Holding Hands

303 33 0
                                    

Mark melihat Haechan berjalan dari arah pintu ballroom menuju podium dengan tangannya yang digandeng oleh tangan sang ayah. Dengan gaun itu Mark melihat Haechan seribu kali lebih cantik dari biasanya.

Ia berjalan dengan menebarkan senyuman kepada seluruh orang yang berada di ruangan itu. Lalu matanya tanpa sengaja melihat ke arah Mark, dan membuat tatapan mereka beradu. Gadis itu memberikan senyum lembut terbaiknya yang selalu Mark kenali.

Mark tersipu sekaligus sedih. Ia tahu itu adalah senyuman terakhir yang Haechan berikan padanya sebelum senyum itu akan ia berikan pada pria lain.

Mark terlalu fokus pada gadis itu sehingga tanpa sadar Haechan telah berdiri di atas podium dan ayahnya memberikan tangan putrinya kepada sang mempelai pria. Ia dapat melihat bagaimana eratnya genggaman itu seolah Haechan memberikan seluruh hidup dan kepercayaannya pada pria itu, dan sang calon suami dengan senang hati menerimanya.

"Haechan, terlihat sangat cantik, dan perutnya terlihat lucu karena ia sedang hamil." Mark mendengar temannya berbicara.

"Sst, Jeno. Jangan keras-keras!" Renjun membekap mulut Jeno dengan tangan mungilnya.

"Ups, maafkan aku." Jeno melirik Mark sekilas. Dan sekali lagi Renjun menutupi mata Jeno.

"Babe," Jeno akhirnya berteriak.

Mark hanya meringis mendengar mereka. Untunglah mereka berada di pojok ruangan yang terasa cukup sepi hingga orang lain tidak terlalu menyadari karena mereka terlalu berisik.

"Haechan terlihat sangat bahagia dan cantik. Tentu saja karena hari ini adalah hari pernikahannya." Renjun berujar cukup keras.

"Kau harus mengucapkan selamat, Mark." Mark hanya menggeleng menanggapi Renjun karena ia merasa hatinya sangat sakit, melihat Haechan bahagia, menggenggam bunga dan tangan suaminya membuat Mark tidak berdaya, Mark sadar ia bukan pria yang baik. Mark menyesali hal itu.

Mark ingat terakhir kali ia bertemu dengan Haechan, mereka bertengkar, Mark menolak untuk menggenggam tangan Haechan dan memeluknya disaat ia menangis dan membutuhkannya.

[]

Haechan menata meja makan dengan ceria, ia datang ke apartemen mereka secara tiba-tiba untuk memberikan kejutan pada Mark. Ia harus meminta maaf pada kekasihnya itu. Haechan sekarang telah yakin bahwa Mark adalah pria satu-satunya baginya, jadi ia tidak boleh sembrono. Sekarang mereka mempunyai bayi yang harus dijaga.

Ia dibantu beberapa temannya mendekorasi ruang makan menjadi lebih indah dan sedikit pantas untuk berpesta, pesta yang akan Haechan dan Mark adakan dengan privat, pikir Haechan.

Haechan mendengar suara pintu terbuka dan ia langsung bersembunyi setelah mematikan lampu ruang makan.

"Haechan!" Mark meilihat Haechan di ruang tamu apartemen mereka, terkejut melihatnya dan ditemani beberapa kertas krep warna-warni dan balon.

"Apa yang terjadi?" Tanya Mark, kebingungan.

"Kejutan!" Teriak Haechan sambil tersenyum dan menembakkan confetti portable ke arah Mark.

Akan tetapi reaksi Mark biasa saja. Haechan sedikit kecewa, tetapi ia menyembunyikannya dengan cepat.

"Mark aku minta maaf atas yang terjadi kemarin dan sebelumnya. Aku membutuhkanmu, kumohon jangan biarkan aku pergi." Ucap Haechan dengan mata bulat berbinarnya.

"Haechan," panggil Mark dengan suaranya yang mulai parau.

Haechan mendekat pada Mark, ia mengulurkan tangannya pada pria itu memintanya pada sang kekasih untuk memegang tangan Haechan, menggenggamnya, meminta dukungan, kehangatan dan perlindungan, serta mengatakan bahwa mereka akan baik-baik saja.

When I Was Your ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang