"Ti-tidak mungkin. Ini kan.....kakak?!"
"Ini kak Olivia kan"
Mendengar namanya dipanggil sontak saja Oliv mendongakkan kepalanya. Ia mendapati adiknya, Taufan yang memandangnya dengan pandangan terkejut. Seketika manik coklatnya mengecil ketika ia juga mendapati Halilintar yang menatap benci padanya.
Lantas reflek menundukkan kepala. Menggigit bibirnya, Oliv tak tau harus apa.
Grep
Tiba-tiba saja Taufan memeluknya. Meluapkan seluruh kerinduannya pada sang kakak yang sudah lama menghilang.
"Kakak kemana saja? Aku.... Kami semua merindukan kakak,"
Membalas pelukan sang adik, Olivia tak mampu membendung air mata yang sudah sejak tadi menumpuk di matanya. Ia rindu, sangat rindu kepada adiknya ini. Rindu kejahilannya, rindu tawanya, dan rindu senyum manisnya.
"Ma...maafkan kakak, Fan."
Hanya kalimat itu yang mampu diucapkannya. Gadis berambut cokelat dengan sedikit surai putih itu pun membalas pelukan adiknya dengan sangat erat.
Tak berapa lama mereka melepaskan pelukannya. Oliv melihat Halilintar yang sedari tadi membuang mukanya. Ia merasa kalau halilintar marah kepadanya.
"Kak, bagaimana kabar kakak? Kakak baik-baik saja kan? Kakak kemana saja? Kami mencari kakak kemana mana!" Pertanyaan yang sama dengan tok aba tadi, Taufan lontarkan pada kakaknya. Lelaki itu tak tau bagaimana cara mengungkapkan perasaannya saat ini. Apakah ia harus marah, sedih, senang, atau kecewa?
Olivia tersadar dari lamunannya dan segera menjawab pertanyaan sang adik dengan singkat.
"Kakak baik-baik saja Fan," Olivia hanya mengulum senyum tipis untuk meyakinkan adiknya.
'apakah hali marah padaku?'
"Em... Hali, kakak minta-"
Belum selesai dengan kalimatnya yang akan dilontarkan pada Hali, Olivia hanya bisa terdiam ketika lelaki dengan baju yang didominasi warna hitam itu berdecih dan melengos pergi melewatinya dan Taufan.
Ia tau kalau dia salah. Hilang selama bertahun-tahun tanpa ada kabar sama sekali. Tapi, baikkah bila adik tidak menghormati kakaknya seperti tadi?
Halilintar berlalu melewati Taufan dan Olivia menuju tempat atoknya yang sejak tadi memperhatikan mereka dari jauh. Pemuda itu tak mengerti dengan dirinya sendiri. Mengapa dia menghindar dari kakak perempuannya? Di satu sisi ia marah pada kakaknya, tapi disisi lain ia juga sangat senang kakak satu satunya itu bisa kembali.
Menghiraukan seruan Taufan yang sedari tadi memanggilnya, ia tetap berjalan hingga ia sampai di tempat atoknya. Halilintar kemudian menyalim atok yang sangat ia sayangi. Kemudian melanjutkan pekerjaan tok aba, mengelap gelas.
Tok aba hanya bisa menghela nafas dengan perilaku cucunya yang satu ini. Kemudian pergi mendekati Oliv dan Taufan yang masih melontarkan pertanyaan pada gadis itu.
"Ah..ya, karena kakak sudah kembali sebaiknya kita pulang ke rumah sekarang. Pasti yang lain juga akan senang melihat kakak,"
Taufan mengatakan itu dengan senyum lebar menghiasi wajahnya. Tapi hanya keheningan yang menjawab. Gadis didepannya saat ini hanya diam sambil menundukkan kepala dan memainkan jarinya.
Taufan yang keheranan memiringkan kepalanya sedikit, "Lho, kakak kenapa?"
Tapi kakaknya tak kunjung menjawab. Hingga tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya pelan.
"Kakak mu tak bisa kembali, Fan"
Ternyata itu sang atok, yang baru saja sampai dan sempat mendengarkan pembicaraan mereka.Taufan yang sudah heran menjadi semakin heran kala atoknya mengatakan hal tersebut. Ia tak paham sama sekali apa yang dibicarakan oleh atoknya.
![](https://img.wattpad.com/cover/258237624-288-k326448.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm Sorry (Boboiboy Fanfiction)
FanfictionApa yang kau rasakan ketika kembali lagi pulang ke keluargamu, setelah sekian lama kau menghilang? Senang, gembira, bahagia? Atau malah sebaliknya? _________________________________________ "Aku tak bisa kembali!" "I-ini tidak mungkin kan?" "Maafkan...