Author POV
Siang ini Bian berencana mengunjungi kelas Dion, berusaha menahan agar Dion mau berbicara. Pasalnya sejak pagi tadi, Dion selalu menghindar ketika hendak berhadapan dengan Bian.
"Gue duluan ya, Ay!" Pamit Bian pada teman sebangkunya, Anya.
Dengan segera Bian sedikit berlari menuju kelas Dion.
"Dion!" Panggil Bian ketika didapati Dion sudah hendak pergi dari kelasnya.
Tak mendapat jawaban, Bian mempercepat langkahnya hingga menggapai lengan Dion.
"Bentar, gue mau ngomong, kenapa Lo malah pergi aja si!" Grerutu Bian pada Dion.
"Gue buru-buru!" Ucapnya ketus.
"Trus kapan Lo mau nemenin gue beli komik?" Kali ini Bian melepaskan genggamannya dari lengan Dion.
Dion mengedarkan pandangannya, "Zen! Cewe Lo nih minta di temenin beli komik!" Ucapnya pada Zezen yang ternyata sudah berada di belakang Bian.
Bian yang menyadari ucapan Dion dan kehadiran Zezen di sampingnya, hanya melirik saja.
"Gue-" ucapan Bian terpotong oleh pergerakan Dion.
"Jagain dia baik-baik!" Dion menepuk pundak Zezen. "Gue duluan." Lanjutnya sembari meninggalkan kedua sahabatnya.
Bian melirik kesal pada Zezen.
"Yuk!" Zezen hampir menggandeng tangan Bian yang akhirnya mendapat pelototan dari Bian.
"Kita udahan!" Ucap Bian ketus.
"Kan belum seminggu!"
"Kan kalo Dion suka sama gue, kita udahan!"
"Emang Dion suka sama Lo?" Ucapan Zezen mampu membuat Bian terpaku. Bian memang tidak yakin 100% bahwa Dion menyukainya.
"Eh Edwan, wait!" Bian menarik tangan mantannya tersebut ketika melewati Bian dan Zezen.
"Kenapa?" Edwan menatap Bian dan Zezen bergantian.
"Anterin gue pulang ya?" Pinta Bian pada Edwan. Tidak tau diri memang, sudah putus tapi minta di antar pulang. "Dari pada sama Zezen, mending sama Edwan!" Ucapnya dalam hati.
"Eh kan gue pacar Lo, ngapain Lo minta di anter cowo lain!" Rupanya Zezen tidak terima atas tindakan Bian.
Sedikit senang karena akhirnya Edwan tau bahwa Bian sudah memiliki pacar. Namun tetap saja bukan Zezen yang Bian harapkan.
Bian menghiraukan Zezen dan melengos, "Edwan, please!" Kali ini Bian memohon agar mendapat jawaban dari Edwan.
"Ya udah ayok!" Kemudian Edwan menatap Zezen dan mendapati pelototan darinya.
Berbeda dengan Bian yang tersenyum lebar mendapat jawaban dari Edwan.
"Yuk!" Bian merangkul lengan Edwan layaknya sepasang kekasih dan meninggalkan Zezen yang terpaku.
Sesampainya di rumah Bian, "Edwan, Sorry gue ngerepotin Lo! Makasih juga masih mau nganter gue." Ucap Bian tulus.
Edwan melepaskan helm yang masih berada pada kepalanya sendiri, "Sante aja Bi, kapanpun Lo butuh gue, gue pasti ada."
Bian hanya tersenyum mendengar pernyataan Edwan.
"Gue yang harusnya minta maaf sama Lo!" Lanjut Edwan karena tidak mendapat jawaban. "Maaf karena waktu itu ga sempet kasih penjelasan yang jelas. Dan ngabai'in Lo waktu itu." Lanjut Edwan dengan menundukkan kepalanya.
Bian masih terdiam.
"Ya udah jelasin sekarang!" Pinta Bian yang membuat Edwan menatapnya serius.
Edwan tersenyum. Namun senyum penyesalan yang ia berikan. Terlihat bahwa ia masih sayang pada Bian.
Edwan yang masih di atas motor, berusaha meraih tangan Bian yang berada di samping motornya. "Gue minta maaf waktu itu ngegandeng tangan Lexi di hadapan Lo. Bahkan gue ga jelasin apa-apa tentang keadaan waktu itu." Edwan kembali tertunduk.
Bian masih terdiam, menunggu penjelasan selanjutnya.
"Lo tau Hekal kan? Temen sekelas gue?" Tanpa menunggu jawaban, Edwan melanjutkan ucapannya. "Lexi tu pacarnya Hekal. waktu itu mereka berantem. Lexi nangis waktu itu. Gue berusaha bikin mereka balikan dan bawa Lexi ke kelas buat ketemu Hekal. Maafin gue karna ga sempet kasih penjelasan yang jelas ke Lo. Gue kebawa emosi waktu liat Lo meluk Dion waktu itu."
Bian mengingat kejadian beberapa hari yang lalu. Di hari ia melihat Edwan dengan Lexi, memang ia langsung mendiamkan Edwan. Dan sehari berikutnya, saat Bian bersama Dion sedang hangout di malam hari, ia melihat Edwan tengah berjalan kearahnya. Bian sengaja memeluk Dion dan berbisik meminta Dion untuk pura-pura jadi pacarnya nanti ketika Bian putus dengan Edwan.
Dan disitulah pertengkaran terjadi antara Bian dan Edwan. Dion yang berada di sana hanya diam menyaksikan keduanya.
"Gue juga minta maaf waktu itu sengaja meluk Dion. Karna gue pengen bales apa yang Lo lakuin ke gue." Kali ini Bian yang menundukkan kepalanya.
"It's oke. Gue ngerti kok yang Lo rasain." Edwan terdiam sebentar. "Gue masih sayang sama Lo, Bi!" Lanjutnya.
Bian menatap mata Edwan yang terlihat di matanya, terpancar ketulusan akan apa yang ia ucapkan.
"Maafin Gue Edwan. Gue-"
Edwan memotong ucapan Bian, "Iya gue ngerti sekarang Lo udah sama..- siapa tadi?" Tanya Edwan yang belum mengetahui nama Zezen.
"Zezen. Dia bukan pacar gue kok!" Jelas Bian.
"Maksudnya?" Tanya Edwan tidak paham akan ucapan Bian.
"Gue cuma pura-pura sama dia." Kali ini Bian melepas tangannya dari genggaman Edwan.
"Tapi bukan berarti gue mau balikan sama Lo!" Lanjutnya sebelum Edwan mengeluarkan suara.
"Bi.. Lo tau gue masih sayang sama Lo. Kapan pun Lo mau dateng, gue akan menerima Lo, Bi!" Ucapnya tulus.
Bian tersenyum. "Makasih yaa! Gue harap kita bisa jadi sahabat yang baik."
Sedikit rasa sakit yang Edwan rasakan, bukan ini yang ia harapkan. Namun rupanya Bian memang sudah tidak mengharapkan untuk kembali dengan Edwan.
"Ya udah gue balik ya." Edwan mengenakan helm nya dan segera pergi setelah mendapat anggukan dari Bian.
"Hati-hati yaa, ga usah ngebut." Pinta Bian dan mendapat anggukan.
---
Wah akhirnya mereka putus baik baik ya... Yuk jangan lupa kasih kritik dan saran
Tinggalkan jejak yaa
Terimakasih
KAMU SEDANG MEMBACA
REGRET
Short StoryRasa rindu, kecewa, penyesalan, sakit terasa jadi satu. Ingin memeluk adalah satu-satunya yang Bian pikirkan ketika ia terus memandangi Dion dari jauh. "Andai dulu gue ga bodoh! Pasti wanita yang Lo gandeng sekarang di sana, itu gue." Bian menggerut...