19. Jawaban Ini Semua

67 19 0
                                    


Cowok bermata sipit baru saja turun dari mobil keluaran tahun 2017 yang berwarna hitam. Kepalanya bergerak ke kanan-kiri, dan tatapannya memindai keadaan tempat yang belum pernah ia datangi sama sekali sebelumnya. Ia membuka layar kunci pada ponselnya, lalu mengirimkan pesannya kepada seseorang.

Setelah menunggu beberapa menit dan tak kunjung mendapat balasan, cowok itu mendengus malas. Ia mengalihkan perhatiannya ke salah satu kafe yang tak jauh dari tempatnya berdiri. Merasa haus, cowok itu pun melangkah masuk untuk membeli minuman.

TRING.

Bel yang digantung di dekat pintu berbunyi saat cowok itu, Doyoum, memasuki kafe. Kafe bernuansa anak muda dengan warna serba pastel itu sangat nyaman. Tak banyak perabotan atau ornamen di sana, tapi bukan berarti kafe itu tampak kosong. Tidak, justru kafe itu tampak sederhana dan manis.

"Selamat d-"

Seorang waiter  yang berasal dari arah dapur, menghentikan sapaan manisnya saat ia melihat Doyoum sudah berdiri di depan pintu. Ia kaget dengan kedatangan Doyoum ke kafe itu. Begitu juga dengan Doyoum, dia juga kaget saat melihat siapa sosok waiter yang baru saja keluar dari dapur yang tak jauh dari meja kasir dan pemesanan.

Keduanya saling memendelikkan mata, tak menyangka akan bertemu di sini, dengan situasi seperti ini.

Waiter itu meneguk salivanya sebelum akhirnya berjalan ke arah belakang meja pemesanan dengan kikuk. Doyoum yang awalnya masih di dekat pintu, kini juga ikut melangkah maju mendekat.

"Mau pesen apa?" Tanya waiter tersebut tanpa mau melakukan kontak mata dengan pelanggannya.

"Milkshake vanilla. Satu."

"Minum di sini atau dibawa pulang?"

"Kalau kamu mau mengobrol dulu, saya mau minum di sini saja."

Waiter itu mendongakkan kepalanya. Cowok berparas tampan dan tinggi itu menatap Doyoum takut-takut. Sang waiter, Mirza, menyengir kaku sembari menggaruk tengkuknya yang tak gatal.



***




Mungkin sudah lima belas menit kedua cowok tampan itu berbincang. Yang satu terlihat seperti pangeran kuda putih bercelemek. Dan yang satu lagi memiliki aura orang kaya yang elegan. Tak jarang, pelanggan lain yang berjenis kelamin perempuan mencuri pandang ke arah keduanya.

"Gue harap lo gak kasih tau yang lain, Do. Gue belum siap," ucap Mirza dengan tangan yang menggenggam mug yang berisi air hangat.

Sebenarnya ia tak berniat untuk menyembunyikan sesuatu dari teman-temannya. Hanya saja seperti yang ia katakan tadi, ia hanya belum siap. Apalagi Samuel dan Seno adalah temannya dari kecil, mereka berdua pasti kaget bukan main. Ia belum berani mengatakan keadaan yang sejujurnya kepada mereka berdua. Ia bahkan tak bisa membayangkan akan semarah apa mereka jika ia mengatakan hal ini?

Mirza akan menunggu waktu yang tepat untuk mengatakannya suatu saat.

"Iya," jawab Doyoum saat mendengar permintaan Mirza.

Ya, paling tidak ia mengatakan itu setengah jam yang lalu, sebelum ia bertemu Samuel dan Kai. Sebelum Kai dan Samuel tau keadaan Mirza dengan sendirinya tanpa Doyoum beri tau.

Balik ke keadaan sekarang, Kai, Samuel, dan Doyoum memutuskan untuk mendatangi kafe tempat Mirza bekerja. Samuel masih shock, kenapa ia baru tau jika Mirza bekerja sambilan seperti ini? Lalu, sejak kapan?

BOSOM FRIENDs (02 L) - CHAPTER 1 : such a bad dreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang