"Jingga" Panggil Lina dari atas motornya dan Helen yang duduk di motornya hanya tertawa.
"Sabarlah" Ucap Jingga sambil keluar membawa buku dan tasnya.
Jingga segera duduk ke motor Lina dan mereka bertiga segera menuju ke kampus. Mereka bertiga bersahabat. Sahabat sejati yang tidak terpisahkan. Jingga adalah gadis yang energik dan dia gadis yang pintar. Mereka bertiga adalah gadis yang pintar dan mandiri serta pemberani. Jingga dan teman-temannya berasal dari keluarga yang sederhana karena itu mereka bertiga memiliki mimpi dan cita-cita yang harus mereka gapai.
Mereka sampai di kampus dan segera masuk ke dalam. Mereka akan menyelesaikan skripsi mereka. Jingga harus menyelesaikan kuliah dengan cepat agar bisa segera mencari pekerjaan. Dia anak tertua di dalam keluarganya jadi dia harus bisa meringankan beban ayahnya yang hanya sebagai karyawan biasa dengan ibu yang tidak bekerja. Dia masih memiliki satu adik yang harus di biayai.
"Hai sayang" Sapa Wisnu pada Jingga. Wisnu adalah pacar Jingga dan mereka saling mencintai.
"Hai, udah selesai konsultasinya?" Tanya Jingga
"Udah, kamu bagaimana?" Tanya Wisnu.
"Ini baru mau bimbingan" Jawab Jingga
"Ya udah, aku nunggu di kantin ya" Ucap Wisnu
"Iya, bye". Jingga melambaikan tangannya pada Wisnu dan dia segera masuk ke ruang dosen untuk mencari dosen pembimbingnya.
Jingga berharap kali ini skripsinya jangan sampai harus banyak di revisi. Dia harus bisa menyelesaikan skripsinya tepat waktu. Saat sang dosen membacanya dan Jingga tidak melihat ada coretan di sana, dia menjadi bahagia. Selangkah lebih dekat untuk lulus.
"Terima kasih pak" Ucap Jingga saat dosennya mengembalikan berkas skripsinya. Tidak terlalu banyak revisi kali ini dan dia akan melanjutkan skripsinya.
Jingga keluar dari ruangan dan menuju ke kantin karena Wisnu sudah menunggunya. Helen dan Lina sudah melambaikan tangan padanya dan mereka sudah duduk bersama Wisnu.
"Hai sayang, udah selesai bimbingannya?" Tanya Wisnu.
"Udah dan bisa lanjut bab berikutnya" Ucap Jingga bangga.
"Ishh, nyesel banget gabung di meja ini" Ucap Lina
"Ngapa?" Tanya Helen sambil mengunyah cemilannya
"Jomblo tersingkir,gak lihat tuh pegangan tangan kayak orang dan mau nyebrang aja" Ucap Lina sambil mencibir.
Jingga dan Wisnu hanya tertawa dengan ocehan sahabat mereka itu. Mereka tak akan marah atau tersinggung dengan ocehan Lina yang kadang pedas.
"Iya ya, kenapa aku gak memperhatikan" Ucap Helen dengan raut wajah polosnya.
"Kamu kan yang di pedulikan hanya cemilan" Jawab Lina.
"Udah deh kalian, aku dan Wisnu mau pergi dulu ya. Mau cari buku, maaf ya gak pulang dengan kalian" Ucap Jingga.
"Nah ini nih, giliran ada Wisnu kita di lupakan" Ucap Lina sambil menggelengkan kepalanya.
"Sorry" Jingga tersenyum pada Lina.
"Gak apa-apa bu, silahkan jalan dengan pak Wisnu sampai puas". Lina dan Helen hanya bisa tertawa pada Jingga.
Jingga meninggalkan sahabatnya dan berjalan berdampingan dengan Wisnu menuju ke mobil Wisnu. Jingga masuk ke dalam mobil diikuti Wisnu dan mobil melaju meninggalkan halaman kampus.
"Mau kemana?" Tanya Wisnu
"Ke toko buku ya, cari buku dulu nih yang penting" Ucap Jingga.
"Oke sayangku" Jawab Wisnu dan jingga hanya tertawa.
Wisnu melajukan mobilnya menuju ke sebuah toko buku. Di sana dia dan Jingga mencari buku yang diperlukan Jingga. Ketika di kasir juga Wisnu yang membayarkan buku-buku yang dibeli Jingga.
"Aku ada uang kok, kamu gak usah bayarin aku" Ucap Jingga tidak enak hati.
"Gak apa kok, aku yang mau bayarin pacar aku" Ucap Wisnu.
"Terima kasih ya" Ucap Jingga
"Nyantai aja, ya udah yuk cari makan. Aku udah lapar nih" Ucap Wisnu sambil keluar dari toko buku.
Wisnu memilih restoran yang berada tidak jauh dari toko buku.
"Wisnu" Panggil Jingga"Apaan?".
"Makan di tempat lain aja, warteg juga enak loh. Di sini mahal, cari yang sederhana aja" Ucap Jingga
"Jingga, kenapa takut. Aku yang bayar dan aku tidak pernah mengeluh kok. Gak usah khawatir ya, ikut aja" Ucap Wisnu dan dia masuk ke dalam restoran.
Jingga terpaksa mengikuti Wisnu walaupun dia merasa tidak enak hati karena restoran yang mereka masuki adalah restoran mahal. Uang jajan Jingga sebulan bisa habis jika dia makan di sini.
"Wisnu" Panggil seorang wanita paruh baya yang Jingga tahu adalah ibunya Wisnu. Jingga pernah melihat dari wallpaper di laptop Wisnu.
"Mama" Ucap Wisnu tidak menyangka bertemu dengan mamanya di sini.
"Kamu dengan siapa?" Tanya Grace, mamanya Wisnu.
"Aku bersama Jingga ma" Jawab Wisnu.
"Jingga" Ucap Grace pelan. Dia tidak mengenal Jingga hanya Wisnu sering menyebutkan namanya."Ini ma Jingga". Wisnu memperkenalkan Jingga pada mamanya.
"Tante" Ucap Jingga sambil menyalami Grace.
"Iya" Ucap Grace pelan. Dia memperhatikan Jingga dengan seksama dan dia tahu bahwa Jingga adalah gadis yang biasa. Tidak ada yang spesial dari Jingga dan jelas menurut Grace sangat jauh berbeda dari Wisnu.
Jingga menundukkan kepalanya, dia merasa segan dengan Grace apalagi Grace memandnaginya seperti itu. Wisnu tahu sikap mamanya membuat Jingga merasa tidak nyaman dan dia kemudian mengajak Jingga duduk di meja lain.
Grace hanya diam saat melihat Wisnu membawa Jingga menjauh dirinya. Grace bukannya tidak menyukai Jingga tapi jika Wisnu ingin memiliki hubungan lebih dengan Jingga maka Grace tidak akan menyetujuinya.
Wisnu dan Jingga memilih duduk di sudut ruangan. Jingga sudah tidak mood untuk makan karena dia sudah merasa tidak enak hati pada mamanya Wisnu. Jingga sadar dia memang tidak pantas untuk Wisnu tapi dia mencintai Wisnu dengan tulus. Dia tidak melihat siapa Wisnu dan keluarga Wisnu.
"Wisnu" Panggilnya pelan
"Ada apa?" Tanya Wisnu sambil melihat menu.
"Aku gak enak dengan mamamu" Ucap Jingga
"Kenapa?""Aku belum pernah ketemu dan sekarang ketemunya tiba-tiba. Mamamu pasti terkejut" Ucap Jingga.
"Gak masalah jangan dipikirkan" Ucap Wisnu.
"Ya udah kamu mau pesan apa?" Tanya Wisnu"Sama seperti punyamu aja" Jawab Jingga.
Wisnu memesan makanan untuk mereka berdua. Wisnu meraih tangan Jingga dan mengenggamnya halus. Jingga melihat ke kiri dan kanan karena takut mereka di lihat oleh banyak orang.
"Aku bahagia bisa berdua seperti ini dengan kamu. Aku mencintai kamu Jingga" Ucap Wisnu.
Jingga tersenyum pada Wisnu, dia juga mencintai Wisnu. Dia harap hubungannya dengan Wisnu bisa berjalan lancar dan bisa sampai ke jenjang pernikahan.
---&---
KAMU SEDANG MEMBACA
JINGGA
RomanceJingga tidak menyangka hidupnya akan berliku seperti ini. Kehilangan dan Kebahagian dia rasakan di saat bersamaan. Jingga tidak tahu apakah dia harus sedih atau bahagia di saat yang bersamaan. mampukah Jingga menjalani hidupnya ataukah dia akan meny...