prologue

121 13 0
                                    

Langkah Winter yang diatur agak terburu-buru ketika dia menyadari sudah terlambat untuk bertemu Giselle dan Karina di Angel Cafe. Kemarin, mereka sudah berjanji untuk makan bersama pada jam enam sore.

Dengan langkah cepat menuju sepeda motor, Winter melirik arloji di pergelangan tangannya. Ah, dia terlambat sepuluh menit. Pasti Karina akan mengomel kepadanya.

Bukan karena Winter sengaja telat, tapi sebelumnya dia mampir ke toko buku yang terletak di dekat SMTown Library untuk membeli buku yang akan dipakai semester ini.

Tangan Winter dengan cepat merogoh saku celananya untuk mengambil ponselnya yang bergetar. Tanpa melihat nama pemanggil, Winter terus menjawab panggilan tersebut.

Dia tahu pasti itu Karina atau Giselle yang memanggilnya. Persis seperti yang dia pikirkan. Begitu dia meletakkan ponsel ke telinganya, dia mulai mendengar omelan dari Karina. Sadar akan kesalahannya sendiri, dia hanya bisa pasrah.

"Arasseo, arasseo... Aku tahu aku lambat. Mianhae. Eonnideul pesan dulu. Pesankan aku untuk makan sekali. Aku ingin bibimbap. Air, biar aku pesan sendiri nanti. Jika makanannya..."

Pappp!!!

Tanpa peringatan apapun, bahu Winter dilanggar oleh seseorang dan menyebabkan perkataannya terhenti. Ponselnya jatuh ke tanah dan begitu pula buku-buku yang baru saja dibelinya.

Tabrakannya juga kuat. Bagaimana tidak terjadi, jika namja yang melanggarnya juga berjalan secepat dirinya. Kepala Winter terus fokus pada tubuh yang melanggarnya tadi.

Seorang namja juga memandangnya dengan rasa bersalah. Namun, wajah itu tiba-tiba berubah menjadi riak kejutan. Tanpa sepatah kata pun, namja itu terus lewat dengan wajah yang seperti tidak terjadi apa pun.

Winter terkedu. Mulutnya berbentuk seperti huruf 'O'. Dahinya sedikit berkerut karena dia merasa aneh dengan sikap namja itu. Ada juga perasaan marah dan kesal dalam dirinya.

Ia tidak membantunya mengemas buku-buku yang keluar dari kantong plastik, bahkan namja itu tidak meminta maaf sama sekali. Tingkah namja itu terkesan acuh padahal dialah yang melanggar Winter.

Dengan cepat dan sedikit kasar, Winter memasukkan kembali buku-buku itu ke dalam kantong plastik dan mengambil ponselnya. Kemudian dia mengejar namja yang sudah pergi. Ketika posisinya sudah dekat, dia terus menghalangi perjalanan namja itu. Dia berdiri tepat di depan namja itu.

Namja yang tiada tatasusila itu merasa sedikit terkejut dengan tindakan Winter. Namun, riak di wajah namja itu masih terasa biasa. Alisnya terangkat seolah mempertanyakan tujuan Winter yang menghalangi jalannya. Wajah namja itu sangat menyebalkan.

Winter menarik napas dalam. Napasnya sedikit tidak teratur akibat larinya tadi. Dia tampak terengah-engah. Segera, dia mulai berbicara dengan nada sinis. "Annyeonghaseyo... Baru saja kamu melanggar aku."

Namja itu menggigit bibirnya. Namun, entah kenapa Winter bisa merasakan namja itu tersenyum sinis di dalam hatinya. Namja itu melihat sekeliling sebelum melihat Lami lagi. "Sorry... Are you talking to me?" tanya namja itu sambil menunjuk dirinya sendiri.

Winter mengukir senyum tipis, sedikit jengkel dengan sikap namja di depannya. "Ya, aku sedang berbicara dengan kamu."

Namja itu memusatkan pandangannya pada Lami yang berpenampilan baik. "Oh, annyeong. So, apa masalahmu? " tanya pria itu dengan acuh tak acuh, meskipun dia tahu mengapa yeoja itu mengejarnya.

"Masalah aku... Tadi kamu melanggar aku sampai bukuku jatuh, sampai ponselku jatuh. Dan kamu lewat begitu saja tanpa meminta maaf kepadaku. Itu masalahku."

Namja itu memijat batang hidungnya. "So, apa yang kamu ingin aku lakukan?"

Sebuah jelingan tajam diberikan kepada namja itu. "Aku ingin kamu meminta maaf kepadaku."

Namja itu terdiam beberapa saat. Segera, dia tertawa. Tawa namja itu terdengar sinis seolah mengejek Lami. "Mengapa aku harus meminta maaf kepada kamu?"

"Ya, lo baru saja melanggar gue. Bukankah itu sudah diajarkan?! "

"Oh... maaf? Gue emang diajarin untuk meminta maaf jika gue melakukan sesuatu yang salah, tetapi... gue tidak diajari untuk meminta maaf kepada orang yang sombong seperti lo! " kata namja itu dengan kasar sambil mengarahkan jarinya ke Winter.

Winter terkedu. "Mwo?! Gue sombong?"

Yeoja itu mulai tidak puas. Dia tercengang saat dikatakan sombong. Namja itu yang melanggarnya, dalam hal apa dia dikatakan sombong?

"Iya! Lo sombong. Dua hari yang lalu, lo hampir jatuh, tapi gue menyelamatkan lo. Dan lo bahkan tidak mengucapkan terima kasih, lo bahkan menyebut gue namja mesum. Mungkin lo lupa apa yang terjadi dua hari lalu. Tapi gue gak akan lupa, yeoja sombong!"

Namja tertawa sinis sebelum melanjutkan perkataannyanya. "Eh, lo pikir gue sangat ingin memeluk lo, ya? Lo menatap gue, tersenyum sinis pada gue sebelum lo jatuh... Gue gak tahu apa masalah lo dengan gue. Yang penting, gue tahu lo sombong. Dan karena itu, gue rasa gue gak perlu meminta maaf kepada yeoja sombong seperti lo. Fair enough!"















Mint Cold LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang