Kerokan

2.3K 527 64
                                    

How's your day?
Jangan lupa vote dan comment ya✨

How's your day? Jangan lupa vote dan comment ya✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

§§§

Banyak nya benda berwarna putih dan hitam yang ditekan hingga membuat tangga nada yang begitu indah memenuhi ruangan tamaram yang minim cahaya. Udara dingin dari pendingin ruangan yang sengaja di nyalakan hingga ke suhu paling rendah membuat siapa saja bisa mengigil tapi tidak untuk seorang lelaki yang sedang bermain bersama piano nya dengan mata tertutup.

Menyerap segala kesedihan nya. Menyesali segala kesalahan nya. Membisu lalu tenggelam dalam ruang hampa yang begitu menjengkelkan. Tangis sudah tidak berguna untuk meluapkan segala permasalahan yang mematikan semangat Ben.

Lama kelamaan didalam keadaan seperti ini, tubuh Ben tidak tahan dengan suhu ruangan yang begitu dingin ditambah Ben belum makan apapun sejak pagi. Ia hanya meminum kopi hitam pagi tadi. Selama ini, Ben selalu menutupi identitas asli keluarga nya dan masuk kedalam sekolah negeri yang bisa terbilang salah satu terburuk. Ada beberapa alasan Ben melakukan hal tersebut,

Pertama, Ben ingin lepas dari beban memikul nama keluarga.

Kedua, dengan cara ini Ben terbebas dari ketakutan nya.

Dering telfon menghancurkan lamunan Ben tentang betapa bencinya Ben menjalani hidup seperti ini. Segera Ben mengangkat sambungan telfon dari seseorang yang ia kenal.

'Ben, lu enggak dateng lagi?! Dateng doang apa susah nya sih!'

'Ka,'lirih Ben.

' Suara lu kok begitu? Lu sakit? Ben! Gua enggak mau tau, pokoknya lu harus dateng ke acara makan keluarga.'

'gua enggak mau,'

'oh iya? Iya terserah lu. Lu kan cuma bisa nyusahin orang kan?'

'Kalau dia masih ada disitu, gua eng—'

'Shut up. Lu berhasil ngambil perhatian semua orang, Pewaris Keluarga Tirtayasa.'
Tutt--

Ternyata, Ben memang tidak sekuat itu. Ia terjatuh dari kursi nya sambil terbatuk.  Arrabella Tirtayasa, kakak perempuan nya. Hubungan Ben dengan Bella sama sekali tidak baik sejak kecil. Faktor cara mendidik keluarga yang sangat disiplin juga ikut ambil bagian bagaimana tidak akurnya Ben dan Bella. Karena keduanya lahir dari anak pertama Keluarga Tirtaysa hingga keduanya menanggung beban yang paling berat.

Mama Ben, Deani Maharani bukan dari kalangan atas hingga membuat Deani ditindas habis habisan. Ben melihat segalanya. Melihat bagaimana wanita yang melahirkan nya diperlakukan semena mena seolah olah Deani tidak pantas menginjakkan kaki didalam rumah atas nama Tirtaysa. Seolah olah Deani adalah sebuah hama yang hanya akan mendatangkan malu serta kerugian.

Tangan Ben terkepal kuat menahan emosi yang mulai memenuhi tubuh nya. Dulu, Ayah nya, Wirya Tirtayasa sibuk bekerja. Bella sibuk belajar. Ben selalu bersama Deani, Ben kecil melihat Deani dipukul, dimaki maki, dan dihina. Mereka semua pasti sedang tertawa dan berbahagia bukan? Tertawa dan berbahagia diatas diri Ben yang hancur sejak Deani memutuskan untuk pergi karena sudah tidak tahan dengan siksaan yang menimpa dirinya.

JANGGALA -[ₜᵣₑₐₛᵤᵣₑ'ₛ ₀₀ ₛq]-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang