"Kau menggenggam hatiku dari saat pertama, dan akan selalu
begitu, selamanya.".
.
.
"Baiklah aku akan membantumu di perusahaan, tetapi bukan untuk pekerjaan kantoran. Aku akan melakukan hal-hal yang berhubungan dengan seni, seperti membantu dekorasi restoran dan kamar-kamar di hotelmu." Gumam Eric sambil membanting tubuhnya di sofa Jeno.Jeno mencibir, "Kau bisa melakukannya sejak dulu, tetapi tidak kau lakukan. Kenapa baru sekarang?"
"Karena aku bosan." Eric merenung, "Hidup seperti ini memang menyenangkan pada awalnya, tanpa beban, bisa berbuat semau kita. Dan bahkan tidak melakukan apa-apa tetapi bisa tetap hidup mewah."
Eric terbahak,
"Tetapi kemudian aku bosan, hidupku terasa hampa, tidak ada tujuan yang bisa kucapai. Aku menjalani hidupku seolah-olah hanya untuk menghabiskan hari, dan tidak bermakna."
"Hidupmu itu adalah hidup yang diimpikan banyak orang lain, dan sekarang kau bosan." Jeno menggeleng- gelengkan kepalanya, "Dasar manusia yang tidak pernah puas."
Eric tertawa lagi, sama sekali tidak merasa tersinggung oleh perkataan Jeno yang ketus,
"Mau bagaimana lagi, setiap hari aku harus melihatmu dan kemudian melihat diriku. Dan aku menyadari betapa tidak bermaknanya hidupku."
Jeno terkekeh mendengar pengakuan Eric, "Kenapa? Apa yang kau lihat dari hidupku?"
"Bahwa kau sangat bahagia."
Eric tersenyum, "Bahwa kau mempunyai tujuan hidup yang paling utama, membahagiakan Siyeon. Bahwa kau merasa bahwa hidupmu begitu berarti sejak Siyeon ada di sisimu."
"Aku memang bahagia."
Jeno tidak bisa menahan senyum penuh cintanya ketika membayangkan Siyeon. Mereka akan menikah sebulan lagi. Seminggu yang lalu Jeno melamar Siyeon ke kedua orangtuanya, membuat mereka terkejut dan bertanya-tanya. Tetapi bukan Jeno namanya kalau tidak bisa meyakinkan orang lain. Pada akhirnya dia berakhir sebagai menantu kesayangan dan kedua orang tua Siyeon begitu senang karena dia membantu Siyeon menyembuhkan luka hatinya.
Dan Jeno tidak suka pertunangan yang lama, pertunangan yang lama hanya menunjukkan ketidaksiapan, keraguan, dan ketidakyakinan. Ketika kita sudah menemukan pandangan sejiwa, saat itu juga kita harus mengikat janji serius dengannya. Kalau saja boleh, mungkin minggu ini juga Jeno akan menikahi Siyeon, mengikuti dorongan hatinya. Tetapi mereka tidak bisa melakukannya, karena mereka hidup di dalam masyarakat bukan di dunia mereka sendiri. Selain itu Jeno ingin menghormati Siyeon dalam pernikahan yang layak dan indah.
Persiapan persta sudah dilakukan, semua akan siap dan sempurna satu bulan lagi, di tanggal yang sudah ditetapkan.
"Aku berusaha mencari bahagia sepertimu di dalam diriku, tetapi yang kurasakan hanya kehampaan."
Eric mencetuskan pikirannya, membuat Jeno tergugah dari lamunannya.
Jeno menatap Eric dengan serius,
"Kau hanya perlu menemukan seorang perempuan dan jatuh cinta kepadanya untuk mengalami seperti aku."
"Sayangnya aku belum seberuntung dirimu."
Eric mengangkat bahunya,
"Karena itulah aku ingin bekerja, membantumu di perusahaan. Setidaknya aku bisa mengisi kekosongan dalam hidupku."
Jeno menepuk pundak adiknya dengan sayang,
"Perusahaan ini sudah lama menunggumu untuk bergabung di sini. Kau diterima dengan tangan terbuka di sini."
KAMU SEDANG MEMBACA
You've Got Me From Hello || Jeno Siyeon [REMAKE]
FanficOriginal story by SHANTY AGATHA ___________________________________ Siyeon pernah ditinggalkan tunangannya hanya lima bulan sebelum pernikahan karena tunangannya menodai perempuan lain. Dia tidak percaya cinta setelah itu, dia tidak percaya lelaki...