18. Tanda Tanya

79 23 6
                                    

Dengan langkah malas Samuel melangkah di taman kota yang cukup ramai itu. Di tangan kirinya ada sebuah tali selebar tiga senti yang terhubung dengan anjing jenis Labrador Retriever. Anjing jantan itu nyatanya sudah bersama Samuel dan keluarga sejak lima tahun yang lalu. Anjing jantan itu juga sudah dianggap sebagai salah satu anggota keluarga Markvel. Bahkan tak jarang Samuel iri dengan anjing itu karena lebih sering diperhatikan oleng sang mama.

Anjing itu tampak gembira saat merasakan udara pagi yang sangat sejuk. Berbeda jauh dengan sang pemilik yang nyawanya masih terkumpul tiga per empat. Mata Samuel juga tak jarang memejam karena masih mengantuk.

Sebenanya ia tak akan seperti ini jika sang mama tak membangunkannya tadi pagi. Sang mama bersikeras anaknya bangun dan mengajak anjingnya jalan sekali-kali. Padahalkan, Samuel masih sangat mengantuk. Ditambah kemarin ia pulang jam sembilan malam dikarenakan membantu Doyoum yang pindahan. Selain masih mengantuk, tubuhnya juga terasa pegal-pegal.

Samuel mendudukkan dirinya di bangku taman panjang yang terbuat dari kayu. Ia sedikit menyesal karena tidak membeli minuman sebelum kesini. Alhasil, ia merasakan dahaga di tenggorokannya.

Kepalanya ia senderkan di senderan bangku belakang. Manik matanya yang berwarna cokelat muda yang kekuningan  itu menatap langit biru cerah nan indah, cuacanya pas sekali untuk weekend ini. Tapi dalam hati, Samuel lebih berharap agar hari ini turun hujan. Jadi bagi orang-orang yang memiliki pacar, tidak bisa pergi kemana-mana untuk mengisi waktu weekend mereka. Biar saja dicap sebagai orang jahat. Lagian, bisa-bisanya orang memiliki pacar dan membuat Samuel yang jomblo tapi tampan ini iri.

Samuel melirik ke arah anjingnya. Anjingnya tampak senang karena diajak berjalan-jalan dengan sang majikan. Lidahnya terjulur dan ekornya  bergoyang ke kanan-kiri dengan menggemaskannya. Bulu anjing itu juga bergoyang mengikuti arah angin semilir berhembus.

Samuel bangkit dari duduknya, lalu berjongkok di depan anjingnya itu sembari mengusak bulu yang tak terlalu lebat milik anjingnya. "Gue mau pipis bentaran aja. Lo diem dan tunggu di sini. Oke?" Samuel celingak-celinguk sebentar. Merasa tak ada orang di sekitarnya, ia memajukan tubuhnya ke samping anjingnya. Lalu ia berbisik, "gue mau pipis. Bentaran aja, soalnya gue mau pipis di situ," ucap Samuel sembari menggerakkan dagu ke arah salah satu pohon yang tak jauh darinya.

"Lo jagain dari sini. Kalau ada orang yang lewat, lo panggil gue 'Muel ganteng, ada orang!' gitu. Oke? Awas aja lo gak jagain gue, bakal gue ambil pacar lo." Samuel menguyel-uyel anjingnya, sebelum ia mengikat tali anjingnya ke kaki bangku taman.

Merasa tak tahan lagi, Samuel bergegas pergi ke salah satu pohon yang siap ia cemari tanahnya. Memang bule yang satu ini tak patut dicontoh.

Tak sampai lima menit, Samuel selesai. Ia merasa lega karena kantung kemihnya tak lagi penuh. "Hampir aja gue kena kencing batu," ucapnya dengan nada lega sembari menepuk-nepuk perutnya pelan.

Samuel menolehkan kepalanya ke arah bangku yang tadi ia duduki. Matanya membulat sempurna saat ia melihat bangku itu kosong. Seekor anjing yang tadi terikat talinya di kakai bangku, kini hilang. Padahal Samuel baru meninggalkannya sebentar, masa anjingnya bisa lepas semudah itu? Atau jangan-jangan, dia diculik?! Tidak. Samuel tidak boleh panik. Iya, ia harus tenang.

Samuel menarik nafas dalam. Lalu perlahan ia hembuskan pelan-pelan. Setelah merasa sedikit meringan, ia diam sebentar. Tapi dengan segera pula ia berteriak frustasi sembari mengacak rambutnya. "TENANG APANYA, MUEL GOBLOK?! ELO MAU NTAR PULANG DIGEBUKIN NYOKAP, HA?! MATI GUE, MATI."

Samuel mencak-mencak sendiri di taman kota itu. Untung saja tak ada orang yang melihat kelakuannya yang seperti orang ditinggal nikah itu. Kalau ada yang melihat, Samuel pasti sudah dibawa ke RSJ terdekat.

BOSOM FRIENDs (02 L) - CHAPTER 1 : such a bad dreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang