2

1.4K 301 8
                                    

Jingga hanya diam duduk di teras rumahnya sambil termenung. Ayahnya datang dengan motor bututnya dan tersenyum pada Jingga.

"Nak" Panggil Ardi pada Jingga anaknya

"Pa, udah pulang ya". Jingga mendekati ayahnya dan memberikan salam.

"Udah nak, ini ada nasi bungkus. Bagi dengan adiknya ya, papa mau mandi dulu" Ucap Ardi.

"Iya pa, makasih" Ucap Jingga sambil membawa nasi bungkus itu masuk ke dalam.

Jingga memanggil adiknya untuk memakan nasi bungkus bersama. Qila terlihat sangat bahagia karena ayahnya membawakan mereka nasi bungkus.

"Asyik, papa bawa nasi bungkus. Ada ayam gorengnya, untuk Qila ya kak" Ucap Qila

"Iya ambil aja biar kakak makan pakai tempenya sama sayurnya" Ucap Jingga penuh sayang pada Qila.

"Asyik, makasih kak" Ucap Qila sambil memeluk Jingga.

Jingga bahagia jika adiknya juga ikut bahagia. Dia kasihan melihat adiknya karena selama ini memang hanya makanan sederhana yang bisa mamanya dan papanya sediakan. Qila bahkan tidak pernah jajan seperti teman-temannya yang lain.

Jingga tersenyum saat melihat Qila makan dengan lahapnya.  Jingga akan berusaha membahagiakan adiknya itu. Jingga akan berusaha segera menyelesaikan kuliahnya dan mencari kerja agar dapat membantu ayahnya. Ayahnya sudah tua dan sudah seharusnya beristirahat.
"Qila kenapa makan ayamnya sendiri? Kakaknya gak di bagi?" Tanya Tita, ibu mereka.

"Kak jingga bilang ayamnya untuk Qila aja, ya udah Qila makan deh" Ucap Qila merasa bersalah.

"Gak apa ma, ayamnya memang untuk Qila" Ucap Jingga cepat.

Jingga tersenyum pada Qila dan Qila kembali melanjutkan makannya. Tita hanya menggelengkan kepalanya saat melihat Qila. Jingga memang selalu menyayangi Qila dan berusaha agar Qila bisa bahagia.

Ardi keluar dari kamar setelah mandi dan berpakaian rapi. Dia menghampiri anak-anaknya dan istrinya yangbada di meja makan.

"Papa udah makan belum?" Tanya Jingga

"Belum, papa nanti makan bersama mamamu. Papa makan makanan yang mamamu masak" Ucap Ardi.

Ardi tersenyum pada Tita dan Tita segera menghidangkan makanan untuk suaminya itu. Sanyur bayam bening dan juga tempe goreng menjadi andalan menu keluarga mereka. Sederhana  tapi semua keluarga menyukainya.

"Bagaimana skripsimu?" Tanya Ardi

"Lancar pa, sebentar lagi selesai dan nanti tinggal pengujian" Ucap Jingga

"Papa doakan semoga lancar ya nak" Ucap Ardi

"Amin, Jingga akan selalu berusaha" Ucap Jingga

Ardi tersenyum bangga pada Jingga, dia tahu Jingga sudah sangat berusaha selama ini. Ardi juga tahu keterbatasan mereka membuat Jingga juga ikut berpikir untuk keluarga ini.

***
Wisnu sedang duduk di hadapan Grace karena Grace ingin berbicara serius dengannya.
"Ada apa ma?" Tanya Wisnu

"Kamu dengan Jingga udah berapa lama pacaran?".

"Tiga bulan ma tapi Wisnu udah dari awal masuk kuliah udah suka dengan Jingga. Sebelum pacaran kami sahabatan ma. Kenapa?" Tanya Wisnu

"Mama nanya aja nak, alamatnya di mana siapa tahu mama mau kunjungi dia. Mama mau tahu keluarganya".

"Untuk apa ma, kan Wisnu belum mau nikah sekarang masa mama udah nanya alamat rumahnya".

"Gak apa, mama hanya mau tahu aja" Ucap Grace.
"Dimana alamatnya nak?" Tanya Grace lagi.

Wisnu mencatat alamat Jingga pada sebuah kertas dan memberikannya pada Grace. Grace ingin menyelidiki seperti apa Jingga dan keluarganya. Dia tidak mau Wisnu hanya di manfaatkan mengingat siapa Wisnu dan keluarga besarnya.

Tanpa sepengetahuan Wisnu, Grace menuju ke alamat yang di berikan Wisnu. Grace sudah tidak suka saat mobilnya harus berhenti di tepi jalan karena tidak bisa memasuki gang sempit. Grace sudah menilai negatif Jingga dan keluarganya. Dia beranggapan Jingga hanya akan memanfaatkan Wisnu. Grace tidak akan setuju dengan hubungan dan Grace akan meminta Wisnu menjauhi Jingga. Grace akan menyelamatkan Wisnu dari Jingga.

***
Jingga, Lina dan Helen merayakan keberhasilan skripsi mereka. Tinggal menunggu sidang skripsi karena tidak ada lagi yang perlu di revisi.

"Akhirnya kita sampai pada titik akhir" Ucap Lina

"Iya dan kita akan berpisah dalam artian, kita akan mencari pekerjaan masing-masing" Ucap Helen

"Tapi yang pasti kita bertiga tetap akan bersahabat dan bersama" Ucap Jingga

"Itu pasti" Ucap Lina

"Oh iya, Wisnu mana ya? Kenapa beberapa hari ini gak lihat. Ada ngabarin kalian gak?" Tanya Jingga.

"Gak ada tuh, sakit atau kenapa ya anak itu" Tanya Helen.

"Aku gak tahu" Jawab Jingga pelan. Dia khawatir pada Wisnu karena tidak biasanya Wisnu seperti ini. Tidak ada mengabari dia sama sekali.

"Apa kau mau aku temani ke rumah Wisnu? Kau tahu alamatnya kan?" Tanya Lina

"Aku tahu alamatnya, aku ada mencatatnya" Ucap Jingga

"Ya udah ayo kita pergi sekarang. Jangan-jangan anak itu sakit dan kau bisa sekalian menjenguknya" Ucap Lina.

"Ya udah ayo, kita bertiga aja pergi ke rumah Wisnu" Ucap Helen.

Mereka bertiga akhirnya pergi ke rumah Wisnu. Selama ini mereka memang tidak pernah ke rumah Wisnu karena mereka selalu bertemu di kampus dan menyelesaikan tugas di kampus.

Mereka bertiga terpana saat sudah berada di depan sebuah rumah mewah. Jingga tahu Wisnu dari keluarga berada tapi dia juga tidak menyangka Wisnu akan tinggal di rumah semewah ini. Walaupun dia belum pernah ke rumah Wisnu tapi Wisnu memberikan alamatnya pada Jingga agar jika Jingga memerlukan dirinya dan dia susah di hubungi maka Jingga bisa langsung datang ke rumahnya.

"Kaya raya si Wisnu" Ucap Lina dan Helen menganggukkan kepalanya sedangkan Jingga hanya diam.

"Mau cari siapa mbak?" Tanya seorang security

"Wisnu ada gak? Kami teman kampusnya" Ucap Jingga

"Mas Wisnu udah keluar negeri mbak" Jawab si security.

"Keluar negeri, pergi berlibur maksudnya pak?" Tanya Jingga lagi

"Gak mbak, pindah ke sana dengan keluarganya".
Seketika Jingga menjadi lemas, kenapa Wisnu tidak memberitahunya. Seandainya Wisnu memberitahunya, dia juga tidak akan mengahalangi Wisnu. Setidaknya ada kata perpisahan atau sampai jumpa  bukan.

" Jingga" Panggil Lina yang paham dengan perasaan Jingga sekarang.

"Tolong antarkan aku pulang" Ucap Jingga pada Lina.

Segera mereka meninggalkan rumah Wisnu dan sepanjang perjalanan pulang Jingga hanya menangis. Menangis untuk sikap Wisnu yang seperti ini. Wisnu harusnya jujur, Wisnu harusnya ucap perpisahan. Tapi mengapa dia harus bersikap seperti ini, tidak ada salahnya mengucapkan kata berpisah dan kata putus. Hubungan mereka tidak harus di gantung seperti ini.

Lina membawa Jingga ke rumahnya agar Jingga bisa menangis sepuasnya. Lina dan Helen tidak akan membiarkan orang tua Jingga melihat air mata Jingga.

"Menangislah sepuasmu tapi setelah itu hapus air matamu karena orang tuamu tidak boleh melihat air matamu" Ucap Lina.

Jingga menangis, bertanya pada hatinya mengapa Wisnu harus meninggalkan dia seperti ini.

---&---

JINGGA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang