Pertemuan di malam jum'at kliwon

11 5 0
                                    

Srekk...srekk...srekk
Irama seikat sapu lidi mengalun di depan gubuk reyot,di tengah rimbunya pepohonan.
Wanita tua sedang membungkuk sedang mengayuhkan sapunya perlahan,sesekali terlihat menjumputi rerumputan yang berserah di selokan.
"Simbok,"Teriak gadis 8 tahun.
"Ada apa,Nduk,?"timpalnya.
"Vena main kepinggir Ranu ya Mbok?"Ucapnya meminta.
"Ini kan sudah hampir maghrib Nduk,besok saja ya,Nduk,?"Jelas sulasmi.
"Sebentar saja,Mbok"Pinta Vena dengan wajah memelas.
Vena terus merengkek berharap mendapat ijin dari ibunya.Namun,Ibunya hanya membalas dengan senyum kecil disudut bibirnya.
Sorot senja memudar di batas malam,suara hewan malam memenuhi sekitarnya.
Dari balik gedhek Vena mengawasi Sulasmi yang masih khusyuk bersujud mengadu kepada Gustinya.
Seusai memastikan dan memantapkan niatnya,meninggalkan Simboknya.
Kaki telanjangnya memanjahkan rimbunnya rerumputan yang liar tumbuh liar disekitar gubuk.
Langkah kakinya semakin menjadi cepat,menjauh hingga gubuk reyotnya tak terlihat lagi.
Vena berlalri menembus gelapnya kabut pekat yang menghamburkan pandangan,acap kali ia terjatuh tersandung bebatuan yang mencuat dari balik rimbunnya rerumputan.
Langkahnya melambat,tatkala ia melihat sepasang beringin kembar berdiri kokoh menghadangnya.
Ia berjalan lambat melewati akar-akar gantung yang membelai wajahnya,dengan tanpa ia sadari sepasang mata merah menyala sedang mengawasi setiap pergerakannya.
Kabut tipis menyelimuti tubuh Vena yang dingin,ia berhenti disebuah batu besar bertulis Sasana Bebaya yang terletak di pinggir Ranu,seraya memutuskan pandangannya ke arah bambu yang tertancap selangkah tepat di depannya.
"Darah?"Gaumannya pelan.
"Nak,"suara lirih mengejutkan Vena yang sedari tadi memperhatikan bambu berlumur darah itu.
"Dimana simbok mu,kok malam-malam begini keluar sendirian,apak Simbokmu tidak menasehatimu,kalau anak kecil itu tidak boleh keluar sewaktu maghrib?"Tanya seorang wanita tua berambut putih terurai.
Vena hanya terdiam,mencoba mengembalikan kesadarannya.
Tiba-tiba sebuah benda dingin menimpa kaki mungilnya,hingga ia berdengking saat matanya menemukan sepotong tangan sedang mencengkram kakinya.
Dengan cepat tubuhnya lenyap tertarik kedalam tanah.

"Ndoro ayu,"Tepukan tangan menyadarkan Vena.
"Ha....Si...Apa kamu?"Teriaknya.
"Mohon bersabar Ndoro,Ndoro bisa mengambilnya 25 tahun lagi"Imbuh wanita berkebaya hitam dengan tatapan tajam.
"Tidak,jangan kalian sentuh anakku!"Teriak seorang wanita dari kejauhan.
"Simbok,"Gumam Vena.
"Sulasmi,"sahutnya terheran.
Bulan purnama yang jatuh tepat pada malam jumat kliwon,kali ini mempertemukan kembali saudari kembar yang terpisah selama 50 tahun.
Ya,dia Sulastri dan Sulaasmi,Sulastri dengan perawakan tinggi berkebaya hitam,dengan rambut putih panjang yang terurai.
Sedang Sulasmi,perawakan kecil,berkebaya putih dan bersanggul,tentu jauh lebih rapi dibandingkan kakaknya,Sulastri.
Meskipun mereka adalah saudari kembar namun watak dan pendiriannya saling bertolak belakang.

"Jangan menghalangiku Lasami,aku melakukan ini atas utusan Simbok"Jelas Sulastri .
"Dia Anakku,jangan sekali-kali kau menyentuhnya dengan tangan kotormu itu!"
Tukasnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 28, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Selamat Malam NinaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang