Chapter 7

56 10 2
                                    

Matahari masih tetap berada di tempatnya. Menyinari bumi beserta kehidupan di dalamnya.

Orang-orang mulai keluar dari restoran, cafe ataupun rumah makan, telah selesai dengan acara makan siang mereka. Bersiap hendak kembali ke pekerjaan yang senantiasa menanti untuk dikerjakan.

Alat transportasi berlalu lalang mengantarkan penumpang ke tempat tujuan. Deru mesin yang terdengar dimana-mana menambah kebisingan kota.

"Yah, pake macet lagi. Bisa ketinggalan kereta kalau begini." Gerutu gadis berhoodie jingga yang selalu menyelimuti tubuhnya.

Kaizo, pria di sampingnya melirik Oliv aneh. Memakai hoodie di siang yang panas juga terik ini, apa dia tak gerah?

"Kamu gak gerah pakai hoodie siang gini?" Akhirnya pertanyaan itu pun lolos dari mulut Kaizo.

"Hah? Emangnya kenapa? Suka suka ku lah, kenapa suka suka ku? Ya suka suka ku," ucap gadis itu dengan jametnya.

Pria berambut ungu gelap disebelahnya tertawa kecil mendengar ucapan Oliv. Sembari terus fokus pada jalanan yang masih saja dilanda kemacetan.

"Kau memang tak pernah berubah ya."

"Ha? Gak berubah bagaimana?" Tanya Oliv, menoleh bingung pada sahabat di sebelahnya itu.

Kaizo yang ditatap seperti itu hanya mengangkat bahunya sekilas. Menginjak pedal gas untuk memajukan mobil miliknya.

"Yaa... pokoknya gak berubah aja gitu," ucapnya.

"Aku gak berubah dari mananya? Liat, aku dah makin tinggi, rambutku udah makin panjang dan lagi badanku lebih ramping dari dulu tau," jelas Oliv kesal pada Kaizo. Apa lelaki ini tak memperhatikan penampilannya?

Mendengar itu Kaizo terkekeh geli. Mengundang tatapan kesal dari gadis disampingnya.

"Huh apaan sih ketawa gak jelas?"

"Hahaha.....jelas kamu tu gak berubah Liv. Bukan penampilan mu yang ku maksud tapi sifat mu," jeda Kaizo sejenak, melajukan mobilnya pelan ke depan. Oliv di sampingnya terus menatap tak sabar Kaizo. Penasaran dengan kalimat selanjutnya.

"Saat di depan adik adik mu, kau selalu bersifat lembut, perhatian, ramah, keibuan. Tapi lihatlah, jika bersama ku, kau langsung mengeluarkan sifat bar-bar, gak jelas, kasar, dan judes. Seperti tadi. Jujur, aku rindu dengan tingkah mu itu, rindu denganmu, Oliviana."

Jelas pria bermanik delima itu panjang lebar sambil mengacak pelan rambut Oliv yang tak tertutupi oleh tudung hoodie nya.

Oliv terus melamun, menikmati tangan Kaizo yang begitu lembut mengacak rambutnya. Sambil memahami maksud dari ucapan Kaizo.

Apa yang dikatakan orang ini? Kenapa ia mengelus kepalaku? Batin Oliv sambil terus memperhatikan wajah pria dihadapannya.

Wajah khas Japanese, dengan alis tebal. Rambut berwarna ungu gelap yang agak berantakan, bola mata merah delima, hidung yang tak terlalu mancung serta garis bibir yang tegas. Ahh...betapa mempesonanya sahabat kecilnya ini.

Tatapan hangat dan senyum manis terpajang jelas pada wajah Kaizo itu membuat Oliv tak sadar wajahnya sudah memerah. Terlalu dalam memperhatikan ciptaan Tuhan di depannya.

Tersadar dari lamunannya, gadis bernetra coklat muda itu lantas mengalihkan wajahnya yang sudah merah padam.

"A-apa apaan sih?!" Ucapnya gugup, mengundang kekehan kecil di mulut Kaizo.

Mengalihkan pandangannya keluar jendela, melihat banyak gedung bertingkat. Pohon rindang yang tertanam kokoh di depan halaman rumah, kicauan burung-burung yang terbang ataupun hinggap di pohon yang mungkin teredam oleh suara klakson kendaraan yang memenuhi jalan.

I'm Sorry (Boboiboy Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang