Dua minggu sudah Rania berada di Pekanbaru. Satu kalipun Yuda tidak pernah menghubungi Rania. Itu artinya Yuda belum juga datang ke rumah. Sebelum berangkat, Rania telah meninggalkan surat di atas meja ruang tamu, isinya meminta Yuda untuk mengurus surat perceraian mereka.
Ya, buat apa lagi mempertahankan pernikahan yang sudah tak jelas wujudnya. Sebagai seorang suami dan ayah, Yuda sudah tidak menjalankan kewajibannya sejak beberapa bulan lalu. Yuda sudah tidak lagi peduli dengan dirinya dan juga Tiara.
Rania mencoba mengiklaskan semuanya. Meski uang di tabungan perempuan berwajah lembut itu semakin menipis, tetapi, Rania yakin, Allah pasti tidak akan membiarkannya sendiri. Rania yakin, pertolongan Allah akan datang pada waktu yang tepat.
Hari ini Rania akan berkunjung ke rumah Bu Dewi. Pengusaha sukses itu menelepon Rania kemarin, agar Rania dan Tiara datang ke rumahnya. Rania menerima ajakan Bu Dewi dengan senang hati.
Setelah berganti pakaian, Rania segera memesan taksi online. Bu Dewi telah mengirimkan alamat rumahnya melalui WA. Lebih kurang 20 menit akhirnya Rania pun sampai di perumahan Bu Dewi. Sebuah perumahan elit di Pekanbaru. Taksi berhenti di depan sebuah rumah bertingkat berwarna putih. Rumah yang ukurannya paling besar di perumahan tersebut bergaya minimalis.
Setelah membayar taksi, Rania segera turun dengan menggandeng Tiara. Rania menekan bel yang terletak di gerbang pagar yang juga berwarna putih. Tidak berapa lama, seorang wanita paruh bawa datang membukakan pintu.
“Mbak Nia, ya?” tanyanya ramah.
“Iya, Bu,” jawab Rania seraya menyalami ibu tersebut.Tiara tanpa disuruh ikutan salim.
“Ayo, silakan masuk, Mbak. Saya Bi Jur,” ujar wanita paruh baya itu seraya membukakan pintu.
“Assalammualaikum,” Rania mengucapkan salam diikuti oleh Tiara.
“Waalaikumsalam,” jawab Bu Dewi yang ternyata telah duduk menunggu di ruang tamu. Rania bergegas menyalami dan mencium pipi kanan kiri Bu Dewi. Lagi-lagi Tiara tanpa diminta ikut menyalami Bu Dewi.
“Duh, cucu Oma makin cantik aja.” Bu Dewi menunduk dan mencium pipi kiri dan kanan Tiara.
“Makasih, Oma,” ucap Tiara
“Pintarnya cucu, Oma.” Bu Dewi mengacak rambut Tiara.
“Ayo, silakan duduk.” Bu Dewi mempersilakan mereka untuk duduk. Rania mengambil tempat di hadapan Bu Dewi. Sementara Tiara entah sudah kemana mengikuti Bi Jur yang kata Bu Dewi asisten rumah tangga di rumah ini.
“Bagaimana tinggal di Pekanbaru, Nia? Apa kerasan?” tanya Bu Dewi.
“Ya, mencoba untuk kerasan, Bu.” Rania mencoba tersenyum seriang mungkin.
“Udah mulai memasukkan lamaran pekerjaan?” tanya bu Dewi lagi.
“Belum, Bu. Nia masih repot membersihkan rumah yang telah sekian lama ditinggal.”
Bi Jur datang dengan membawa nampan berisi minuman. Tiara mengekor di belakangnya.“Bunda, Iya dikasih ini sama Om di belakang sana.” Tiara menunjukkan sebungkus coklat pada Rania.
“Oh, ya, sudah bilang makasih, Sayang?” tanya Rania seraya mengajak Tiara duduk di sampingnya.“Bentar ya, Bunda. Iya tadi udah janji mau main lagi sama om Tyo,” ucap Tiara seraya kembali berlari ke belakang. Rania menngerutkan kening.
“Tyo itu anak Ibu yang nomor dua, Nia. Anak pertama ibu perempuan, sudah menikah dan punya dua orang anak. Ia sekarang menetap di Singapura, ikut suaminya. Tapi, sayang ga ada yang tertarik untuk ikut terlibat di perusahaan Ibu. Tyo lebih memilih untuk menjadi seorang blogger. Katanya itu lebih sesuai dengan bakat dan kemampuannya. Selain itu, dia punya beberapa outlet distro. Jadi kerjaannya sehari-hari hanya di depan laptop dan sore hari berkeliling ke distro-distronya.” Bu Dewi menjelaskan panjang lebar.
“Oh, iya, Bu,” jawab Rania yang merasa bingung harus berkomentar apa.
“Silakan, diminum Nia.” Bu Dewi mempersilakan Rania seraya menjangkau gelas di depannya. Rania melakukan hal yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
"Kejamnya Cinta"
RomanceDemi wanit lain, Yuda meninggalkan Rania tanpa belas kasihan. Meski Rania bersedia berbagi cinta, tetapi Yuda tetap ingin berpisah. Karena Anggi, wanita yang telah dinikahinya tanpa seizin Rania tidak ingin menjadi yang kedua. Dengan luka dan air ma...