13. Berburu Ubur-Ubur

278 39 34
                                    

Dengan t-shirt putih berbalut jaket bomber abu-abu muda, lelaki bule itu, Samuel, berjalan dengan percaya diri di trotoar perumahannya. Trotoar yang bersih itu menjadi panggung catwalk dalam hayalnya. Ia bahkan bersenandung kecil, menyanyikan lagu No Guidance dari Chris Brown. Jarinya ia jentikkan berulang kali, membuat irama pengiring bagi nyanyiannya.

Suara Samuel aslinya memang bagus, paling tidak masih cocok jika menjadi penyanyi apalagi idol, karena wajahnya juga mendukung. Sayangnya, tampang dan kemampuannya tak dipergunakan dengan baik. Ia lebih sering memperlihatkan sisi bobroknya di depan orang-orang. Ia bahkan tak malu jika harus bernyanyi dangdut atau  joget mama muda di depan umum.

Tapi kalau dipikir-pikir, bukan hanya Samuel saja yang seperti itu. Tapi kedua belas teman yang lainnya pun ikut satu server dengannya. Katanya, sih, tak mau Samuel malu sendirian, katanya.

Mereka bertiga belas mungkin bisa membuat para siswi ataupun gadis luar sana mimisan jika melihat mereka bergabung, layaknya ada sekumpulan bidadara turun dari surga. Tapi tuh...personality mereka tentu saja jauh dari kata bidadara surga.

Chacha yang tampak ketus dan dingin pun, nyatanya adalah tukang sambat dan selalu mengomel apapun yang bagi dirinya nyeleneh, sama saja seperti Jisung. Walau belum lama di Indonesia, Doyoum ternyata hobi mengumpat, apalagi semenjak belajar Bahasa Indonesia di UKS kemarin, ia semakin sering mengumpat. Tae yang tampak alim dan kalem, sangat suka bergelayutan di lengan Kai saat mereka berjalan bersama, ntah apa tujuannya. Oh, atau yang kelihatan paaaallliiinggg normal di antara semuanya, Yedam. Siapa sangka bahwa Yedam suka berjingkrak dan menari saat musik-apalagi yang bisa dibawa untuk berjoget- diputar.

Biasanya Chacha sudah mengamuk kalau Yedam, Samuel, Seno, Ojun, Kai, Jinu, dan Dipo sudah berjoget ria tanpa sadar tempat. "WOY. WOY. JANGAN MOSHING DI SINI ANJIR. MALU!"

Trus dengan semangat Samuel akan menjawab, "joget tuh solusi dari banyak hal, Cha. dari patah hati, banyak utang, sampe ditinggal nikah!"

Ajaib memang.

Dasar tak tau malu.

Samuel menatap langit yang masih tampak cerah walaupun jam sudah menunjuk pukul empat sore. Cowok bule itu semakin semangat  melangkahkan kakinya. Setelah tadi membuat rencana dengan Seno untuk menjemput temannya satu-persatu ke rumah mereka, ia berinisiatif untuk menjemput Seno terlebih dahulu.

Rumah mereka tak terlalu jauh, hanya berbeda tujuh rumah saja. Jadi samuel tak perlu menghabiskan bensin, cukup jalan saja. Apalagi Samuel termasuk perhitungan, jadi ia tak akan mau mengeluarkan uangnya cuma-cuma. Hitung-hitung membuang lemak di tubuh.

"SENOOOO," teriak Samuel sesampai di depan rumah Seno. " SENONO KELUARRR GAK LO."

Sebenarnya ini yang Samuel malas berkunjung ke rumah Seno. Jika umi dan abi Seno tak ada di rumah, pasti lama sekali pintu rumah dibukakan. Padahal Samuel yakin, Seno dan kakak-kakaknya ada di dalam rumah, hanya saja mereka malas membukakan pintu. Kalau sudah kebiasaan kejam tuh susah. Untung saja Samuel sudah terlatih, jadi ia memiliki hati yang kuat dan sabar kepada teman dari kecilnya itu.

Samuel membuka mulutnya, hendak meneriaki nama Seno lagi agar cowok itu keluar. Namun belum suaranya keluar dari kerongkongan, teriakan cempreng dari rumah sebelah membuat Samuel terlonjak kaget, seakan tersambar petir di siang bolong. Mulut Samuel  terkatup seketika. Ia memutar kepalanya refleks ke arah sumber suara cempreng yang berada di rumah sebelah.

"APASI ANJIR TERIAK-TERIAK GAK JELAS," amuk seorang gadis dari rumah sebelah. Ia keluar dengan baju kaos shirtless selutut.  Gadis itu memang tengah menggunakan masker wajah berkarakter, tapi muka kesalnya masih kentara di mata Samuel.

BOSOM FRIENDs (02 L) - CHAPTER 1 : such a bad dreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang