4 November 2014 - flashback on
Bian POV
"Lo mau ga jadi pacar gue?"
"Hah?"
Aku terpaku dengan ungkapan yang Zezen berikan. Hari ini aku mengajaknya bertemu karena ingin menanyakan banyak hal tentang Dion. Namun siapa sangka, Zezen malah menyatakan perasaannya di saat ia tahu bahwa aku sedang jatuh hati pada sahabatnya.
Masih terdiam beberapa saat, berfikir kalimat apa yang pantas aku lontarkan.
"Bi?" Zezen menunggu jawaban dari ku.
"Lo lagi ngerjain gue ya?" Aku masih tidak percaya akan ungkapan Zezen.
"Gue serius, Bi. Gue suka sama Lo, dari pertama Dion ngenalin Lo ke gue." Tangannya meraih tanganku dan menggenggamnya.
Sekali lagi ia bertanya, "jadi, Lo mau ga jadi pacar gue?"
Aku masih tidak percaya. "Lo tau kan, gue suka sama sahabat Lo, Dion! Gue ngajak Lo ketemu karna gue pengen tau sisi lain tentang Dion yang belum gue tau." Perlahan ku tarik tanganku dari genggamannya.
"Iya gue tau Lo suka sama Dion. Tapi apa Lo yakin bahwa Dion juga suka sama Lo?" Zezen membuatku sedikit berpikir. Sebenarnya memang benar, aku tidak yakin bahwa Dion memiliki rasa yang sama denganku.
Keheningan menyelimuti kami. Aku masih berpikir harus bertindak apa.
"Bi!" Panggilannya dengan suara pelan.
"Bentar, gue mikir dulu!" Lalu ku alihkan pandanganku keluar kaca.
Saat ini kami berada di sebuah kafe yang berada di tengah kota. Tidak terlalu besar, namun cukup nyaman untuk berdiskusi. Terlebih posisi kami duduk yang berada di ujung ruangan dengan kaca besar menampakkan keramaian kota di samping meja kami.
"Gue kasih Lo tawaran. Gimana?"
"Maksud Lo?" Aku tidak paham, sebenarnya apa yang Zezen pikirkan.
"Gini, kita coba pacaran dulu sehari, buat ngetes reaksi Dion. Kalo dia keliatan suka sama Lo, gue iklas ngelepasin Lo. Tapi, kalo Dion cuek dan gak ada tanda-tanda dia suka sama Lo, lo harus mau jadi pacar gue!" Jelasnya yang langsung dapat aku pahami.
"Enak di elo dong!"
"Enak dari mana nya? Lo pikir ngerelain cewe yang gue suka ke cowo lain, itu enak?" Nada suara yang Zezen lontarkan cukup keras. Aku sedikit tersentak akan hal itu.
Memikirkan berbagai kemungkinan, aku sedikit ingin mencobanya. Namun tak ingin jika sampai harus pacaran dengan Zezen. Dia sama sekali bukan tipe ku.
"Gimana?" Zezen menunggu jawaban.
"Kalo Dion ga suka sama gue, pacaran kita seminggu aja ya?"
"Oke seminggu, tapi kalo akhirnya Lo jatuh hati setelah seminggu, kita lanjut. Gimana?" Tawar Zezen sekali lagi.
"Oke gue setuju!"
~~~
Aku mondar-mandir di dalam kamar, sedikit khawatir karena semenjak sore kemarin, Dion tidak bisa di hubungi. Ya, semenjak aku pulang dari kafe bersama Zezen.
"Tumben banget si ngilang gini!" Gerutu ku sambil mencoba menelfon Dion berkali-kali.
Ini hari Minggu, memang sudah biasa jika Dion susah di hubungi di hari libur. Entah karena ia bangun siang, atau dia tengah asik bermain game online. Namun seminggu yang lalu ia sudah berjanji akan menemaniku membeli komik hari ini.
Aku semakin gelisah memikirkan segala kemungkinan yang terjadi. Ku letakkan ponsel di atas nakas dan menyiapkan diri untuk pergi. Aku memutuskan untuk menghampiri Dion di rumahnya.
Tak perlu tunggu lama, aku sudah sampai di halaman rumah sederhana yang terparkir sebuah mobil hitam tampak baru saja di cuci.
Tok tok tok
Suara kunci di putar terdengar setelah beberapa kali aku mengetok pintu. Seorang wanita cantik memakai kaos polos tersenyum ketika melihatku di balik pintu.
"Hai, Kak!" Sapa ku kepadanya. Ya, dia adalah kaka Dion yang sudah ku kenal karena beberapa kali main kerumah Dion.
"Hai, dek! Yuk masuk dulu." Ajaknya membukakan jalan.
Aku duduk di sebuah sofa yang di susul ka Martha, kakak Dion. Aku sedikit bingung ketika ia ikut duduk bersamaku.
Biasanya ia langsung memanggil Dion saat aku datang."Bian, kamu nyari Dion? Atau ada urusan lain?" Tanyanya tanpa basa-basi.
"Nyari Dion, Kak. emang dia gaada di rumah?" Sedikit kecewa yang kurasakan saat mendapati kak Martha mengangguk tanda Dion benar tidak ada di rumah.
"Dia pergi pagi tadi, tapi gak izin kemana." Jelasnya seakan tahu bahwa aku bertanya-tanya, kemana Dion pergi?
"Dari kemarin sore, Dion gak bisa dihubungi, Kak. Hp nya kemana? Ada sama dia kan?" Aku makin khawatir memikirkan sesuatu yang buruk akan terjadi.
"Kakak rasa ada. Saat sarapan pagi tadi, ia sempat telfonan sama Kris."
"Eh tapi, kakak rasa dia lagi ga baik-baik aja." Lanjutnya membuatku semakin khawatir.
"Ha kenapa kak?"
"Kemarin dia pulang sambil marah-marah. Bahkan ga salam sama mama yang lagi ada di ruang tamu. Masuk kamar juga pintunya di banting." Ka Martha terlihat khawatir menceritakannya. Begitupula denganku.
"Tapi tadi pagi udah keliatan baik-baik aja kak?"
"Kakak rasa belum. Semalaman ia tidak keluar kamar, bahkan tidak makan malam. Pagi tadi baru ia di paksa mama sarapan sebelum ia pergi." Lanjutnya menjelaskan.
Aku terdiam memikirkan apa yang sebenarnya terjadi setelah ka Martha pergi untuk mengambilkan minum. Dan seketika teringat Kris. Spontan aku menelfonnya, namun tidak mendapat jawaban.
Kak Martha juga terlihat panik saat aku tidak bisa menghubungi dua sahabatku itu.
Tuing!!
Suara tanda pesan masuk berbunyi. Dengan gesit ku buka layar ponsel dan mendapati pesan dari Kris.
•KRISis cinta
Star homeSabian VM•
Ha? Apaan? Lo di mana sekarang?Tidak mendapat jawaban, ku telfon Kris berkali-kali namun tidak mendapat jawaban.
"Kenapa dek? Kok keliatan makin panik?" Ka Martha menaruh minum yang ia siapkan dan kembali duduk di sampingku.
Aku menunjukkan ponselku yang menampilkan isi pesan dari Kris. "Aku ga ngerti apa maksud Kris, dia cuma ngirim pesan gini. Aku telfon ga di angkat."
"Dek, kakak tau star home, ini tempat dia main game kalo di luar rumah. Kakak baru inget, kalo Dion ada masalah, dia bakal pergi main game di luar."
Tanpa pikir panjang, aku meminta alamat pada ka Martha dan menuju lokasi yang Kris beri.
---
Rupanya cukup panjang yaa..
Selamat membaca yaa, jangan lupa tinggalkan jejakLove❣️
Author
KAMU SEDANG MEMBACA
REGRET
Short StoryRasa rindu, kecewa, penyesalan, sakit terasa jadi satu. Ingin memeluk adalah satu-satunya yang Bian pikirkan ketika ia terus memandangi Dion dari jauh. "Andai dulu gue ga bodoh! Pasti wanita yang Lo gandeng sekarang di sana, itu gue." Bian menggerut...