CHAPTER 9

486 66 124
                                    

♦  ♦  ♦

“Ini sudah tiga hari sejak pertemuan terakhir kita dan kau tidak pernah datang lagi. Kenapa, kau ingin membatalkan semuanya? Bukankah aku sudah mengatakan setuju dengan kesepakatan itu?”

[No. Tidak mungkin aku membatalkan pernikahan kita.]

Ursula semakin geram saja mendengar suara tawa menjengkelkan pria itu di ujung sana. Ursula menghembuskan napas seraya mengatur emosi, merasa penat karena saat berbicara dengan Brian seluruh tenaganya seakan terforsir.

“Jadi kau sedang melakukan apa?!”

[Aku?]

“Bukan! Orang idiot yang sedang berbicara padaku saat ini.”

Brian tertawa geli. [Aku tidak sedang melakukan apa pun di sini, witch.]

What? D-do you?”

[Ya. Kau ingin bukti kalau aku sedang berbaring di ranjang saat ini?]

Fuck you, Brian! Kau mengatakan akan menyusul dan berbicara pada Daddy! Tapi apa yang kau lakukan saat ini. Tidur?!” bentaknya emosi.

Ursula meremas rambutnya kesal. “Sudah tiga hari, Brian. Perusahaan semakin memburuk. Kau ingin membatalkan semuanya?”

[Easy, witch. Tidak perlu mengumpat seperti itu. Tunggu saja.]

Tidak bisa. Ursula tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Sesuatu yang ia takutkan akan terjadi dalam waktu dekat ini. Pagi ini, Ursula mendapatkan sebuah informasi tentang Alderik, Daddy yang akan menjual beberapa saham dalam jumlah besar—akibat dari masalah ini. Lebih parah lagi, saat ia mendengar dari sekertaris Alderik, bahwa Daddy-nya itu mengusulkan  pemecatan sepihak pada ribuan pekerja sebagai strategi sekaligus upaya menstabilkan perusahaan—walau dapat bertahan entah untuk berapa lama.

Ursula sungguh tidak mau, tidak tega dan tidak bisa. Padahal semua ini bisa teratasi jika Brian bergerak lebih cepat. Toh juga Ursula sudah menyetujui pernikahan itu, kan? Kalau sampai perusahaan pada kondisi yang tidak diinginkan, jadi untuk apa Ursula bersusah payah mengusahakan semuanya?!

Sungguh, Brian Matthew Anderson adalah pria menyebalkan.

“Apa ... apa kau bisa melakukan sesuatu untuk perusahaan terlebih dulu?" pinta Ursula pelan setengah merengek. “Bi—bisakah, Brian?”

Paling tidak, Brian bisa menyelamatkan perusahaan lebih dahulu sebelum nantinya mereka akan menikah. Namun sialnya, Brian tidak mau melakukan apa pun sebelum kesepakatan benar-benar terjadi.

Mereka terdiam beberapa menit sampai akhirnya kekehan geli di ujung sana terdengar.

[Maaf, witch. Aku tidak bisa melakukannya. Kesepakatan yang kita buat bukan seperti itu.] Kemudian diselingi dengan tawa menyebalkan.

Ursula terperangah menyadari seorang Brian Matthew Anderson begitu berhati batu. Ursula mencebik, membekap mulut dengan telapak tangan agar suara tangis tidak terdengar.

“Kau jahat sekali,” isaknya.

[Kau menangis?]

Ursula mengangguk manja, isakannya semakin jelas. “Aku tidak tahan melihat Daddy seperti itu. Bagaimana jika Daddy jatuh sakit?” Sambungan telepon itu kemudian hanya diisi dengan suara tangis dan sesekali Ursula yang sedang menarik cairan di hidungnya. 

[Kalau begitu, malam ini aku akan menemuimu.]

“Kau janji?” tanya Ursula pelan.

[Kau tidak percaya padaku?]

Beautiful NightmareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang