Duh kakak jadi terharu," (y/n) merangkul Wonyoung, lalu mendaratkan kepala dibahu adiknya yang lebih tinggi darinya itu.

Sebenarnya, ia rindu suasana seperti ini. Damai bersama dengan adik yang paling disayanginya ini.

"Kakak masih belum mau cerita ya siapa pacar kakak itu?" tanya Wonyoung.

"Belum."

"Dasar, orang gila!" lalu Wonyoung bangkit, membuat (y/n) hampir terjatuh karena kehilangan bahu yang menopangnya.

"YAA!" (y/n) ikut bangkit dan pergi mengejar adiknya itu.

Keributan kembali dimulai.

🎈🎈

Keesokan harinya, pukul 5 sore, Felix sudah berada di lobby apartemen (y/n). Gadis itu sengaja tidak memberitahu Felix dimana unitnya karena ia takut jika Wonyoung akan mempergoki mereka.

Ya, baginya, ini memang belum saatnya. Ditambah lagi, Felix berumur 2 tahun lebih muda dari (y/n). Tentu saja ia belum siap Wonyoung mengetahui kenyataan ini, dan mengadukannya pada kedua orang tua mereka.

"Felix," sapa (y/n) begitu keluar dari lift.

"Kenapa gak boleh mampir ke unit kakak?" tanya Felix kemudian.

"Memangnya mau ngapain?" oke, jawaban (y/n) terdengar sedikit aneh, Felix bahkan mulai menggaruk kepalanya sendiri, "Gak ngapa-ngapain sih, singgah aja gitu kak, hehe."

"Yuk kak! Filmnya dimulai 40 menit lagi," kemudian mereka keluar dari apartemen, pergi ke halte terdekat, dan menaiki bus dengan tepat waktu.

"Jadi kamu udah beli tiketnya?" tanya (y/n).

"Udah kak, tinggal pop cornnya aja yang belum."

"Berapa harga tiketnya? Biar kakak ganti nih," (y/n) berusaha mengeluarkan dompet dari tas-nya, namun Felix segera menahan tangan gadis itu.

YA, TANGAN FELIX KINI BERADA TEPAT DIATAS TELAPAK TANGAN (Y/N).

"Gak usah kak, kan aku yang ngajakin."

"Yaudah kalo gitu nanti pop corn dan minumannya harus kakak yang beliin ya!"

"Gak usah juga, kan tadi aku yang ngajakin makan pop corn duluan."

"Lix, dengerin kata-kata senior ya," jawab (y/n) akhirnya.

"Senior-Junior kan kalo lagi di kampus aja kak. Sekarang kan kita gak di kampus," jawab Felix santai.

"Hm, kalo gitu, setelah turun dari bus, kita lomba lari aja. Siapa yang duluan sampai di tempat jual pop corn, dia yang beliin," nah, seperti ini akan lebih baik.

"Baiklah.." Felix akhirnya menurut. Karena ia tahu ia pasti akan menang. Felix pernah menjadi juara pertama lomba lari sekota Sydney, jadi lari dari bus ke penjual pop corn bukanlah sebuah masalah yang besar.

Benar, setengah jam setelahnya, (y/n) sudah kehabisan napas sedangkan Felix tertawa lega atas kemenangannya.

"Nih kak," kata Felix sambil menyodorkan pop corn ukuran besar dan sebuah minuman untuk (y/n).

"Males," jawab (y/n).

"Ih kakak curang, kan peraturannya emang ginii."

"Iya iya deh," (y/n) akhirnya mengambil pop corn dan minuman itu.

Tunggu, Felix hanya membeli satu yang besar? Itu artinya.. mereka akan memakannya berdua, dan.. bisa saja tangan mereka bersentuhan lagi? Astaga, adegan yang ada di drama korea langsung muncul di kepala (y/n).

"Kak, mikirin apa? Ayo filmnya udah dimulai tuh," kini Felix menarik tangannya, iya, ia memegang pergelangan tangan (y/n) sambil memasuki ruangan theater.

Film dimulai dan Felix mulai ketakutan. Benar, ia sangat takut. Tapi anehnya kenapa ia ingin sekali menonton film ini.

"Kak! Serem kak astaga!" teriak Felix sambil menutup wajah dengan kedua tangannya.

"Kak!" lagi-lagi Felix ketakutan saat hantu kembali muncul. (Y/n) hanya tertawa sambil menikmati pop corn. Felix benar-benar menggemaskan.

Dan begitu seterusnya hingga film berakhir.

Setelah film berakhir, (y/n) terus-terusan menggoda Felix yang masih saja trauma dengan hantu yang dilihatnya tadi.

"Makanya kalo gak berani jangan sok-sokan milih film horror," kata (y/n).

"Ya mau gimana lagi kak.." jawab Felix yang masih lemah.

"Ih, lucu!" (y/n) berhenti tepat disebuah toko boneka yang ada di mall yang saat ini mereka kunjungi, satu gedung dengan bioskop tadi.

"Iya, lucu kayak kakak," balas Felix sambil ikut memandangi boneka yang ditunjuk (y/n) tadi.

Wajah (y/n) memerah seketika.

Felix, can you just.. stop?

"Yuk pulang, udah kemaleman nih," ajak (y/n) kemudian.

🎈🎈

Akhirnya mereka sudah berada di dalam bus. (Y/n) sudah mati-matian melarang Felix untuk mengantarnya tapi tetap saja pria itu bersikeras untuk mengantar (y/n) pulang.

"Kak, bulan depan kakak sama temen-temen angkatan kakak bakal lulus ya?" tanya Felix.

(Y/n) mengangguk, "Penilaian tugas akhir dulu, baru lulus. Setelah itu wisuda."

"Yah bakal gaada kakak lagi deh di kampus," lanjut Felix.

(Y/n) jadi sedih. Apa yang dikatakan Felix benar. Setelah lulus nanti, mereka pasti akan lebih jarang bertemu.

Menyedihkan sekali.

Sebenarnya, ada satu alasan untuk mereka bisa sering bertemu: jika mereka berpacaran.

Namun.. apakah hal itu akan terjadi?

Semoga saja. Batin (y/n).

To be continued

JUNIOR (SK & you)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang