Pada dasarnya cowok ganteng memang ditakdirkan untuk cewek cantik bukan?
____
Sore itu aku tengah asik membaca komik, ketika Blenda datang dan memekik heboh sambil mengguncang-guncangkan tubuhku dengan antusias. Serta merta aku memukul kepalanya dengan komik yang ada dalam genggaman.
Dia meringis lalu duduk di atas tempat tidurku, sedetik kemudian senyumnya kembali mekar.
“Na, lo tau gak? Gue keterima BEM dong hehe.”
Aku mendelik. Kupikir ada berita apa, ternyata hanya pengumunan seleksi BEM yang beberapa hari lalu Blenda ikuti. Aku yang sudah yakin Blenda pasti diterima, tidak kaget lagi mendengar kabar yang dibawanya. Malah aku akan kaget kalau dia sampai tidak lolos.
“Selamat ya,” ucapku lalu kembali mengambil posisi nyaman untuk melanjutkan baca komik.
“Flat banget anjir.” Blenda cemberut. Diletakannya totebag ke atas meja lalu ia melepas kemeja yang dipakainya hingga menyisakan tanktop hitam.
“Btw Na, tadi ada cowok cakep banget. Ada beberapa sih yang cakep, tapi dia lebih lebih lebih cakep dari yang lain.”
“Gak minat. Pasti masih gantengan Kise Ryouta.”
“Nggak, ini gue jamin masih gantengan dia daripada mahluk gepeng kesayangan lo itu.”
“Bodo.”
“Namanya juga cakep.” Blenda tidak berhenti bicara meski aku jelas tidak tertarik dengan topik pembicaraannya. Aku hanya akan peduli jika di kampus ini ada cowok seganteng Kise Ryouta atau anak-anak Kiseki no sedai lainnya.
“Namanya tuh Arslan Danuar Reza.”
Aku terhenyak. “Kaya pernah denger?”
“Eh, masa?”
“Tapi lupa.”
“Ish!”
“Dia anak BEM juga?”
“Iya, tapi gue lupa nanya dia jurusan apa.”
“Ehmm.” Aku membalikkan badan memunggungi Blenda, memfokuskan seluruh atensiku pada komik yang tengah kubaca. Komik ini sudah kubeli minggu lalu sebenarnya, tapi tugas kuliah yang tidak ada habisnya membuatku baru bisa membacanya sekarang.
“Hape lo geter tu Na.” Suara Blenda kembali mengudara.
“Yaudah biarin aja.” Tak seperti Blenda, aku ini bukan tipe orang yang fast respon bila dichat, karena kupikir mereka akan langsung menelepon atau menemuiku bila ada hal penting yang perlu dibicarakan.
“Na ada yang nelepon!” Nah kan, apa kubilang. Dengan malas aku meraih ponsel di atas meja lalu melihat nama Danu tertera di sana.
“Hallo?”
“Gue di depan kos lo nih.”
“Hah?” Aku mengerjap bingung. Blenda diam-diam memperhatikan.
“Cepet keluar!”
“Ngapain?”
“Mau nyulik lo.”
“Dih gak jelas banget.” Aku turun dari tempat tidur lalu melangkah keluar sambil tetap membawa komik di tangan kanan sementara tangan kiri kugunakan untuk memegang ponsel.
“Assalamualaikum ukhti.” Danu menyapa dari atas motornya begitu aku membuka pintu gerbang kos.
“Ngapain kamu ke sini?”
KAMU SEDANG MEMBACA
Playlist: End to Start [END]
ChickLitKatanya aku perempuan secantik matahari terbit, nyatanya aku tidak seperti itu. Alih-alih matahari, mungkin aku lebih mirip seperti bulan. Batuan gelap yang tidak dapat menghasilkan cahayanya sendiri. [Special Collaboration] Written on : 01 Jan-30 S...