21

1.3K 183 36
                                    

Selama hidupnya Yoshi tak pernah menyukai bagaimana orang lain yang sangat mengaguminya. Seolah-olah Yoshi tidak punya sedikitpun celah dalam hidupnya. Dia kaya, tampan, pintar pula.

Tapi, tidak ada yang tau tentang bagaimana seorang Yoshi memiliki rasa hampa dalam dirinya. Rasa hampa ketika semua yang ia cintai tak bisa ia dapatkan.

Sekarang, Yoshi sedang terbaring di atas ranjang rumah minimalis miliknya dan Yedam. Bukan dalam artian dia tidur. Bahkan, beberapa hari terakhir dia hanya tidur selama dua jam saja.

Yoshi terbaring karena kesehatannya yang menurun. Sangat parah. Yoshi tidak pernah makan, hanya meminum air putih saja. Ditambah tidurnya yang tak teratur.

Darahnya rendah saat terakhir kali ia di periksakan. Dokter menyarankan Yoshi untuk tidak berpikir terlalu keras. Tapi, Yoshi tidak bisa melakukannya. Yoshi selalu memikirkan Yedam. Dimana Yedam berada? Apa Yedam baik baik saja? Apa Yedam sudah makan? Apa Yedam tidur dengan baik?

Dan pertanyaan lain yang terus menerus menghantuinya.

Untung saja Jihoon mau mengurus seorang Yoshinori. Dia selalu berada di sebelah pemuda itu dan memanggilkan dokter jika kesehatan Yoshi semakin buruk.

Dan sekarang, sepertinya hal itu terjadi. Kesehatan Yoshi menurun drastis. Melihatnya membuat Jihoon panik dan kehabisan cara.

Yoshi tidak mau minum ataupun makan, pemuda itu hanya menatap plafon kamarnya dengan pandangan kosong dan terkadang tiba tiba muntah. Bibirnya terlihat pucat.

Hanya Yedam yang bisa membuat Yoshi mau makan. Tapi, dimana Yedam?

"Yoshi makan, jangan menyiksa dirimu sendiri."

"Bagaimana bisa aku makan jika aku belum tau Yedam sudah makan atau belum?"

Jihoon menghela nafasnya dengan pasrah. "Kita akan mencari Yedam lagi setelah kamu sembuh, ayo makan."

Yoshi menjauhi mulutnya ketika Jihoon menyodorkan makanan padanya. "Aku tidak mau!"

Jihoon menyerah. Dia meletakan kembali mangkuk berisikan bubur yang masih panas itu diatas meja. Ini sudah beberapa kali Jihoon akan membuang bubur jika hari ini masih sama dengan hari-hari sebelumnya.

"Aku keluar dulu, jangan kemana mana!"

Jihoon memperingati Yoshi. Padahal, meski tak di peringatipun Yoshi tidak akan kemana mana. Badannya terlalu lemah.

Tapi, niat Jihoon untuk keluar batal saat secara tiba-tiba Yoshi muntah. Lagi. Tapi kali ini di sertai warna kemerahan darah.

Jihoon tidak bisa untuk tidak panik. Dia langsung menghampiri Yoshi dengan tergesa-gesa. Dia menepuk pundak Yoshi berkali-kali agar Yoshi merasa lebih baik.

"Yoshi! Aduh ini gimana?!"

"Yoshi!" Jihoon semakin panik ketika Yoshi kehilangan kesadarannya setelah menumpahkan seluruh isi perutnya melalui muntahan tadi.

"Aku panggil ambulans aja kali ya!"

Jihoon mengambil ponsel dari dalam sakunya. Otaknya hanya bisa memproses bahwa Yoshi harus segera di bawa ke rumah sakit. Jadi, dia menelepon supir pribadinya.

Tampaknya. Setelah ini dia harus memberi tau keluarga Kanemoto. Yoshi sedang dalam keadaan yang di luar kendali.

Jika keluarga itu masih keras kepala. Mungkin saja Yoshi tiada karena tidak ingin menyentuh makanan dan tidak ingin tidur.



—o0o—




Jihoon benar benar melakukannya. Dia memberi tahu keluarga Kanemoto tentang keadaan Yoshi. Dan yang paling pertama datang untuk melihat keadaan Yoshi adalah Nyonya Kanemoto. Wanita tua itu dengan tergesa gesa berlari ke arah ranjang rawat Yoshi dengan wajah khawatir.

-You And Me- Yoshinori X YedamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang