PART 6_TWO BROKEN HEARTS

126 22 1
                                    

Musim gugur, 2021

"Iya, maafkan aku." Tom menutup panggilan tersebut. Baru saja pria itu menolak ajakan untuk makan malam bersama staf proyek film barunya.

Ia kembali menyandarkan punggung ke kursi. Menikmati malamnya di ruang kerja yang temaran. Ditemani secangkir kopi yang kepulan asapnya sudah berkurang. Sebentar lagi kopi pekat itu akan segera dingin. Namun, Tom seperti masih enggan untuk menyentuh minuman favoritnya selama lima tahun belakangan ini. Sebaliknya, ia justru beralih ke satu sisi ruangan.

"Selamat ulang tahun, Princess," ucapnya diakhiri senyum.

Tom bangkit dan mendekat ke satu sisi ruangan kerjanya. Tak jauh dari meja besar tempatnya bekerja diletakkan. Berdiri di depan sebuah pigura besar dengan foto Daisy yang tengah tersenyum. Matanya masih menatap lekat potret Daisy yang diambilnya ketika bocah itu berusia lima. Ketika hujan salju, menggunakan gaun putih dilapisi mantel, dan juga syal merah muda kesayangannya. Masih teringat dengan jelas bagaimana ketika itu Daisy dan dirinya asyik bercanda. Ia yang membidik sementara Daisy asyik berpose. Dan, bidikan itu kini ia abadikan dalam sebuah pigura besar di ruang kerjanya. Benda yang dulu sempat ia hadiahkan kepada Daisy. Di hari ulang tahun Daisy.

Ulang tahun terakhir sebelum selang sehari ia mengantar Daisy ke pemakaman. Tempat yang akan selalu mengingatkan, bahwa tubuh putrinya berada di sana. Ya, hanya tubuhnya saja. Karena Tom tahu, Daisy akan selalu berada di hatinya. Selamanya. Dan itu kenyataan yang harus diterima oleh pria yang tahun depan genap berkepala empat. Tom tidak pernah mengingkari kematian sang putri, tetapi ia juga tidak ingin mengakui bahwa Daisy sudah benar-benar tiada. Putri kecilnya itu akan tetap berada di sisinya. Walau kini ia tidak akan dapat lagi memeluk atau menciumnya.

Kematian Daisy lima tahun lalu berhasil mengubah segala hal dalam kehidupan Tom. Bukan hanya perpisahannya dengan Rose yang benar-benar terjadi. Atau bagaimana kini masyarakat lebih menyadari tentang kasus perundungan di sekolah, tenaga pendidik lebih memperhatikan murid-muridnya, dan hubungannya dengan keluarga serta Catherine. Berbicara mengenai perempuan itu, Tom sudah lama tidak bersua. Ya, selepas kematian Daisy dan perceraiannya dengan Rose, Tom memang memilih untuk mengakhiri semuanya. Catherine juga akhirnya pergi ke Amerika dan memulai karier baru di sana. Dan, berbicara tentang Rose, ia tidak yakin apakah perasaannya kepada wanita itu juga akan berakhir dengan mudah.

Tom membuka ponselnya. Memeriksa pesan terakhir yang dikirim oleh Rose. Tertanggal musim dingin tahun lalu. Pesan yang singkat saja, tetapi berhasil membuat Tom kehilangan keseimbangan. 'Tom, aku akan menikah dengan Jaehyung, datanglah jika sempat'. Tak lupa dengan foto undangan pernikahan berwarna putih dengan namanya tercetak di sana. Dan, hari itu Tom sempurna tersadar, ia memang tidak akan pernah menyelesaikan satu hal, perasaannya kepada Rose.

Ia masih memeriksa pesan yang tak pernah dibalasnya itu. Satu kalimat yang masih sangat berhasil untuk membuat dadanya ngilu. Tom paham benar dengan apa yang terjadi. Bahkan setelah tahun-tahun penuh kekosongannya, ia tidak akan pernah dapat melepas Rose seutuhnya. Bahkan setelah pagi kematian Daisy, ketika mereka duduk di sidang perceraian, dan ketika ia mengantarkan Rose ke bandara di saat wanita itu ingin kembali ke Korea. Membangun impiannya yang pernah ia halangi atas nama kehidupan dan masa depan. Namun, inilah kehidupan dan masa depan yang harus dirasakan oleh Tom.

Tanpa Rose, tanpa Daisy, tanpa hidup.

Ia jatuh berlutut seraya memegangi dadanya. Di ruang temaram ini, hanya foto Daisy yang menjadi saksi bagaimana lagi dan lagi, sang ayah jatuh terpuruk. Setelah sekian lama meyakinkan diri tidak akan terjatuh lagi. Namun, pada kenyataannya, Tom akan selalu terjatuh di depan sang putri yang telah tiada, dan di hadapan masa lalu yang ia kira telah dilepaskannya dengan hati ringan.

[END] DAISY'S DIARYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang