Yang Maha Suci

144 101 44
                                    

Terdengar suara azan yang seolah menyampaikan pesan, sudah saatnya meninggalkan hiruk pikuk dunia dan kembali bersujud pada Sang Pencipta.

"Kamar 104, kamar 105, kamar 106. Ayo bangun. Wudhu persiapan sholat subuh, ayo berangkat semua!" Suara wajib menggema. Biasa santri menyebutnya Obrakan.

"Nay, ayo wudhu!" Kedatangan Silvi membuyarkan lamunan Nayla.

"Pasti melamun," tambah Silvi lagi sambil menendang pantat Nayla.

"Sil, sakit tahu!" Nayla merintih kesakitan.

"Kamu sih, melamun terus kerjaannya. Kangen mantan, ya? Atau mikirin ustad kemarin?" goda Silvi sambil mencubit pipi teman satu kamarnya itu.

"Ya, enggaklah. Ah, kamu selalu suudzon padaku, Sil." Nayla menggerutu.

"Lalu?" tanya Silvi kepo. Nayla hanya diam dengan tatapan kosong. Menikmati kembali suara azan yang sedang berkumandang.

"Jawab, Nay!" Lamunan Nayla kembali pecah. Sifat kekepoan Silvi kembali kambuh.

"Ah. Kau selalu membuyarkan ibadah lamunanku." Nayla menggerutu.

"Hey! Kamu enggak denger suara pengurus ngobraki? Kamu enggak sholat subuh, Hah! Ayolah Nayla Permata Sari jangan bengong terus kerjaanmu." Silvi kembali mengomel dengan menekankan nama lengkap Nayla.

"Pasti ngomel. Yaudah ayo berangkat!" Nayla bangkit melangkahkan kaki, meninggalkannya.

"Eits, main tinggal-tinggal aja," ujar Silvi sambil menarik kerudung Nayla.

"Apalagi, Sil?" Nayla mengeluh.

"Kamu belum jawab pertanyanyanku." Masih ada sesuatu yang mengganjal di kepala Silvi. Ternyata penyakit keponya masih menjalar dalam tubuhnya.

"Kepo, Deh!" ujar Nayla sinis menggodanya.

"Aaaaaa, Nayla. Kamu selalu begi-"

"Sudah ayo berangkat, nanti telat!" Nayla memotong ucapan Silvi dengan menarik tangannya cepat. Sontak Silvi menggerutu sepanjang jalan.

"Aku hanya menikmati azan subuh, Sil. Sistem kerja tubuhku seakan berhenti, ketika suara azan berkumandang. Tubuhku gemetar tapi hatiku tentram." Nayla memberhentikan ocehan Silvi sepanjang jalan. Dan berhasil membuatnya tercengang.

"Ah, masa'?" goda Silvi sambil menormalkan mimik wajahnya yang tercengang sebelumnya.

Kedatangan Avika menghentikan obrolan Silvi dan Nayla. "Sil, sehabis sholat nanti kamu ke kantor, ya. Ada panggilan dari ibu mu lewat telepon."

"Oh iya, Mbak." Silvi merespons cepat, rasa kekepoannya itu seakan menghilang tiba-tiba.

***

Setelah melaksanakan ibadah dua rakaat, Silvi bergegas menuju ke kantor dengan penasaran yang tinggi. "Kok tumben pagi-pagi ibuk nelpon, ada apa ya?"

"Ini Sil, ada panggilan dari ibumu." Setiba di kantor, Silvi langsung diberikan ponsel oleh Afrah, selaku pengurus pondok bagian telmob. Telmob adalah salah satu fasilitas yang diberikan oleh pondok pesantren kepada para santri sebagai layanan komunikasi antara santri dengan orang tuanya.

"Iya, Mbak." Silvi menerima ponsel dari Afrah, lalu ia segera menelpon balik ibunya.

"Assalamualaikum, ibuk. Hallo?"

"Wa'alaikumsalam," jawab Ainun, Ibunya Silvi.

"Gimana buk? Kok tumben, pagi pagi udah nelpon Silvi," tanya Silvi penasaran.

Ini adalah yang Terbaik (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang