5

1.5K 305 20
                                    

Jingga menarik nafas dalam sambil melihat keluar jendela. Sudah dua tahun setelah dia lulus dan selama itu juga dia berhasil melupakan Wisnu. Dia sadar Wisnu memang bukan tercipta untuk dirinya. Setelah dia berhasil melupakan Wisnu, sekarang dia membuka hatinya untuk pria lain. Pria yang bisa membuat hatinya teralihkan walaupun dia belum mengungkapkan perasaannya pada pria itu.

Jingga melihat ke arah pintu karena pintu ruangannya di ketuk.
"Masuk" Ucap Jingga

Pintu terbuka dan tampaklah wajah Dimas, pria yang selama ini bisa membuat hatinya teralihkan. Jingga menyukai Dimas walaupun mungkin Dimas belum mengetahui perasaan Jingga.

"Dimas" Ucapnya

"Melamun? Jangan terlalu sering melamun" Ucap Dimas.

"Sok tahu" Ucap Jingga sambil tersenyum dan duduk kembali di kursinya sedangkan Dimas duduk di hadapannya.

"Bukannya sok tahu tapi aku sering melihat kau melamun. Ada apa? Masih mikirkan si Wisnu itu?" Tanya Dimas.

"Gak, udah move on. Terkadang butuh melamun aja" Jawab Jingga.

"Ya udah, aku gak mau kau sedih terus. Cerita aja apapun padaku dan aku akan mendengarkanmu" Ucap Dimas

"Aku tahu, terima kasih ya".
"Jangan sungkan, kita bukan hanya rekan kerja tapi juga teman curhat". Dimas mengucapkannya sambil tersenyum.
"Oh ya aku mau memberitahumu bahwa dalam dua  hari kita akan berangkat keluar kota. Ada proyek di sana dan kita berdua harus ada".

"Berapa hari kita akan berada di luar kota?" Tanya Jingga.

"Beberapa hari seperti biasa dan seperti biasa juga akau akan menjemputmu dan kita pergi bersama" Ucap Dimas.

"Baiklah, aku akan mempersiapkan segalanya" Ucap Jingga.

"Oh ya Jingga, pak Dewa ingin bertemu kau sepertinya kau harus menemui pak Dewa sekarang" Ucap Dimas.

"Oke, aku juga akan menyerahkan laporan pada pak Dewa". Jingga mengambil berkasnya dan keluar ruangan bersama Dimas.

Jingga menuju ke ruangan Dewa sedangkan Dimas kembali ke ruangannya. Jingga menuju ke lantai sepuluh di mana ruangan Dewa berada.

Jingga mengetuk pintu Dewa dan setelah Dewa mempersilahkan masuk, Jingga segera masuk.

"Pak" Ucap Jingga.

"Duduk Jingga" Ucap Dewa.
"Bagaimana Gibra?" Tanya Dewa

"Gibra sangat bersyukur bisa bekerja sama dengan perusahaan kita untuk beberapa event. Saya tahu bahwa restorannya yang terbaik dan menunya juga yang terbaik" Ucap Jingga.

"Baguslah, saya gak mau  dia bekerja sama dengan perusahaan ini hanya karena dia adikku karena itu aku memintanya bersaing dengan restoran lain yang juga mengajukan kerjasama dengan perusahaan kita" Ucap Dewa

"Dan terbukti Gibra memang pantas, dia bisa membuktikannya pak" Ucap Jingga.

"Ya, aku bangga padanya" Ucap Dewa.

"Oh ya pak, ini laporannya". Jingga memberikan berkas yang ada di tangannya pada Dewa. Dewa mengambil berkas itu dan membacanya.

"Kau bisa kembali dan dua hari lagi kau harus pergi bersama Dimas keluar kota" Ucap Dewa.

"Saya tahu pak".

"Oh ya Jingga, apa kau berpacaran dengan Dimas? Maaf bukannya saya mau ikut campur tapi menurut saya kalian cocok" Ucap Dewa.

"Kami hanya teman pak" Jawab Jingga. Jingga paham mengapa semua orang bisa menganggap dia berpacaran dengan Dimas karena dia dan Dimas selalu terlihat bersama dan mereka akrab.

Dewa hanya tersenyum saat mendengarkan perkataan Jingga. Jingga kemudian meninggalkan ruangan  Dewa dan segera mempersiapkan keberangkatannya.

***
Sebelum Jingga dan Dimas keluar kota, dia bertemu dengan Gibra untuk tanda tangan kontrak kerja sama. Mereka bersalaman sebagai tanda bahwa mereka sudah resmi menjalin kerjasama.

"Terima kasih" Ucap Gibra

"Sama-sama, terima kasih juga sudah mau ikut mengajukan kerjasama di perusahaan ini untuk beberapa event yang akan datang. Aku tahu perusahaan ini milik kakakmu tapi kau harus ikut seperti restoran lain" Ucap Jingga.

"Tidak masalah, aku juga tidak mau mengandalkan kakakku. Dia sudah terlalu baik padakul dan aku harus bisa mandiri" Ucap Gibra.

"Syukurlah" Ucap Jingga.

"Ini jam makan siang, apa kau mau makan siang bersamaku?" Tanya Gibra

"Maaf Gibra, aku sudah janji dengan Dimas. Lain kali saja ya" Ucap Jingga.

"Oke baiklah, tapi maaf aku bertanya padamu. Apa Dimas pacarmu?" Tanya Gibra

"Kami hanya dekat dan kita berteman" Jawab Jingga. Dia memang tidak memiliki hubungan dengan Dimas karena baik dia maupun Dimas belum mengungkapkan perasaan mereka.

"Jingga" Panggil Dimas saat dia masuk ke ruangan Jingga. Wajah Gibra berubah karena dia cemburu tapi dia juga melihat Jingga hanya menganggap dia sebagai teman.

"Ya udah Jingga, aku harus kembali ke restoran" Ucap Gibra

"Dia adiknya pak Dewa kan?" Tanya Dimas

"Iya, ya udah kita mau makan di mana?" Tanya Jingga.

"Bagaimana jika makan di rumahmu? Aku tadi di hubungi mamamu dan mamamu bilang dia masak makanan kesukaanku" Ucap Dimas

"Wah, jadi di sini yang anak orang tuaku kau atau aku sih. Mama lebih perhatian padamu, gak adil" Ucap Jingga dengan raut wajah cemberut.

Dimas hanya tertawa dan dia segera mengajak Jingga pergi. Mereka menuju ke rumah Jingga dan Dimas memang sudah terbiasa berkunjung ke rumah Jingga.

Jingga tahu bahwa orang tuanya bahkan tetangganya mengira Dimas adalah pacarnya karena Dimas biasa berkunjung ke rumahnya. Dimas baik dan ramah pada semua orang dan mereka menyukainya.

"Selamat siang tante" Ucap Dimas saat datang ke rumah Jingga

"Selamat siang nak Dimas" Ucap Tita.

Dimas menyalami Tita dan duduk di ruang tamu.
"Om mana tante?" Tanya Dimas

"Om masih kerja dan gak pulang makan siang ini. Langsung makan aja ya, tante udah masak. Ayo kita ke ruang makan" Ucap Tita.

Dimas dan Jingga mengikuti Tita ke ruang makan. Mereka makan siang bersama dan mengobrol santai setelahnya. Tita menyukai Dimas karena baginya Dimas anak yang baik dan sopan. Selama ini Dimas selalu bersama Jingga dan bisa membuat Jingga tertawa. Tita juga tahu bahwa Dimas anak yatim piatu sehingga dia menyayangi Dimas seperti anaknya sendiri.

"Kata Jingga kalian akan keluar kota selama beberapa hari?" Tanya Tita pada Dimas

"Iya tante, ada beberapa pekerjaan" Jawab Dimas

"Hati-hati ya di sana dan tolong jaga Jingga" Ucap Tita

"Tante jangan khawatir, Dimas akan selalu menjaga Jingga" Ucap Dimas

"Terima kasih nak" Ucap Tita lagi.

"Iya tante" Ucap Dimas.

"Ayo kembali ke kantor lagi" Ajak Dimas

"Ayo" Jawab Jingga.

Mereka kembali ke kantor bersama dengan mobil Dimas. Jingga sebenarnya ingin bertanya pada Dimas dan dia juga ingin mengungkapkan perasaannya. Tidak masalah jika dia yang harus pertama kali mengungkapkan perasaan pada Dimas. Jingga hanya ingin kepastian dan dia tidak mau berharap terlalu jauh. Setidaknya jika dia sudah mengungkapkan perasaannya, dia bisa merasa lega. Perihal Dimas menerimanya atau tidak, Jingga akan memikirkannya nanti.

Jingga berpikir bahwa saat mereka keluar kota nanti, di sanalah saat yang tepat dia mengungkapkan perasaannya pada Dimas.
---&---

JINGGA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang