Jingga menjalani harinya tanpa semangat karena sikap Wisnu yang meninggalkan dia tanpa alasan. Walaupun usia pacaran mereka masih baru tapi Jingga sudah terlanjur mencintai Wisnu. Ibarat kata Jingga di tinggal saat masih sayang-sayangnya.
"Jingga" Panggil Lina
"Ehmm".
"Semangat ya, hari ini sidang skripsi harus semangat. Lupakan bajingan Wisnu itu dulu, selesaikan misimu dulu. Ingat orang tuamu menginginkan kau untuk berhasil" Ucap Lina.
"Iya Lin, makasih ya".
"Ya udah, ayo kita ke ruangan di mana para dosen akan mengujimu". Ucap Lina dan Helen menganggukkan kepalanya.
Jingga berjalan bersama kedua sahabatnya menuju ke gerbang masa depan yang harus dia buka agar dia bisa menjadi sukses seperti yang dia inginkan.
Jingga menarik nafas dalam dan menghembuskan perlahan. Dia menyakini dirinya bahwa dia sudah siap dan mampu serta akan menghadapi sidang skripsi ini dengan baik.
Waktu terasa lama bagi Jingga saat ini tapi dia akan tetap merasa yakin pada dirinya. Saat para dosen menyatakan dia berhasil, Jingga menangis. Beban sedikit terangkat karena dia akan segera lulus dan mencari pekerjaan. Dia mungkin masih sakit hati karena kehilangan Wisnu tapi ada kebahagian juga yang dia rasakan saat ini. Orang tuanya akan bangga saat melihat dirinya memakai toga dan berjalan di panggung.
Walapun dia menangis tapi saat membayangkan hal itu, Jingga merasa bahagia. Saat Jingga keluar dari ruangan, sahabat-sahabatnya menyambutnya. Mereka bertiga berpelukkan dan menangis bersama.
"Selamat ya Jingga" Ucap Lina dan Helen. Jingga juga memberikan selamat kepada kedua sahabatnya itu."Sekarang hapus air mata kita karena hanya akan ada kebahagiaan di depan mata kita" Ucap Lina
Jingga tersenyum pada sahabatnya itu yang selama ini selalu ada untuknya. Selama ada sahabatnya Jingga tidak pernah merasa bersedih.
Saat pulang ke rumah, Jingga memasang senyum yang lebar untuk mengabari berita bahagia ini pada kedua orang tuanya.
"Papa mama" Panggilnya
"Ada apa nak?" Ucap Tita sambil keluar dari dapur.
"Papa mana ma?" Tanya Jingga.
"Papa baru selesai mandi, sebentar lagi juga keluar. Ada apa nak?" Tanya Tita.
"Tunggu papa ya ma, baru Tita beritahu ada apa sebenarnya".
Tita hanya tersenyum dan saat Ardi keluar dari kamar, dia segera menghampiri anak dan istrinya itu.
"Ada apa ini?" Tanya Ardi
"Gak tahu nih pa, Jingga katanya mau memberitahu sesuatu" Ucap Tita."Ada apa nak?" Tanya Ardi
"Pa, Jingga mau memberi tahu bahwa Jingga berhasil. Jingga akan segera di wisuda pa. Papa dan mama akan segera hadir di acara wisuda Jingga" Ucap Jingga dengan bangga.
"Puji Syukur nak kamu akhirnya berhasil lulus. Selamat ya nak, papa dan mama bangga padamu" Ucap Ardi sambil melihat Tita sekilas kemudian dia segera memeluk Jingga dengan bahagia. Akhirnya anaknya berhasil lulus dari kuliah.
Ardi dan Tita berharap Jingga bisa melebihi mereka dalam hal pendidikan dan pekerjaan. Mereka berharap Jingga bisa mengangkat harkat dan martabat mereka.
***
Jingga keluar dari angkot bersama papa dan mamanya dan masuk ke gedung di mana wisuda akan di laksanakan. Ardi dan Tita bangga saat mengantar Jingga masuk ke dalam."Jingga" Panggil Lina dan Helen dan mereka menghampiri Jingga.
"Om..tante" Ucap Lina dan Helen sambil memberikan salam.
"Orang tua kalian mana?" Tanya Tita.
"Udah di dalam tante, om dan tante langsung masuk aja ke dalam" Ucap Helen.
Ardi dan Tita masuk ke dalam dan penerima tamu segera mengarahkan Ardi dan Tita untuk duduk di tempat mereka.
"Wisnu ada di sini" Ucap Lina pada Jingga."Apa? Tapi dari terakhir kali dia hubungi aku dan kami lost contact dia gak ada hubungi lagi. Di mana dia Lina?" Tanya Jingga
"Di sana" Ucap Lina sambil menunjuk ke satu arah.
Jingga berjalan ke arah yang di tunjuk oleh Lina dan Lina serta Helen segera menemaninya. Dia melihat sosok Wisnu di sana yang selama beberapa minggu ini tidak dia temui.
"Wisnu" Panggilnya dan Wisnu menatapnya dengan wajah datar. Tanpa senyuman dan tanpa ekspresi.
"Wisnu" Panggilnya lagi kali ini sambil tersenyum tapi Wisnu malah berjalan melewatinya tanpa mau membalas sapaannya.
Air mata Jingga menetes saat melihat Wisnu memperlakukan dia seperti ini.
"Punya telinga kan, punya hatikan?" Tanya Lina sambil menahan Wisnu agar tidak meninggalkan Jingga.
"Minggir, aku gak punya urusan dengan kalian" Ucap Wisnu datar.
"Lina, biarin aja. Jangan cari masalah, ini hari bahagia kan" Ucap Jingga sambil berusaha menahan air matanya agar jangan terus menetes.
"Gak punya hati" Ucap Lina lagi dan segera menggandeng tangan Jingga menjauh dari Wisnu.
"Hapus air matamu, ingat hari ini kita harus bahagia"ucap Lina sambil memberikan selembar tisu pada Jingga.
Jingga menghapus air matanya dan menepuk dadanya pelan. Dia menyakini bahwa dia bisa kuat dan tidak ingin orang tuanya tahu perasaannya sekarang. Jingga melihat Wisnu dari jauh dan juga bagaimana Wisnu tersenyum saat bersama orang tuanya dan seorang gadis cantik. Setahu Jingga Wisnu tidak memiliki adik perempuan.
Jingga hanya melihat Wisnu dari jauh bahkan saat sampai acara selesai dan mobil Wisnu meninggalkan parkiran. Tidak ada kata perpisahan atau sekedar senyuman perpisahan. Jingga hanya melihat punggung Wisnu menjauh darinya dan setelah itu dia tidak akan bisa melihat Wisnu lagi. Sakitnya hati Jingga tapi Jingga menyadari inilah jalan yang harus dia tempuh. Mungkin Wisnu memang bukan jodohnya.
***
Orang tua Jingga mengadakan acara syukuran kecil-kecilan di rumahnya. Mereka bersyukur atas wisuda Jingga. Lina dan Helen juga hadir dan ikut merayakan syukuran itu."Kalian kemana setelah ini?" Tanya Jingga pada Lina dan Helen
"Aku akan melamar pekerjaan tapi masih di sini juga" Jawab Lina
"Kalau aku ke luar negeri, aku udah di terima di sana. Ada pekerjaan yang cocok denganku" Ucap Helen.
"Wah kenapa harus jauh, sedih tahu" Ucap Jingga.
"Tenang aja, kita akan selalu video call" Ucap Helen sambil tertawa.
Mereka bertiga menikmati malam itu di teras rumah Jingga. Malam terakhir di mana mereka bertiga bisa berkumpul bersama karena setelah ini Helen akan keluar negeri dan akan jarang berkumpul bersama.
"Selamanya kita akan bersahabat" Ucap Jingga
"Selamanya" Ucap Lina dan Helen.
Tidak akan ada yang akan memisahkan mereka bertiga. Mereka bukan hanya sekedar sahabat tapi sudah seperti saudara. Sahabat yang tidak akan tergantikan.
---&---
KAMU SEDANG MEMBACA
JINGGA
RomanceJingga tidak menyangka hidupnya akan berliku seperti ini. Kehilangan dan Kebahagian dia rasakan di saat bersamaan. Jingga tidak tahu apakah dia harus sedih atau bahagia di saat yang bersamaan. mampukah Jingga menjalani hidupnya ataukah dia akan meny...