6

1.2K 283 16
                                    

Dimas membunyikan klakson mobilnya dan Jingga segera keluar dari rumahnya. Setelah beroamitan pada mama dan papanya Jingga segera masuk ke dalam mobil Dimas. Dimas melajukan mobilnya perlahan.

"Sudah sarapan?" Tanya Dimas

"Udah, kau sudah sarapan?" Tanya Jingga

"Aku udah, kalau belum sarapan kita bisa mampir dulu untuk sarapan".

"Lanjut aja perjalanannya, aku udah sarapan" Ucap Jingga.

Dimas tersenyum dan dia fokus kembali pada kemudinya. Dimas menyalakan musik agar suasana lebih terasa santai. Jingga diam sambil melihat keluar jendela mobil. Dia memikirkan bagaimana cara untuk mengetahui perasaan Dimas agar dia bisa menyatakan perasaannya pada Dimas. Jingga tidak mau berharap terlalu jauh jika dia tidak mengetahui dan mengungkapkan perasaannya pada Dimas. Dia tidak mau terlalu lama merasa nyaman di dalam lingkaran ini tanpa kepastian.

"Jingga kau sakit? Kenapa diam?" Tanya Dimas sambil melihat ke arah Jingga sekilas.

"Aku gak apa-apa" Jawab Jingga.

"Syukurlah, aku gak mau kau sakit. Kita perjalanan kerja dan perjalanan liburan juga, kapan lagi keluar kota. Bosan kan harus setiap hari di belakang meja" Ucap Dimas sambil tersenyum.

"Kau benar, kita harusnya happy" Ucap Jingga.

Perjalanan beberapa jam akhirnya mereka sampai di sebuah hotel di mana mereka akan menginap. Jingga dan Dimas keluar dari mobil dan mereka segera masuk ke dalam hotel. Setelah check in, Jingga dan Dimas menuju ke kamar masing-masing.

"Ntar sore kita makan bareng ya, aku ntar tunggu kamu" Ucap Dimas.

"Iya" Jawab Jingga sambil tersenyum.

Jingga masuk ke dalam kamarnya dan setelah memastikan Jingga sudah masuk ke kamarnya baru Dimas menuju ke kamarnya.

Jingga membaringkan tubuhnya ke atas tempat tidur. Jingga berusaha memantapkan hatinya untuk berbicara dengan Dimas tentang perasaannya. Jingga menarik nafas dalam dan dia menyakinkan dirinya bahwa dia harus berbicara dengan Dimas.

***
Jingga melihat tampilan dirinya di cermin dan tersenyum. Malam ini dia akan makan malam bersama Dimas. Jingga keluar dari kamar dan melihat Dimas sudah menunggunya di depan kamar.

"Sudah siap?" Tanya Dimas.

"Ayo, aku sudah lapar" Ucap Jingga.

Jingga dan Dimas berjalan menuju ke restoran yang ada di hotel. Mereka menuju ke meja yang sudah di pesan oleh Dimas. Jingga duduk di sana,memesan makanan dan menunggu pesanan mereka datang.

Ponsel Dimas berbunyi dan dia izin menjauh sebentar untuk menjawabnya. Jingga melihat ke sekitar dan menikmati suasana restoran yang nyaman.
Mata Jingga beradu dengan mata seseorang. Jingga terdiam, dia terkejut dan tidak menyangka akan bertemu seseorang itu di sini. Jingga segera berdiri dan meninggalkan mejanya.

"Jingga" Panggil seseorang dan Jingga terpaksa berhenti.
"Apa kabar?".

Jingga memaksakan senyumnya pada Grace.
"Baik tante" Ucap Jingga

"Sudah menikah?" Tanya Grace

"Belum" Jawab Jingga apa adanya.

"Oh belum ya, Wisnu sudah menikah. Itu dia dan istrinya" Ucap Grace sambil menunjuk ke arah Wisnu dan seorang wanita yang terlihat sedang hamil.

"Selamat ya tante" Ucap Jingga cepat dan berlalu meninggalkan Grace.

Jingga keluar dari restoran dan mencari Dimas.
"Kita cari restoran di luar hotel aja " Ucap Jingga.

"Ada apa?" Tanya Dimas bingung

"Aku gak ingin makan di sini Dimas, please" Ucap Jingga.

"Ada apa dulu?" Tanya Dimas lagi.
"Ada Wisnu di sana dan aku merasa tidak nyaman. Aku tidak ingin melihat dia lagi" Ucap Jingga dengan sedikit meninggikan suaranya.

"Baiklah" Ucap Dimas akhirnya. Dia paham mengapa sikap Jingga seperti ini karena dia tahu kisah Jingga dan Wisnu.

"Ayo" Ajak Dimas dan mereka menuju ke mobil. Jingga masuk ke dalam mobil dalam diam. Diams melajukan mobilnya dan membawa Jingga ke suatu tempat. Jingga butuh menenangkan dirinya.

Dimas mengajak Jingga ke sebuah perbukitan. Banyak orang yang menuju ke sana untuk menikmati udara dingin sambil makan kacang dan jagung rebus.

"Kita nyantai dulu sejenak di sini setelah itu kita akan makan malam. Belum terlambat untuk makan malam yang sebenarnya" Ucap Dimas.

"Iya" Ucap Jingga.

Jingga dan Dimas keluar dari mobil dan duduk di sebuah bangku. Dimas membelikan Jingga jagung rebus dan kacang rebus kemudian memesan dua gelas kopi panas untuk mereka berdua.

"Tenangkan dirimu dulu Jingga setelah itu baru kita akan makan malam bersama" Ucap Dimas

"Terima kasih dan maaf makan malam kita jadi tertunda" Ucap Jingga

"Tak masalah, sekarang tenangkan dirimu dulu. Aku tak suka jika kau jadi seperti ini" Ucap Dimas.

Jingga tersenyum dan dia berusaha untuk menenangkan dirinya. Dimas mengelus pelan rambut Jingga dan membuat Jingga melihat ke arah Dimas.

"Kau tahu, jika kau seperti ini aku sedih. Aku menyukai Jingga yang selalu tersenyum dan terlihat sangat manis. Senyumanmu mengalihkan duniaku" Ucap Dimas

"Jangan gombal Dimas" Ucap Jingga sambil tertawa tapi sejujurnya di bahagia saat mendengarkan gombalan Dimas.

"Aku tak gombal Jingga" Ucap Dimas  sambil tertawa.

Setelah merasa tenang dan Jingga tidak merasa sedih lagi,  Dimas membawa Jingga makan di restoran lain.

"Aku baru tahu ada restoran ini" Ucap Jingga

"Baru buka beberapa bulan ini dan kata teman-temanku di sini makanannya sangat enak. Di belakang restoran ini juga ada hotelnya. Apa kau mau pindah hotel ke sini saja? Di sini juga suasananya lebih tenang" Ucap Dimas

"Benarkah?" Tanya Jingga.

"Jika kau mau, aku akan mengurus kepindahan kita" Ucap Dimas

"Boleh juga, aku suka dengan suasana di sini" Ucap Jingga

"Baiklah, besok kita akan pindah ke sini" Ucap Dimas.

Jingga tersenyum, Dimas sangat baik dan perhatian padanya. Jingga berharap Dimas juga memiliki perasaan lebih padanya. Bertahun dia mencoba melupakan Wisnu dan membuka hatinya dan sekarang dia menyukai Dimas. Kebaikan dan perhatian Dimas membuat hatinya luluh.

Setelah tugas mereka di sini selesai, Jingga akan berbicara dengan Dimas. Jingga belum akan memikirkan tanggapan Dimas yang pasti dia hanya ingin Dimas tahu perasaannya.

---&---

JINGGA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang