Dia Masih Ada Diantara Ketiga Nya

1.5K 453 54
                                    

How's your day?
Jangan lupa vote dan comment ya


000

Sekolah menjadi begitu tenang. Yang tadinya setiap hari kedua sekolah itu selalu saja ada bahan untuk bertengkar kini semuanya seakan akan bungkam. Tidak ada tatapan mata kesal atau tengil. Hanya ada tatapan mata sendu menunduk di depan sebuah bingkai yang berisikan foto seorang siswa yang begitu tampan yang di sekitarnya sudah ada beratus ratus tangkai bunga sebagai salam perpisahan bagi Yudistira Derigalangit yang meninggalkan tanah bumi ini dengan cara yang sangat tidak pantas.

Bingkai Foto besar tersebut di tempatkan di lapangan yang menghubungkan kedua sekolah agar semua orang dapat dengan mudah memberikan salam perpisahan kepada siswa yang terkenal dengan kebaikan nya. Waktu terus berjalan, sejak pagi tadi, ada tiga pemuda yang sama sekali tidak pernah berpindah tempat. Guru guru yang merasa kasihan sudah berusaha menyuruh ketiga pemuda tersebut untuk beristirahat di sekolah atau pun menenangkan diri di rumah. Namun ketiganya menghiraukan segalanya dan tetap didepan tempat ini.

"Yudis,"lirih Ajun sambil menggenggam erat obat penenang yang seharusnya sudah Ajun berikan untuk Yudis dengan cara mengambil obat dari kedua orang tuanya yang sama sekali tidak pantas di berikan kepada manusia dan memberikan obat Penenang ini.

Saat itu, masih teringat betul Ajun melihat tubuh tak berdaya Yudis tergeletak di lantai dingin gudang belakang rumah nya. Pada awalnya, Ajun diterpa rasa khawatir sebab saat hari libur selama dua hari itu, Yudis sama sekali tidak memberinya kabar. Lalu Ajun memutuskan pergi ke rumah Yudis dan tentu saja secara diam diam karena tahu kedua orang tua Yudis tak pernah menyukai anak nya tersebut memiliki teman.

Rumah kosong, tidak ada tanda tanda kehidupan yang membuat Ajun semakin khawatir. Ia nekat masuk lewat pintu utama dan berlari ke kamar Yudis. Namun Ajun tak menemukan keberadaan Yudis disana lalu Ajun pergi ke gudang belakang. Tadinya pintu terkunci, Ajun mendobrak pintu kayu yang sudah rapuh itu lalu sesaat setelah itu, dunia Ajun seakan akan direnggut habis oleh kenyataan didepan nya.

Tubuh Yudis sudah penuh lebam, bekas kebiruan terdapat di seluruh tubuh Yudis. Terdapat darah yang sudah mengering di hidung Yudis. Saat Ajun menyentuh Yudis, tubuh pemuda itu sangat dingin. Dingin sekali dengan wajah yang sudah sangat pucat. Ajun mengecek nafas dan detak nadi Yudis. Semuanya sudah hilang.

"Sakit banget dis hati gua."gumam Jafar memegang erat kertas yang berisikan puisi milik Yudis. Puisi yang berisikan luka yang di jabarkan dengan diksi yang begitu pilu.

Telfon Ajun saat itu membuat bahagia Jafar akan keadaan Sahara hilang seketika. Pikiran nya sudah kacau sambil menelfon polisi untuk datang ke rumah Yudis. Jafar pergi menggunakan motornya dan betul saja, di tempat kejadian sudah ada beberapa warga yang datang karena mendengar tangisan Ajun yang berteriak memanggil Yudis.

"Kita enggak jadi sembuh sama sama ya,"lirih Ben mengingat kembali ia dan Yudis berjanji untuk sembuh bersama sama. Ben dari penyakit skizofrenia nya dan Yudis dari trauma nya.

Disaat mereka saling menggenggam satu sama lain agar tidak ada yang pergi atau menyerah ternyata Yudis tak mampu menggenggam tangan teman nya terlalu lama. Disaat ketiga teman nya bertemu dengan obat dari luka merek. Jafar dengan Sahara dan keluarganya menyesal dengan perlakuan mereka. Ajun sepakat dengan dirinya sendiri akan memulai hubungan baru bersama Mama nya. Ben yang keluarganya mulai peduli satu sama lain dan mengatakan mereka sangat menyayangi Ben.

Tanpa sadar, genggaman ketiga nya semakin lemah hingga Yudis yang masih berusaha menggenggam ketiganya terjatuh lalu hilang dalam malam yang begitu dingin dan menyakitkan. Pergi di dalam sebuah tangisan hingga Yudis tak mampu lagi menahan seluruh rasa sakit di tubuh nya.

Seseorang datang dari sekolah swasta, ia menaruh bunga diantara ratusan tangkai bunga lain nya. Ia berdoa sebentar lalu menatap Ben, Jafar, dan Ajun.

"Gua turut berduka cita, Semoga pelaku cepat di temukan."ujar Diyaz.

Setelah itu Diyaz pergi bersama seseorang yang menatap sendu bingkai foto Yudis seakan akan teringat kembali bagaimana pemakaman ketiga teman nya saat itu. Ryan memalingkan wajah nya saat bayangan kenangan lalu datang menghantui Ryan, ia dan Diyaz segera pergi dari sana.

"APA APAAN! LEPASIN GUA! LU ENGGAK TAHU BOKAP GUA HAH?!"

Terjadi sedikit kericuhan saat beberapa polisi datang meringkuk Rizki. Tentu saja pemuda berwajah sombong itu memberontak tak terima. Ekor mata Ben melihat Ayah nya berada di sebuah mobil yang datang bersama mobil polisi. Ternyata proses nya sangat cepat ya? Ben menunduk tak ingin melihat polisi tersebut membawa Rizki masuk ke dalam mobil.

"Dia?"tanya Jafar.

" Dapat hukumannya."jawab Ben.

Perlahan semuanya kembali hening, keadaan semakin menyedihkan kala rintik hujan mulai menyapa bumi seakan akan semesta ini juga berduka atas pergi nya Yudis. Juga, seperti semesta sedang menjawab segala pertanyaan yang Yudis tanyakan, apa semesta membenci Yudis? Nyatanya, semesta tak pernah membenci Yudis. Kini, Yudis sudah bersamanya, berada di tempat paling aman didalam hidup Yudis. Menjaga Yudis dari seluruh manusia yang ingin melukai Yudis.

Atau mungkin, hujan ini juga sebagai tanda perpisahan Yudis untuk ketiga temannya. Seakan akan Yudis berkata kepada ketiganya untuk melanjutkan hidup karena Jafar, Ajun, dan Ben sudah menemukan obat dari seluruh luka yang mereka miliki. Perlahan, luka tersebut pasti akan sembuh. Ketiganya pasti sudah menemukan kebahagiaan yang mereka impikan. Dan Yudis pasti sedang tersenyum atau menatap sendu dari atas sana karena tak dapat mendapatkan obat dari luka lukanya.

"lu bertiga! Balik, hujan nya makin gede!"teriak Han.

Jafar mengusap wajah wajah nya. Lalu ia merangkul bahu Ajun dan Ben untuk membawa keduanya ke tempat yang teduh. Tapi, Ben yang tadinya menangis tanpa suara malah terisak. Hujan ini, membuat emosi Ben menjadi tidak stabil. Ben merasakan sakit hati berkali kali lipat dalam hujan ini. Rasanya sakit sekali hingga Ben kesulitan untuk bernafas. Panggilan Jafar berkali kali terdengar untuk menyuruh Ben bernafas namun Ben seakan akan lupa akan caranya bernafas.

"Ben! Nafas!"ujar Jafar.

" bentar, ini obat penenang."kata Ajun.

Di koridor samping lapangan, Han yang baru mengenal sekelompok pemuda itu selama dua minggu sedang menahan tangis nya. Menatap ketiga nya dengan mata yang berkaca kaca. Walaupun belum terlalu mengenal nya, Han bisa merasakan sakit hati yang teramat sangat di hati nya. Terlebih saat Han melihat ketiganya yang keadaan nya sudah tidak bisa dikatakan baik baik saja berusaha menguatkan satu sama lain padahal semua orang pun juga bisa melihat ketiganya kesusahan untuk mengontrol kesedihan diri sendiri.

Dari Jafar, Yudis, Ajun, dan Ben. Han jadi tahu jika pertemanan merupakan hal yang sangat tulus dan tidak bisa dipalsukan. Han memalingkan wajah nya tak kuasa melihat pemandangan menyayat hati di hadapan nya hingga tanpa sengaja Han melihat Lana yang berdiri di ujung koridor juga menatap khawatir ketiga nya. Sebagai sepupu dari perempuan itu, Han tahu Lana sangat mengkhawatirkan ketiganya terlebih Jafar. Entah apa yang sudah mereka lalui hingga Lana menaruh perhatian nya kepada Jafar.

Tbc

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tbc.
Satu part lagi, yey!

JANGGALA -[ₜᵣₑₐₛᵤᵣₑ'ₛ ₀₀ ₛq]-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang