Chapter 5

77 11 0
                                    

"Thorn, kau sudah siram tanamanmu?"

"Thorn?"

"Thorn, kau dimana?!"

Setengah berteriak, pemuda berkaus merah maroon itu melongok dari balik pintu dapur. Berusaha memanggil adiknya yang tak kunjung muncul sedari tadi.

Beranjak keluar dari dapur untuk mencari adiknya ke seluruh ruangan. Gempa menghela nafas lelah. Sedari tadi dia membereskan rumah, dan tidak dibantu oleh siapapun. Biasanya Thorn akan dengan senang hati menawarkan bantuan. Tapi dari semenjak tok aba pergi, Thorn sudah tak kelihatan.

"Kak Hali, apa kakak melihat Thorn?"
Tanya Gempa pada Halilintar yang berada di ruang tengah.

Yang ditanya tak menjawab. Maklumlah dia sedang fokus mendengarkan berita yang tayang di televisi dengan volume keras. Karena tak didengarkan, Gempa mendengus lantas berteriak.

"Kak Hali, apa kakak melihat Thorn?!"

Sontak saja Halilintar terperanjat,"Ya ampun Gem, bisa gak sih gak teriak sehari aja," ringis Halilintar sambil mengelus telinganya.

"Kak Hali sih ditanyain gak nyahut. Makanya kalau nonton tu suaranya jangan keras-keras," ujar Gempa sambil mengecilkan volume tv.

"Iya deh, iya. Emang ada apa?" Tanya Halilintar dengan wajah datar khasnya.

"Huh, kakak lihat Thorn gak? Soalnya dari tadi Gem panggil gak nyahut,"

"Ga tuh," jawab Halilintar cuek.

"Masa gak liat sih? Serius kak?"

"Iya,"

"Hm ya udah deh Gem tanya Solar aja," ucap Gempa kemudian berjalan menaiki tangga menuju kamar Thorn dan Solar.

Tok...

Tok...

Tok...

"Masuk,"

Setelah mendengar jawaban dari yang punya kamar, Gempa langsung membuka pintu tersebut. Nampak seorang remaja berkaus abu abu sedang membaca buku di meja belajarnya.

"Ada apa?" Tanya remaja itu tanpa mengalihkan pandangannya.

"Apa kau melihat Thorn, Solar?"

Solar lantas mengalihkan perhatiannya dari buku dan memandang Gempa malas.

"Huh- tak," singkat, padat dan jelas jawaban dari Solar.

Mendengar jawaban itu sebelah alis Gempa naik. Biasanya Solar adalah orang yang paling heboh jika ada orang yang menanyakan keberadaan Thorn dan dia sendiri tak tahu dimana Thorn berada, takut kakak polosnya itu hilang.

Gempa melangkah masuk ke dalam kamar dan mendudukkan diri di kasur Solar. Sambil bertopang dagu, dia menatap Solar heran.

"Kau kenapa? Apa kalian bertengkar?" Tanya Gempa.

Menutup buku dan membiarkannya di atas meja, Solar memutar kursinya hingga menghadap Gempa. Remaja dengan kacamata jingga itu menghela nafas sesaat sebelum menjawab.

"Ya, aku bertengkar dengan kak Thorn,"

"Kenapa?"

"Huft-- ini karena perempuan itu. Aku tak suka kak Thorn memohon padanya untuk pulang. Aku benci perempuan itu!"

Mereka berdua terdiam sejenak setelah Solar mengatakan hal tersebut. Nampak Gempa raut wajahnya sudah berubah menjadi kecewa. Dia ingat bagaimana ia tak sengaja bertemu kakak perempuannya semalam di dapur. Dia masih ingat pertengkarannya dengan Taufan tadi malam.

I'm Sorry (Boboiboy Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang