Pengkhianatan

6K 283 10
                                    

“Ini bukan kisah cinta luar biasa. Ini hanya kisah cinta sederhana antara Rania dan laki-laki kedua dalam hidupnya.”

           Rania menatap Yuda dengan nanar. Matanya terasa panas. Kata-kata Yuda yang mengatakan bahwa ia ingin mereka segera bercerai seperti hantaman godam yang meluluhlantakkan hatinya. Rania serasa tidak berpijak lagi di bumi. Tubuh perempuan itu luruh dan terduduk di lantai. Air mata pun mulai turun membasahi pipi mulusnya.

“Tolong, Mas. Jangan lakukan hal ini. Kamu boleh lakukan apapun sesukamu, tetapi, tolong jangan tinggalkan aku dan Tiara.” Rania memohon dengan isak tangis.

“Maafkan aku Rania, tetapi, Anggi tidak mau menjadi yang kedua.” Yuda berkata seraya memalingkan wajahnya dari Rania.

“Kenapa, Mas? Bukankah selama tiga bulan ini aku menerima semua perlakuanmu dengan sabar? Kamu berhari-hari di rumah perempuan itu dan hanya mampir ke sini sekali seminggu. Itupun hanya untuk meminta aku memasakkan makanan kesukaanmu. Kamu mengurangi jatah uang bulananku, kamu pergi liburan ke Bali dengan istri mudamu itu, kamu tidak datang ketika Tiara dirawat di rumah sakit, aku tetap menerima semua itu, Mas. Apa pengorbanan yang aku lakukan masih kurang banyak, Mas? Apa luka yang kamu torehkan masih belum dalam?”

“Karena itulah aku ingin mengakhiri segalanya, agar rasa sakit yang kamu rasakan tidak semakin perih.” Yuda menjawab ratapan Rania dengan dingin. Tubuh Rania membeku. Luka demi luka yang selalu dirasakannya tiga bulan terakhir ini terasa seperti disiram air cuka. Ngilu hingga ke tulang sum-sumnya.

“Mas, mengapa kamu sekejam ini? Apa kesalahan yang telah aku lakukan sehingga kamu tega melakukan hal seperti ini? Sakit, Mas … sakit sekali rasanya.” Rania meremas dadanya dengan tubuh bergetar.

“Sudahlah, aku akan tetap bertanggung jawab pada Tiara. Aku akan mengirimkan biaya sekolah dan biaya hidup Tiara setiap bulannya. Dan aku juga akan menemui Tiara kapan aku merindukannya.” Yuda menyeret kopernya meninggalkan Rania yang masih terduduk di lantai.

“Mas …” Rania memanggil Yuda dengan suara lemah. Tetapi, laki-laki itu tidak menghiraukannya. Langkahnya terlihat mantap ke luar rumah meninggalkan perempuan yang masih terduduk di lantai. Perempuan yang telah tujuh tahun lebih mendampinginya.

Rania menggigit  bibirnya menahan isak. Berakhir sudah mimpi indahnya. Berakhir sudah rumah tangga yang telah tujuh tahun dipertahankannya. Yuda telah mencampakkannya begitu saja. Padahal dulu, laki-laki itulah yang berlutut mengungkapkan cintanya pada Rania.

Laki-laki itu terbang langsung ke Malaysia untuk melamar Rania pada abang kandungnya. Laki-laki itu melakukan apapun untuk membuktikan cintanya pada Rania. Hingga Rania merasa yakin untuk menerima lamarannya. Cinta Yuda begitu luar biasa. Rania merasa menjadi perempuan yang sangat beruntung.

Tetapi, semua itu kini tinggal kenangan. Dalam waktu tiga bulan, laki-laki itu berubah menjadi orang asing bagi Rania. Tanpa sepengetahuan Rania, Yuda menikahi Anggi, anak pemilik perusahaan tempat dia bekerja.

‘Aku bosan menjadi bawahan terus selama tujuh tahun,’ laki-laki itu memberikan alasan yang rasanya tidak masuk akal menurut Rania. Meski teramat perih, namun Rania mencoba menerima keputusan Yuda dengan iklas. Rania mencoba menerima kenyataan jika cinta Yuda telah terbagi.

Karena Rania sudah tidak punya siapa-siapa lagi. Kedua orang tuanya sudah tida ada. Ayahnya meninggal ketika Rania masih duduk di bangku SMA. Sementara ibunya meninggal sebulan sebelum Rania wisuda. Satu-satunya saudara kandung Rania adalah Fadil. Abangnya itupun tinggal menetap di Malaysia.

“Bunda …” Tiara yang baru selesai mandi dengan Bi Sumi mendekat dan langsung memeluk leher Rania. Rania buru-buru menghapus air mata dengan telapak tangannya.

  “Bunda nangis?” Tiara menatap Rania dengan cemas. Gadis kecil berusia 4 tahun itu menatap wajah Rania dengan bingung.

“Tidak, Sayang. Bunda nggak nangis.” Rania menggelengkan kepalanya dan mencoba tersenyum manis.

“Tapi, mata bunda merah dan bengkak.” Tiara masih tidak percaya dengan jawaban bundanya.

“Sepertinya kemasukan debu, Sayang. Bunda mandi dulu, ya. Sekalian mau cuci mata biar nggak merah lagi.” Rania mencoba bangkit seraya memegang pundak Tiara. Tiara dengan sigap membantu bundanya untuk berdiri. Hati Rania terenyuh. Gadis kecil ini sekarang hanya memiliki dirinya. Ia harus kuat demi Tiara.

Sementara Bi Sumi menatap punggung Rania dengan mata basah. Perempuan paruh baya yang baru menemani Rania satu tahun ini bisa memahami apa yang sedang terjadi. Sejak tiga bulan lalu, majikannya itu memang sering terlihat bersedih. Sampai minggu lalu, perempuan muda itu mengatakan, beberapa bulan ke depan mungkin ia tidak sanggup lagi membayar gaji bulanan Bi Sumi.


Bersambung ….

"Kejamnya Cinta"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang