Sepasang mata Silvi fokus tertuju ke depan, sesekali menyipitkan mata mencegah segerombolan debu menyerangnya, mengendarai sepeda motor menyusuri jalan raya menuju sebuah pasar di ujung perempatan jalan. Jalan dipenuhi kendaraan sepeda motor dan angkutan umum. Sesekali melintas bus besar atau truk kontainer.
"Sil, jangan ngebut-ngebut! Aku takut," jerit Nayla dari belakang punggung Silvi. Mendekap erat tubuh gadis yang ada di depannya, serta memejamkan mata. Setidaknya hanya itu yang bisa di lakukan Nayla, kala dirinya sedang berboncengan dengan Silvi.
"Biar cepet, Nay," balas Silvi berseru. Menahan tarikan gas motornya yang mencapai kecepatan 100 km/jam. Sebelum akhirnya dirinya melepaskan tarikan itu secara perlahan. Membelokkan sepeda motornya ke kiri. Mencari tempat parkir.
"Udah sampai Naylaaa, jangan kayak anak kecil gitu dong," ledek Silvi menengok ke belakang ke arah Nayla yang masih memeluk tubuhnya.
"Iya iya." Nayla melepaskan pelukannya. Menuruni sepeda motor. Kemudian merapikan jilbab kuningnya yang terlihat berantakan terombang-ambing oleh angin di jalanan. Kuning memang warna kesukaan Nayla. Dari sekian banyak jilbab yang ia koleksi, warna kuninglah yang memenuhi lemarinya. Berbeda lagi dengan Silvi, gadis asli Sunda itu lebih memilih warna biru untuk dijadikan warna favoritnya. Karena baginya biru merupakan lambang dari ketenangan, kedamaian dan kenyamanan.
"Kalau naik motor jangan ngebut-ngebut dong, Sil. Hati-hati. Nanti kalau nabrak gimana?" tukas Nayla merasa kesal.
"Yang penting kan yakin, Nay," balas Silvi. "Dan aku baru mengamalkan ilmu yang disampaikan Pak Rozikin tadi." Silvi tersenyum miring.
"Ilmu apa?" Nayla mengerutkan dahi seketika, menyentuh dagu dengan tangan kanannya, sembari mengingat keterangan tadi pagi.
"Kamu lupa yaa? Atau malah tidur, tidak mendengarkan?" tanya Silvi meledek, Nayla hanya terdiam memutar bola mata malas.
"Gini, Nay. Kata Pak Rozikin tadi pagi tuh. Allah itu menurut prasangka hamba-Nya. Kalau hamba-Nya berprasangka baik, maka nasibnya akan baik. Kalau hamba-Nya berprasangka buruk, maka nasihnya akan buruk." Silvi menjelaskan.
"Nah, tadi aku udah berprasangka baik kepada Allah, kalau aku pasti selamat diperjalanan. Dan, lihat. kita baik-baik saja kan." Silvi melanjutkan, menyebarkan kedua tangan. Melihat hal itu, Nayla mendengkus. Melirik ke arah jam tangan yang ia kenakan. "Ya, enggak gitu juga kali, Sil. Tetap harus hati-hati."
"Aku kasih tau ya, Nay. Kita hati-hati dalam berkendara itu tidak akan menjamin kita selamat ketika di perjalanan. Karena sikap kehati-hatian kita itu hanya menciptakan 1% dari keselamatan saat berkendara, sedangkan 99% keselamatan kita berkendara itu ada di tangan Allah. Bisa saja kamu naik motornya hati-hati banget lalu dari arah lain ada pengendara yang sedang mabuk lalu nabrak kamu. Apakah sikap kehati-hatianmu itu bisa menyelamatkanmu dari pengendara lain yang nabrak kamu. Enggak kan?" jelas Silvi panjang lebar. Merasa puas dengan isi kepalanya.
"Iya iya. Tumben kamu bisa berkata seperti itu." Nayla mengerutkan dahi, merasa ada yang aneh dengan teman satu kamarnya itu. Tidak biasanya Silvi berbicara seperti itu. Bicara penuh dengan pemikiran yang tinggi.
"Haha ... iya dong. Ini adalah bentuk kemenangan saya," jawab Silvi semringah. Merasa dirinya sudah menang adu pemikiran dengan Nayla.
"Alhamdulillah, jalan pikiranmu sudah mulai terpengaruh dengan Mbak Agnis." Nayla berkacak pinggang. Silvi tersenyum miring menanggapinya.
"Tetapi sikap hati-hati itu tetap harus diutamakan. Jangan asal modal mantep saja," ujar Nayla masih belum terima.
"Islam menyerukan agar kita senantiasa bersikap hati-hati dan waspada dalam segala urusan, melakukan pengamatan yang seksama dan pertimbangan yang tepat sebelum memutuskan berbagai perkara penting dalam kehidupan kita, dan melakukan perencanaan yang matang sebelum melaksanakan apa yang menjadi keinginan dan tekad kita. Jangan sampai kita memutuskan perkara atau melakukan sesuatu hal dengan tergesa-gesa sehingga hasilnya kurang maksimal, bahkan menimbulkan dampak buruk yang sangat fatal. Karena dalam hadits Rasulullah menegaskan bahwa sikap hati-hati dan waspada itu datangnya dari Allah dan sikap tergesa-gesa datangnya dari setan." Silvi terdiam mendengar penjelasan panjang Nayla.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ini adalah yang Terbaik (Tamat)
General FictionMenceritakan perjalanan hidup dari seorang santri dengan berbagai macam problematika yang dihadapinya. Hingga yang Maha Kuasa mempertemukan dirinya dengan seseorang yang perlahan telah mengubah cara pandangnya dalam menjalani lika-liku kehidupan. Ya...