The Song

401 40 1
                                    

Mark melamun di dalam mobilnya. Malam ini terasa cukup gelap karena rembulan enggan menunjukkan dirinya dan di luar hujan cukup lebat. Lampu lalu lintas menunjukkan warna merah kali dan kali ini terasa sangat lama bagi Mark.

Lagu di dalam radionya mengalun menemani setiap lamunan dalam kepala Mark, membawa perasaan nostalgic yang menyakitkan. Ia berkendara dengan rasa hampa.

Lagu itu lagu kesukaannya. Dan juga Haechan.

Lagu ini adalah lagu terakhirnya untuk mengantarkannya pada Haechan. Mark sekali lagi melirik kartu undangan berwarna putih yang ia letakkan di jok samping pengemudi.

Sekali lagi lagu kesukaannya mengantarkan Mark pada kegagalan.

[]

Pertemuan Haechan dan Mark sekitar sepuluh atau sembilan tahun yang lalu saat mereka sama-sama mengenyam pendidikan di sekolah menengah yang sama. Saat itu Mark adalah siswa pindahan dan satu-satunya yang berasal dari luar negeri, umurnya sekitar tujuh belas, tapi Bahasa Koreanya tidak cukup bagus. Lelaki muda dan tampan, pendiam dan baik hati tetapi tidak sama seperti kebanyakan siswa lain di sekolahnya, dan beberapa temannya dibesarkan dengan budaya chauvinisme yang sangat kental, sehingga membuat beberapa murid malah merundungnya.

Hal itu membuat Mark sedikit demi sedikit berubah, ia menjadi tidak mudah percaya kepada orang lain dan lebih tertutup.

Lalu suatu ketika, takdir membawa kehidupan Mark yang monoton dan menyedihkan menjadi sedikit lebih berwarna. Hari itu, hampir sembilan tahun lalu, Mark mendengar suara seorang perempuan bernyanyi di ruang musik di sekolahnya. Ia menyanyikan lagu Westlife yang berjudul My Loveㅡlagu kesukaan Markㅡentah mengapa membuat Mark yang saat itu sedang berjalan di koridor sekolah dan kebetulan mendengar suara Haechan menjadi tertarik, dan seketika jantungnya berdebar, perasaan menggelitik mulai timbul dari perutnya.

Mark mengamati Haechan dari jendela, gadis muda berkulit tan berambut hitam pendek sebahu dengan senyum yang cerah sedang menyanyi dengan sangat menjiwai, seolah ia adalah Mariah Carey atau Celine Dion yang sedang berada di atas panggung.

Mark terpana, dan mulai saat itu ia mendaftarkan diri untuk mengikuti klub musik di sekolahnya. Walaupun Mark sejujurnya tidak pandai menyanyi tapi ia bisa bermain alat musik, sehingga walaupun tidak bisa bernyanyi bersama Haechan ia dapat mengiringi Haechan dengan bermain alat musik untuknya saat ia bernyanyi.

Mark mulai merasakan ada secercah harapan untuknya, satu orang yang akan menemaninya selama ia sekolah. Haechan bukanlah orang yang buruk. Di awal mereka berkenalan Mark memang yang paling semangat untuk mengenal Haechan, tetapi sayangnya ia juga tidak melakukan aksi apa pun untuk mendekatinya. Syukurnya Haechan adalah orang dengan kepribadian ekstrovert yang sangat rendah hati, sehingga memudahkan jalan Mark untuk bisa lebih dekat dengannya.

Haechan berumur satu tahun di bawahnya, tetapi ia mengikuti kelas akselerasi sehingga ia satu angkatan dengan Mark. Pria itu tidak pernah bertemu Haechan sebelumnya selama hampir enam bulan ia sekolah di sana sebagai murid pindahan.

Mark melihat Haechan seperti dunianya, ia begitu mengagumi sosok Haechan. Gadis periang yang selalu membuat hari-hari Mark di sekolah lebih berwarna setelahnya. Mark tidak mengakuinya secara langsung, tapi sikapnya yang menunjukkannya. Hampir semua hal yang ada pada Mark muda adalah ajaran dari seorang Lee Haechan.

Bagi Mark Haechan adalah penyanyi kesukaannya, jenis musik kesukaannya, dan lagu kesukaannya. Dan ya, yang semakin membuat Mark menyukai gadis itu adalah semua jenis lagu, band, penyanyi, dan lagu kesukaannya sama dengan Haechan.

When I Was Your ManTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang